Jumat, 27 Januari 2012

Pengakuan

cerita dewasa edohaput
Pengakuan Satu 
                                                                                                                        edohaput


     Uang yang bakal saya hamburkan untuk memperoleh cerita pengakuan yang akan saya tuliskan ber-seri ini pasti tidak akan sedikit. Saya hamburkan uang bukan tiada guna. Sangat berguna. Berguna bagi diri saya sendiri dan mungkin berguna untuk anda pembaca, dan mungkin juga akan sangat berguna bagi mereka yang menyampaikan pengakuannya kepada saya. 
   Cerita ini tidak fiktif. Nyata adanya.Hanya saja saya membumbuinya dengan bahasa yang halus, sopan, dan penuh kesantunan agar lebih bisa menyentuh rasa. Siapa tahu anda pembaca dermawan, kemudian mau menghubunginya dan mau mengulurkan tangan untuk dirinya. Karena saya tahu persis canda dan tawanya adalah duka nestapanya. Dan air matanya adalah kepiluan lubuk hati yang tak tergapai oleh siapapun kecuali oleh dirinya sendiri. 
     Saya akan tulis ber-seri cerita pengakuan tentang hilangnya atau terenggutnya sebuah keperawanan perempuan. Dan pengakuan - pengakuan itu akan saya peroleh dari mereka yang saat ini sedang menjalani kehidupan sebagai wanita pe es ka. Mohon maaf jika nanti interval posting cerita pengakuan yang satu dengan yang berikutnya cukup panjang. Hal ini sudah saya perkirakan, sebab selain waktu saya ketemu dengan mereka, juga karena keuangan saya, dan juga tidak setiap pe es ka mau secara jujur mengaku dan mau memberikan pengakuan peristiwa terenggutnya keperawanan mereka.
     Saya akan membatasi terhadap pe es ka yang bisa saya korek pengakuannya. Saya menetapkan sarat. Yang pertama pada tahun dua ribu sebelas ini belum berusia tiga puluh tahun. Yang kedua berwajah cantik ( menurut saya ). Yang ketiga berpendidikan serendah - rendahnya sekolah menengah tingkat pertama. Dan yang paling penting mau jujur mengaku. Untuk yang terahkir ini pasti sangat tidak gampang. Tetapi saya semangat untuk mengejar itu. Tentu saja demi anda dan mungkin demi mereka. 
     Dan apabila saya menuliskan ponsel mereka diahkir cerita, mohon tolong jangan berbuat iseng. Jangan melecehkannya. Tetapi jika anda pembaca mau dan mampu, tolonglah mereka. Menolong bukan harus dengan materi, melainkan kata - kata bijak anda yang tidak menggurui, mungkin sangat dibutuhkan. Jika anda mengajaknya berkencan, jangan ingkari. Perlakukan dia dengan kasih sayang. Jangan siksa batin dan raga dia. Berikan lebih dari tarif yang dimintanya. Perlakukan dia dengan baik. Dia adalah juga manusia yang barangkali saat ini sedang terdesak dan tersesat.
     
Pengakuan Satu

     Saya tiba di kawasan pantai Parang Kusuma Bantul Yogyakarta masih sore. Mobil saya parkir di penitipan kendaraan. Saya bergegas ke pantai untuk sekedar menyentuh air laut. Hari kamis tanggal sembilan juni dua ribu sebelas. Malam Jum'at. Pantai Parang Kusuma pada setiap malam jum'at dan utamanya malam jum'at kliwon banyak dikunjungi orang untuk melakukan ritual kebatinan. Pantai ramai dikunjungi wisatawan domestik. Umumnya mereka adalah muda - mudi yang berpasang - pasangan sekedar duduk - duduk di pantai, atau ada yang mandi bermain dengan ombak, karena pantai Parang Kusuma adalah pantai yang landai sehingga tidak berbahaya untuk berenang. Ada juga yang naik delman pantai untuk menyusuri panjangnya pantai Pasang Tritis dan Parang Kusuma . Atau sekedar berpose di atas pelana kuda tunggangan yang disewakan. 
     Malam mulai merangkak. Saya sudah mimikri. Tak lagi kenakan pakaian lusuh yang saya kenakan ketika datang. Saya mencoba bersih, rapi dan wangi. Dari informasi yang saya dapatkan, mereka para pe es ka ini pada umumnya mangkal di pinggir lapangan di dekat pantai. Kaki, saya langkahkan kesana. Menyusuri jalan berpaving yang di pinggir jalan berderet warung - warung yang umumnya lampunya bernyala temaram. Pandangan mata saya mulai tertumbuk wanita - wanita berpakaian seksi.Ada yang bergerombol sambil duduk - duduk, ada yang satu - satu berdiri berjarak satu dengan lainnya, dan ada yang nangkring di atas motornya. Mata saya tidak bisa jelas melihat wajah mereka. Mereka berada di tempat terbuka mirip lapangan pasir pantai, dan mungkin dengan sengaja menjauhkan diri dari sorot lampu merkuri pantai.
     Saya mencoba lewat di depan mereka dan sejenak berhenti untuk menawarkan rokok pada mereka. Disaat saya menyalakan korek untuk membantu mereka menyulut rokok itulah saya bisa menerangi dan melihat wajah mereka dengan jelas. Dilihat dari roman muka mereka saya bisa memperkirakan bahwa mereka ada yang sudah berusia di atas dua puluh tahun, ada yang masih sangat muda berusia belasan tahun, tetapi ada juga yang sudah berusia di atas tiga puluh tahun, bahkan ada yang sudah berusia empat puluh tahunan. 
     Saya terus berjalan dan tiga bungkus rokok impor kesukaan mereka sudah habis aku bagi - bagikan. Saya belum menemukan yang saya cari. Cantik, muda, jujur. Cantik banyak. Muda banyak. Jujur ? Sulit. Ingin saya temukan wajah yang polos tak ber-make up, tidak kenes, tidak nel - nelan, tidak menawar - nawarkan dirinya, dan cenderung diam serta bermuka sedih. Yang begini biasanya mudah diajak bicara, tidak banyak berkelit dan jujur.
    Saya menemukannya. Dia sendiri dikegelapan. Berdiri menghadap ke pantai. Ditangannya ada ponsel yang sedang dimainkannya. Esemes barangkali. Saya mendekat. Dia tidak bergeming dan tidak menyapa. Kutawarkan rokok. Dia menolak mengatakan tidak merokok. Saya menyulut rokok yang sebenarnya hanya ingin menerangi wajahnya. Cantik. Pakaian yang dikenakannya sederhana. Tidak seksi. Inilah yang saya cari ! Muda, polos ,tidak berwajah nakal.
     " Kamarmu dimana ?" Saya membuka percakapan yang mengarah. Dia mengangkat wajah, memasukkan ponsel di sakunya, dan menunjuk arah. Mata saya mengikuti arah yang ditunjuknya. Sebuah rumah sederhana dengan lampu penerang teras rumah yang hanya lima wath. " Tarif ?" Saya menanyakan karena memang saya tidak tahu. " Tujuh puluh ribu " , jawabnya singkat sambil tersenyum ramah. Aku kaget, tubuh cantik begini tujuh puluh ribu ?  Murah amat ? " Oke ..ayo.. !" Kugandeng tangannya dan melangkah menuju arah yang ditunjuknya tadi.
     Aku diajak masuk kamar. Kamar yang amat - amat sederhana. Hanya ada kasur tipis. Sprei kumal. bantal kucel. Sempit dan pengap bau asap rokok. Mungkin tamunya merokok di kamar. Kasur tipis dibentangkan di lantai. Aku segera duduk dan menselunjurkan kaki. Dia masuk kamar mandi yang ada di dalam kamar. Kamar mandi yang tak berpintu. Keluar dari kamar mandi dia sudah tak lagi mengenakan roknya. Hanya beha dan celana dalam warna hitam yang menempel di tubuhnya. Dan melangkah ke arahku dan berhenti tepat di depanku. Posisiku yang duduk menyebabkan wajahku tepat berhadapan dengan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam. Aku mengelus kemaluannya dari luar celana dalam. " iiiihh !" Dia menjauhkan kemaluannya dan kemudian duduk di dekatku. Sangat dekat sampai aku bisa membaui parfum di ketiaknya. " Yuk, mas !" Sambil tangannya meraba - raba celanaku yang di dalamnya ada punyaku yang ereksi. Aku membalikkan tubuh dan berada di sampingnya yang terlentang dan kedua kakinya ngangkang. Aku meneruskan mengelus kemaluannya dari luar celana. Dia mau buka celana dalamnya. Aku melarangnya. Aku terus mengelus dan sedikit menekan - nekan. Dia menikmati. " Aaaaaahhh, mas ! Ayo ta ! Main saja !" Tanganku yang mengelus - elus punyanya dipegangi dan semakin ditekankan di kemaluannya. Setelah kurang lebih lima menit aku mainkan kemaluannya,  dia melenguh : " Aaaaahhh ..... mas... !" Dan celananya basah.
     Tanganku selesai. Aku merogoh dompet dan aku keluarkan tiga lembar pecahan ratusan ribu dan kuselipkan di behanya sambil aku sedikit meremas payudaranya. Dia mengambil uang yang kuselipkan. " Kok banyak banget, mas ?" Dia mengamati uang di tangannya. " Nanti masih aku tambah, dik !" Kataku lagi. " Nah, sekarang duduk !" Aku menyelimuti tubuhnya yang tidak mengenakan rok. Kemudian aku menyulut rokok dan membuka botol minuman lalu kusodorkan kepadanya. Dia menerima dan minum. " Aku ingin kejujuranmu ! Siapa namamu ? Asalmu ! Jangan bohong !" Aku membuka percakapan. Dia membetulkan Selimut di tubuhnya. Berdiri dan membuka tas yang tergantung di dinding. Mengeluarkan katepe dan memberikan kepadaku. " Tapi nama panggilanku Cipluk, mas " Kembali dia duduk dan bersandar dibahuku. Aku mengembalikan katepenya. Aku mengelus rambutnya. Aku peluk dan sebentar bibirnya aku cium. Setelah itu aku bertanya : " Aku ingin cipluk cerita siapa yang pertama kali meniduri Cipluk. Dimana dan kapan ?" Cipluk kaget. Tak lagi bersandar di bahuku dan menatap mataku dalam - dalam. Dan kulihat sorot matanya penuh tanda tanya. Lalu katanya : " Untuk apa, mas ? Aku malu ceritakan itu !" Aku tersenyum. Kutambahkan satu lembaran pecahan lima puluh ribu. " Aku ingin tahu. Dan tak usah malu " Kataku sambil menyelipkan uang di behanya. Cipluk menghela napas. Terdiam. Lalu katanya : " Untuk mas saja. Tolong jangan ceritakan kepada orang lain " Aku hanya bisa jawab : " Ya, pluk. Percayalah " Sambil aku membuka dompet dan menambah selipan di behanya lima puluh ribu lagi, tentu saja sambil kuremas payudaranya.  Ahkirnya uang bisa mengalahkan rasa malu Cipluk. Dan aku percaya  gelagat, Cipluk pasti mau cerita. 
     Cipluk membetulkan posisi duduknya. Duduk bersila, badan tegak dan selimutnya ada di bahunya. " Sebelum Cipluk berada di tempat kayak begini, Cipluk pelayan toko di kota Cipluk, mas. Cipluk dapat gaji dua ratus lima puluh ribu sebulan. Uang dua ratus lima puluh ribu sebulan sangat tidak cukup untuk mengobatkan mbokku di kampung yang menderita sakit paru - paru. Mbokku sakitnya parah, mas. Cipluk bingung. Cipluk mikir. Kerja apa sih yang cepet menghasilkan uang ? Terpikir oleh Cipluk pekerjaan yang paling cepat dapat uang banyak ya menjual tubuh. Karena teman Cipluk sudah ada yang begitu. Dan Cipluk juga pernah diajaknya. Tapi waktu itu cipluk tidak mau. Tapi karena ingat sakit simbok, ya cipluk mau nekat " . Cipluk kemudian terdiam. " Cipluk anak terahkir, mas. Kakak - kakak Cipluk pada tidak mau tahu sakitnya simbok. Bapakku sudah duluan meninggal. Cipluk yang tinggal serumah dengan simbok adanya hanya tak tega melihat simbok sakit " Cipluk terdiam lagi. Air matanya meleleh di pipi. Aku mengusapnya. Dan aku lagi - lagi mengulurkan minuman ke Cipluk. Cipluk minum. " Satu hari Cipluk berpamitan ke majikan, Cipluk ingin keluar dari pekerjaan sebagai pelayan di tokonya. Majikan Cipluk menanyakan Cipluk mau kerja apa lagi. Cipluk terus terang, karena butuh uang. Majikan Cipluk bilang, kalau mau bekerja begituan harus dilatih dulu. Dan majikan Cipluk mau melatih Cipluk. Bahkan mau memberi uang banyak jika Cipluk mau dilatih untuk begituan ". Cipluk lagi - lagi minum. Mungkin korongkongannya jadi kering dengan mengingat peristiwa yang dialaminya dulu. " Terus gimana, Pluk ?" Tanyaku yang mulai tak sabar. " Cipluk dibawa ke sebuah hotel oleh majikan Cipluk. Waktu itu siang hari. Di dalam kamar hotel Cipluk disuruh membuka baju, kutang dan celana dalam. Cipluk jadi telanjang, mas. Lalu Cipluk dibimbing majikan ke kamar mandi di dalam kamar itu. Di dalam kamar mandi majikan juga melepaskan semua pakaiannya, mas. Majikan juga jadi telanjang. Cipluk tidak tahu artinya, majikan waktu itu mengguyurkan air ke tubuh Cipluk. Seluruh badan Cipluk disabuni Majikan. Di payudara Cipluk Majikan lama sekali memutar - mutar sabun. Dan juga meremas - remas payudara Cipluk. Katanya payudara Cipluk masih ranum, kenyal dan menyenangkan sekali bagi yang meremasnya. Cipluk diminta berkumur sepuluh kali dan sikat gigi bersih - bersih. Setelah itu Majikan mengulum bibir Cipluk. Lidah Majikan masuk ke mulut Cipluk dan bermain di dalam mulut Cipluk. Rasanya geli sekali, mas. Tapi Cipluk ngrasakan enak. Begitu juga ketika payudara Cipluk diremas - remas juga enak, mas. Bahkan ketika Majikan memilin punting, Cipluk cuma bisa merintih, mas. Geli sekali. Tapi enak. Dan yang paling membuat Cipluk tak tahan ketika tangan Majikan bermain di tempe Cipluk, mas. Telapak Tangan Majikan terus memutar - mutar, mengelus naik - turun, dan menekan - nekan tempe Cipluk. Dan terus disabuni. Katanya tempe Cipluk cantik. Mungil dan rambut baru sedikit. Lalu jari Majikan masuk ke tempe Cipluk. Dan masuk keluar. Itulah yang membuat Cipluk tak tahan, mas. Cipluk hanya bisa menggeliat dan merintih. Tapi enak, mas. Dan saat jari Majikan di dalam tempe Cipluk, Cipluk merasakan ada yang sangat enak di tempe Cipluk. Tempe Cipluk pegal meradang bagai mau pecah. Dan tiba - tiba cipluk tak tahan. Dan tempe Cipluk geli dan enak banget. Waktu itu Cipluk tak tahu kalau itu orgasme dan kenikmatan. Ya, karena baru kali itu Cipluk rasakan, mas. Kemudian Majikan memeluk Cipluk. Dan Cipluk diminta Majikan untuk menggenggam dan mengelus - elus pistolnya. Cipluk genggam dan Cipluk elus - elus. Majikan tambah erat memeluk Cipluk. Malah juga terus menciumi leher Cipluk. Tak lama kemudian tangan Cipluk basah air kental, hangat yang keluar dari pistol Majikan. Waktu itu Cipluk tak tahu kalau itu ternyata air mani. Ya baru pertama kali itu Cipluk memegang pistol orang dewasa yang muncrat air maninya. Kemudian Cipluk diminta Majikan untuk membasuh pistolnya dan menyabuninya " Cipluk berhenti cerita meraih botol minuman dan minum. Mengupas jeruk yang aku bawakan dan menjejalkan ke mulutnya yang kecil dengan bibir yang tipis. " Dak usah tergesa - gesa Pluk, nikmati jeruknya. Aku mau temani kamu sampai malam larut " Kataku sambil mengupaskan jeruk untuk Cipluk dan menjejalkan ke mulutnya. " Jeruknya manis banget, mas. Beli dimana ? " Tanya Cipluk disela - sela menyisihkan biji buah jeruk di mulutnya. " di Jogya " Jawabku pendek sambil terus menyuapkan jeruk ke mulut Cipluk. " Pelan - pelan dong, mas. Mulut Cipluk tak muat ". Aku tertawa. " Terusin dak, mas, ceritanya ?" Cipluk menggoda, karena Cipluk tahu aku tadi serius mendengarkannya. " Ya terusin dong, Pluk, asyik je. Ni pistolku jadi kaku " Aku menunjukkan bagian celana yang menggelembung karena pistolku hidup. " Keluarin aja, mas. Biar Cipluk elus - elus ntar kan jadi muncrat maninya kayak punya majikan Cipluk dulu". Kata Cipluk sambil meraba bagian celana yang membusung. " Nanti aku keluarkan ! Malah nanti aku masukkan di tempemu. Trus maniku kubiarkan keluar di tempemu !" Kata - kata nakalku kulontarkan. " Sekarang saja yuk, mas. Musukkin. nanti Cipluk sambil cerita !" Cipluk menggoda. " Dak kamu cerita saja dulu. Nanti begitu cerita tamat, Aku buka celdammu dan kita cari kenikmatan, oke ?" Cipluk mengangguk. Cipluk memuntahkan biji jeruk dari mulutnya, dan mengelap bibirnya yang basah air jeruk dengan selimut, lalu : " Selasai di kamar mandi Cipluk dibimbing ke ranjang. Cipluk ditidurkan. Majikan  Cipluk jongkok di samping Cipluk. Pistolnya nampak kaku sekali, mas, waktu itu. Terus kaki Cipluk di kangkangkan lebar - lebar. Tangan Majikan Cipluk bermain - main lagi di tempe Cipluk. Dan Cipluk ngrasakan tempe Cipluk basah. Tapi sebelum itu ada rasa enak banget, mas, di tempe Cipluk. Ternyata Cipluk orgasme lagi. Majikan Cipluk kemudian berjongkok diantara paha Cipluk. Lalu merubah posisi bertumpu pada lututnya. Lalu semakin merendah dan pistol Majikan Cipluk rupanya sudah menempel di tempe Cipluk. Lalu kata Majikan, jika orang lain yang mengajari Cipluk pasti Cipluk akan kesakitan, tapi kalau Majikan Cipluk yang mengajari Cipluk, Cipluk akan keenakkan. Siang itu Cipluk pasrah, mas. Pistol Majikan Cipluk mulai menusuk tempe Cipluk. Tempe Cipluk ngrasakan enak banget ketika pistol Majikan Cipluk menekan lubang tempe Cipluk. Kemudian sangat pelan Majikan Cipluk mendorong pistolnya. Sangat pelan, mas. Tapi berjalan masuk. Tempe Cipluk ah... tak terbayangkan, mas. Pokoknya enak. Enak Banget. Lalu Majikan Cipluk memanggil - manggil nama Cipluk. Tapi pistolnya tidak digerakkan. Cipluk sudah bisa merasakan kalau pistol Majikan Cipluk sudah tertelan semua oleh tempe Cipluk. Karena Cipluk merasakan sudah tidak ada lagi ruang di dalam tempe Cipluk. Penuh tersumpal. Tapi enak. Saat itu tempe Cipluk tak tahan, mas. Geli luar biasa dan tiba - tiba tubuh Cipluk menggigil dan iiiiihhhh, mas. Euuunak banget tempe Cipluk. Tempe Cipluk yang dimasuki pistol, kok seluruh tubuh yang enak ya, mas ?  Cipluk tak ingat apa waktu itu Cipluk mendesah keenakan atau tidak. Setelah itu rasanya tempe Cipluk tak begitu tersumpal. Rupanya cairan nikmat Cipluk melicinkan pistol Majikan di dalam tempe Cipluk. Kemudian Majikan Cipluk mulai menarik mundur dan menekan lagi pistolnya ke depan . Saat itu ada rasa sedikit perih. Perih tapi enak. Terus pistol Majikan Cipluk bergerak maju mundur. Cipluk tak ingat lagi yang sedang terjadi. Tubuh Cipluk melayang. Bibir Cipluk telah dilumat mulut Majikan Cipluk. Payudara Cipluk tak tahu diapakan oleh Majikan Cipluk. Dan tempe Cipluk entah dipompa keras atau pelan Cipluk tak tak tahu lagi. Yang ada hanya enak, nikmat, melayang, bergetar, menggigil. Dan Cipluk hanya ingat waktu itu majikan Cipluk memanggil nama Cipluk dengan histeris dan Cipluk merasakan tempe Cipluk dipenuhi air, kental, lincin dan hangat. Dan Majikan Cipluk mendekap Cipluk sampai - sampai Cipluk sulit bernapas ".  Cipluk menghela napas panjang. Seolah sesaknya napas waktu itu dirasakan lagi. " Itulah pengalaman pertama, Cipluk, mas. Dan hari - hari selanjutnya Majikan Cipluk terus meminta Cipluk melayaninya. Kemudian Cipluk diumpankan ke teman - teman Majikan Cipluk. Setiap kali melakukan, Cipluk terus tetap sangat menikmati, mas. Rasanya rugi kalau pistol - pistol itu tidak dinikmati. Sejak saat itulah Cipluk terus tersesat sampai hari ini. Dan mbokku telah sembuh berkat obat - obat yang mahal. Tapi aku terus terjerumus sampai hari ini. Rasanya sulit meninggalkannya. Sebenarnya Cipluk sangat menyesal. Tapi kepalang tanggung. Kalau Cipluk berhenti dari ini apa mungkin masyarakat mau menerima orang sekotor Cipluk. Sedosa Cipluk. Cipluk belum menemukan jalan keluar. Cipluk sedih, mas. Apalagi kalau Cipluk lagi sadar sekarang ada dimana " Cipluk terdiam dan rupanya menahan menitiknya airmata. Air matanya ternyata tak tertahan. Dan mengalir membasahi pipi. Aku melihat wajah Cipluk yang menunduk dan sedikit terisak. Aku ulurkan sapu tangan. Cipluk menerimanya dan menggunakannya untuk menghapus air matanya. Lagi aku mengupas jeruk dan sebentar kemudian aku suapkan di mulut mungil Cipluk. " Sekarang kenakan lagi rokmu, kita jalan - jalan di pantai, Pluk !" Kataku sambil menggamit tangannya agar berdiri dari duduk. Cipluk mendongak dan menatap tajam mataku, lalu : " Lho....apa mas tidak meniduri, Cipluk ?" Tanyanya penuh heran. " Gampang, Pluk. Kita jalan - jalan di pantai dulu. Mumpung ada bulan. Ayo cepet kenakan rokmu !'' Aku memerintah Cipluk. 
     Cipluk selesai memakai roknya lagi. Dan keluar dari kamar mandi dengan rapi. Pecahan lima puluh ribu yang sudah kusiapkan lagi di tangan, aku berikan lagi ke Cipluk. " Lho,...mas, kok Cipluk diberi uang terus ta ?" Tanyannya penuh keheranan lagi. " Dah terima saja. Itu rezeki dari Tuhan. Mungkin malam ini Tuhan lagi memperhatikan kamu ". Aku mencoba berkilah agar Cipluk tak berpikir macam - macam. Aku membimbing Cipluk keluar kamar. Dan terus berjalan menuju pantai yang jaraknya tidak lebih dari dua ratus meter dari kamarnya. 
      Buih air laut berkilat - kilat tertimpa cahaya rembulan. Cipluk mengajak duduk di pasir pantai. Aku menurutinya. Cipluk duduk di antara pahaku dan bersandar di dadaku. " Mas ...." Cipluk tak meneruskan kalimatnya. Aku menunggu terusnya. Tetapi tak ada. Ahkirnya aku bertanya : " Ada apa, Pluk ?" Tiba - tiba Cipluk membalikkan badan dan memeluk aku erat - erat dan menangis sesenggukan. Aku mengangkat wajahnya yang dibenamkan di dadaku. Air matanya deras mengalir dan berkilat - kilat tertimpa cahaya rembulan. Aku mengusapnya. Kucium pipinya. Lalu kulumat bibirnya. Kubelai rambutnya. Cipluk menjadi berhenti menangis. Setelah kuketahui tangis Cipluk betul - betul reda kutanyakan kalimat yang belum terselesaikan tadi, : " Ada apa,  Pluk ?" Sambil kepeluk tubuh Cipluk. Dan aku merasakan payudaranya menekan dadaku. " Cipluk ingin keluar dari lembah dosa ini, mas. Tolong Cipluk, mas ". Mendengar kalimat Cipluk itu aku bingung harus aku jawab bagaimana. Tak terpikirkan olehku kalau akan ada ujung cerita yang seperti ini. Tadi aku mengira tangis Cipluk adalah tangis penyesalan hilangnya keperawanannya. Ternyata tangis Cipluk adalah menangisi nasibnya  yang berkepanjangan terjerumus di lembah dosa. " Kamu masih muda. Keluarlah dari tempat ini. Tekatmu yang akan membimbingmu untuk menemukan jalan keluar. Tuhan mencintai ciptaannya. Jangan takut untuk menderita di luar sana. Mumpung masih muda. Jangan terlambat ". Tak terasa kalimatku meluncur keluar yang mungkin tidak dipahami Cipluk. " Caranya, mas ?" Tanya Cipluk yang membingungkan aku untuk menjawabnya. Aku hanya bisa memeluknya lagi dan mencium bibirnya lagi dan selesai mencium bibirnya aku bisikkan ditelinganya : " Pulanglah ke mbokmu. Bermainlah di pasar. Jangan jemu - jemu pergilah ke pasar. Jika Cipluk sudah menemukan yang cipluk  pikirkan, buka tabungan dan mulailah ". Mendengar kalimatku Cipluk kembali memeluk erat tubuhku dan katanya : " Terima kasih, mas. Belum pernah ada tamu Cipluk sebaik mas " . Malam makin larut. Udara semakin dingin. Dan air laut pasang semakin mendekati dimana aku dan Cipluk duduk. 


                                                                                  ada pengakuan 2 .......


ini nomor hp dia 085879938416 jangan pernah punya niat jahat untuknya. Jika hanya iseng  jangan hubungi. Jika tulus mau menolong lakukanlah. Tuhan Maha Tahu, Maha Pemberi dan Maha Pengampun bagi penolong. Dan Tuhan Maha Tahu dan Maha Membalaskan bagi yang jahat.
     




     
     

   


Senin, 24 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                           edohaput 


Bagian Ketigapuluhsatu

     Malam telah larut, dengan diikuti Slamet pak Lurah menuju ke rumah Surinah. Udara dingin yang disertai gerimis menjadikan malam begitu sepi. Warga memilih nyenyak di rumah dari pada berkegiatan lain. Angin bertiup kencang menyebabkan suara dedaunan pohon - pohon begitu berisik. 
     Surinah membukakan pintu untuk Pak Lurah dan Slamet. Slamet menutup pintu dan menguncinya, sementara Pak Lurah langsung merangkul Surinah ke kamar Surinah. Sebentar kemudian pak Lurah keluar kamar untuk pipis di kamar mandi yang ada di rumah belakang. Pada saat ke rumah belakang itu pak Lurah dilihat perkututnya yang sudah menjadi milik pak Sukirban. Kontan perkutut itu melihat mantan tuannya langsung manggung merdu tak henti - hentinya. Ketika pak Lurah sudah kembali ke kamar Surinah-pun perkutut masih terus berbunyi tak berhenti. 
     Di dalam kamar Surinah telah telanjang dan terlentang. Pak Lurah-pun segera menelanjangi diri. Naik ke ranjang dan segera menindih tubuh Surinah yang telah siap disenggamai. Tongkat pak Lurah yang telah sangat keras karena viagra segera menyentuh bibir kemaluan Surinah dan langsung disodokkan amblas di kemaluan Surinah yang sudah sejak sore tadi menunggu untuk disodok. Seperti saat - saat senggama sebelumnya ketika tongkat pak Lurah masuk ke kemaluannya mata Surinah terbeliak dan mulutnya tak bisa tidak mendesah karena besarnya dan panjangnya tongkat pak Lurah. Malam ini pak Lurah tidak seperti biasanya yang selalu menikmati kedalaman kemaluan Surinah dengan membiarkan tongkat tenggelam di kemaluan tanpa digerakkan, dan mulutnya menyerang bibir, leher, dan penthil. Kali ini pak Lurah dengan kasarnya langsung memompakan tongkat di kemaluan Surinah. Dan mulutnya terus tanpa henti - hentinya menyerang bibir, leher dan penthil Surinah. Surinah hanya bisa gelagepan merasakan bibirnya yang terus dikulum, lehernya yang terus dicupang dan penthilnya yang terus disedot - sedot. Karena serangan yang begitu ganas dan kasar dari pak Lurah, belum sepuluh menit Surinah telah dua kali sampai ke puncak. Pak Lurah ingin Surinah cepat capai dan kemudian lemas. Dari posisi terlentang pak Lurah segera membalikkan tubuh Surinah menjadi tengkurap. Posisi demikian membuat Surinah semakin kelabakan, karena tongkat pak Lurah bisa semakin melesak masuk ke kedalaman dan posisi demikian membuat sisi - sisi sensitif di kemaluannya mudah sekali tersodok tongkat yang sangat kaku dan hangat. Lagi - lagi Surinah orgasme. Surinah lemas. Sekarang tubuhnya benar - benari  menjadi mainan pak Lurah. Surinah telah tidak punya kemampuan bergerak. Tubuhnya dibolak - balik pak Lurah. Dan dengan kuatnya tongkat pak Lurah terus menggenjotnya. Tiga puluh menit telah lewat. Tubuh surinah begitu lunglai. Sementara itu tongkat pak Lurah belum ada tanda - tanda mau menyemprotkan mani. Pak Lurah mengangkat tubuh Surinah dan dipangkunya. Tongkatnya ditancapkan lagi dikemaluan Surinah. Dan dengan kekuatannya yang masih begitu kuat pak Lurah menggoyangkan pantatnya berputar - putar, sehingga tongkatnyapun ikut berputar di kedalaman kemaluan Surinah. Surinah begitu kelabakan tapi tubuh sudah sangat capai. Di kemaluannya ada rasa geli yang luar biasa. Geli nikmat yang tak tertahankan. Mulut surinah terus menganga, tangannya lepas tak lagi kuasa mencengkeram, begitu juga kedua kakinya lemas, hanya pantatnya saja yang bisa sedikit bergerak dan kemaluannya merapat - rapat menahan geli nikmat yang luar biasa. " Aaaaaaahhhhhh .....aaaaugggghhhh.......aaaaahhhhhhh ...... !" Mulut Surinah ternganga dan terus mendesah. Disaat Surinah terlena inilah pak Lurah dengan diam - diam membuka tutup botol kecil yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dengan cepat pak Lurah mengucurkan cairan dari botol kecil itu ke mulut Surinah yang terbuka. Surinah kaget tapi tak kuasa. Cairan di mulut membuatnya tersedak dan tertelan semua. 
     Slamet yang ada di luar kamar duduk dengan gelisah. Walaupun telinganya mendengar desahan nikmat Surinah dan suara ranjang yang selalu berderit Slamet tidak ereksi. Perasaan takutnya telah membuat tongkatnya mati. Slamet tahu apa yang akan dialami Surinah. Surinah akan segera sesak napas dan jantungnya berhenti berdetak kalau pak Lurahnya sudah berhasil meneteskan cairan dibotol kecil yang dibawanya dari rumah. Surinah akan seperti Partini, mati karena tak bisa bernapas. 
     Surinah mulai sulit bernapas, tersengal - sengal kemudian tak ingat apa yang sedang terjadi. Surinah pingsan dipangkuan pak Lurah. Pak Lurah menjatuhkan tubuh Surinah dari pangkuannya. Surinah terlentang kangkang. Pak Lurah segera menancapkan lagi tongkatnya di kemaluan Surinah yang terasa makin sempit karena sesaknya napas Surinah. Ujung penis pak Lurah mulai terasa geli dan semakin mengembang. Mani di saluran mulai menghentak - hentak. Seluruh tongkat yang tergesek kedalaman  kemaluan Surinah yang penuh dengan berbagai rasa yang menikmatkan tongkat sudah begitu terasa. Dengan kuatnya pak Lurah menyodokkan tongkatnya di pepek Surinah. Kemaluan Surinah yang  sampai - sampai menimbulkan bunyi ....ceprot ....ceprot....ceprot ....ceprot ..... tak lagi dirasakan Surinah. Karena Surinah sudah tak bernyawa. Sebentar kemudian pak Lurah melenguh ..." Haaaaaaauuugggggghhhhhhh .......Rin.....aduh.....Riiiiiiiiiinnn....... !" Maninya tersembur di kemaluan Surinah. Tubuhnya berkelenjotan, tangannya mencengkeram kuat tubuh Surinah yang mulai mendingin. 
     Burung perkutut belum berhenti manggung. Walaupun Pak Lurah dan Slamet telah meninggalkan rumah Surinah dan mengendap - endap di kegelapan malam yang hujan dan berangin kencang. 
     Slamet menyudahi cerita sambil meneteskan air mata : " Ampuni ...saya pak polisi ... saya sangat berdosa ... saya ...ikut bersalah .... " . Slamet tak bisa meneruskan kalimatnya, tenggorokannya serasa tersekat. Semua polisi yang ada di ruangan hanya bisa menghela napas panjang. Para polisi lega karena semua menjadi jelas. Kematian Partini dan Surinah tak lagi jadi misteri. " Terima kasih, mas Slamet. Dari cerita mas Slamet tadi semua menjadi terbuka ". Kata Polisi yang duduk di sudut.
     Hari sudah menjelang sore, setelah memperoleh waktu istirahat Slamet kembali diajak masuk ruang interogasi. " Begini, mas Slamet. Kami akan antar pulang mas Slamet ke rumah. Tetapi mas Slamet harus berjanji tidak akan kemana - mana. Mas Slamet harus setiap saat ada di rumah. Setiap kami butuh mas Slamet, mas Slamet harus ada di rumah. Mas Slamet adalah satu - satunya saksi atas kematian Partini dan Surinah. Mas Slamet harus mempertanggungjawabakan ucapan mas Slamet nanti di pengadilan. Kami bisa saja menahan mas Slamet. Tetapi karena kami yakin mas Slamet tidak akan pergi menghindar, maka kami akan mengantar mas Slamet pulang malam ini. Tetapi setiap saat kami butuh dan menjemput mas Slamet, mas Slamet mesti ada di rumah " Kata polisi yang di mejanya ada laptop. Bagai petir menggelegar kalimat - kalimat polisi ini di telinga Slamet. Kata - kata ditahan dan pengadilan membuat Slamet sangat takut. Tidak disangkanya ceritanya yang begitu mudah meluncur dari mulutnya akan berakibat dirinya nanti berurusan dengan pengadilan. Jantung Slamet berdetak keras. Slamet sangat menyesal mengapa dengan mudahnya ia jujur berceritera. Sesal tiada guna. Semua tidak dapat ditarik lagi.
     Slamet diantar pulang oleh dua orang polisi berpakaian preman. Slamet dibonceng motor. Sebelum masuk desa polisi membeli beberapa bungkus rokok, kopi, gula dan beberapa makanan kecil untuk Slamet. Slamet merasakan polisi - polisi yang mengantarnya pulang adalah polisi - polisi yang baik. Rokok, gula dan kopi ini sebagai upah dia cerita ? Atau polisi merasa kasihan terhadap dirinya yang sejak pagi hingga petang terus ditanya dan ditanya ? Atau karena apa ya ? Slamet tak habis pikir.
     Di rumah Slamet semakin gelisah. Hatinya sangat gundah. Slamet sangat tahu apa yang diceriterakannya kepada polisi akan mencelakakan pak Lurahnya. Pak Lurahnya pasti akan segera berurusan dengan polisi. Pak Lurahnya pasti akan berurusan dengan pengadilan. Pak Lurahnya pasti dihukum karena memang telah melakukan pembunuhan. Slamet juga merasa dirinya ikut bersalah karena telah membantu pak Lurahnya melakukannya. Berarti Slamet-pun pasti ikut menerima hukuman. Dan apa yang akan dilakukan oleh pak Lurahnya jika ternyata ia telah membuka rahasianya yang selama ini disembunyikan ? Slamet pasti akan kena marah hebat. Salah - salah bisa juga dipukuli. Bisa - bisa dibunuhnya juga. Belum lagi pesan dua orang polisi yang mengantarnya pulang ketika sudah sampai di depan rumah. " Hati - hati, mas Slamet, ya. Hari - hari kedepan mas Slamet akan banyak menemui kerepotan ". Kalimat itu terus terngiang di telinganya. Apa gerangan yang akan terjadi ? Kegundahan dan kegelisahannya tidak menemukan jawaban. Slamet sangat takut.
     Hari belum terlalu siang. Warga dusun geger mereka dikejutkan suara Darman yang teriak - teriak minta tolong. Warga berbondong - bondong menuju sumber teriakan. Mereka berlarian ke arah rumah Slamet. Warga menemukan Slamet telah kaku tergantung dengan tali plastik di dahan pohon mangga di depan rumahnya. Kepala dusun yang juga tiba di tempat melarang warga menurunkan jasad Slamet. " Kita tunggu polisi datang. Jangan ada yang sentuh Slamet !" Habis berkata begitu kepala dusun kemudian menghubungi polisi dengan poselnya. Warga hanya bisa bertanya - tanya mengapa Slamet yang sejak kecil hidup sengsara sebatang kara mati tergantung di pohon mangga.

          t a m a t . 
          segera hadir serial berikutnya ...... cerita dewasa  " Bau Lawean " ...........
          edohaput.

        

Jumat, 21 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 


                                                                                                                          edohaput


Bagian Ketigapuluh 


     Hari - hari selanjutnya di rumah Slamet pak Lurah terus dan terus menggarap Surinah. Yang digarap mau - mau saja. Karena memang sangat nikmat juga dhuwitnya yang semakin hari semakin menumpuk di lemari Surinah. Surinah pernah menolak untuk digarap pak Lurah di rumah Slamet, karena dhuwit yang diberikan pak Lurah kurang banyak. Surinah ingin harta pak Lurahnya cepat menipis. Dengan begitu pasti akan terjadi huru - hara di keluarganya. Huru - hara itu yang diinginkan Surinah. Surinah ingin keluarga pak Lurahnya berantakan. Isteri - isterinya pada protes. Para pembantu pada keleleran. Dan saudara - saudara pak Lurah pada ribut. Tetapi itu tak terjadi. Pak Lurahnya sungguh kaya. Surinah tak bisa menyakiti pak Lurahnya sebagai pelampiasan dendam atas kekurangajaran pak Lurah merenggut keperawanannya dan terus menghinanya dengan selalu memberinya uang untuk disetubuhi sebagai pemuas nafsu gilanya.  Sebaliknya justru Surinah yang tenggelam dalam kenikmatan dan timbunan dhuwit pemberian pak Lurah.
     Persenggamaan demi persenggamaan yang dilakukan pak Lurah dan Surinah selalu membuahkan kenikmatan yang luar biasa bagi keduanya. Keduanya melupakan bahwa air mani yang masuk di kemaluan bisa menyebabkan hamil. Satu hari ketika pak Lurah lagi - lagi ingin dipanggilkan Surinah, Slamet pernah mengingatkan : " Den saya kawatir jangan - jangan Surinah hamil, den. Tolong den Lurah hati - hati " Pak Lurah yang diingatkan begitu juga sempat kaget : " Benar, Met. Aku lupa meminta Surinah menelan pil anti hamil. Padahal aku sudah berkali - kali menyetubuhinya ya, Met. Ah ..... mudah - mudahan Surinah sudah menjaganya ". Slamet menimpali : " Mudah - mudahan, den. Jangan sampai yang terjadi pada Partini terulang lagi, den ". Slamet mengahkiri kalimatnya dengan nada kawatir.
     Surinah memang telah hamil. Surinah menyadarinya. Perubahan rasa di perutnya yang sering mual, dan keinginannya makan makanan yang asam - asam untuk menghilangkan rasa jelih di mulut, adalah tanda - tanda ia hamil. Dan yang paling disadarinya adalah sebulan yang lalu tidak lagi ada kedatangan menstruasi. Surinah yang tidak bisa mencelakan pak Lurahnya dengan terus menguras dhuwitnya, kini kehamilannya yang akan digunakan untuk merusak nama pak Lurahnya. Surinah tidak gelisah akan kehamilannya. Bahkan ia ingin perutnya segera membuncit. Ia akan pamerkan perut buncitnya ke siapa saja. Dan ia akan mengatakan bahwa buncitnya perut adalah perbuatan pak Lurah. Dengan begitu pasti akan terjadi huru - hara di keluarga pak Lurah. Surinah tidak ingin pak Lurahnya bertanggung jawab terhadap janin yang dikandungnya. Surinah tahu persis kalau pak Lurahnya tak akan menikahinya. Lagi pula Surinah tak pernah bercita - cita menjadi isteri ke empat pak Lurah. Surinah bercita - cita bisa diperistri pemuda baik. Pemuda yang mencintainya. Seorang pemuda yang memeluknya penuh cinta. Bukan penuh nafsu birahi. Surinah tak suka pemuda seperti Mursinu. Yang pernah menciumnya, pernah meremas payudaranya, dan pernah mengobok - obok kemaluannya. Mursinu yang telah pernah nekat melakukan itu karena uangnya. Surinah merasa terhina. Surinah merasa dirinya telah dilecehkan. Walaupun semua yang terjadi juga bukan semua salah Mursinu. Salah dirinya juga mengapa ia waktu itu tergoda oleh ingin memiliki hape. Sehingga uang dari Mursinu membuatnya membiarkan yang dimilikinya dengan mudah dipermainkan Mursinu. Mursinu pernah juga melamarnya. Tapi Surinah menolak. Surinah tahu pemuda seperti Mursinu hanya suka ketika dirinya cantik. Satu saat ketika dirinya tak lagi cantik di mata Mursinu alias Mursinu bosan, dia pasti akan ditinggalkan Mursinu untuk mencari yang lain. Pemuda yang diinginkan Surinah adalah Trimo. Trimo adalah pemuda yang baik di mata Surinah. Pemuda yang tidak pernah berangsan. Pemuda yang selalu bertutur kata baik. Diam - diam Surinah telah jatuh hati kepada Trimo. Trimo yang setiap kali datang di warungnya untuk membeli rokok selalu melempar senyum sopannya. Trimo yang setiap kali berjumpa dengan dirinya selalu menanyakan kesehatan dirinya. Kesehatan bapak dan emaknya. Trimo yang pernah membuang ulat bulu yang merambat di punggungnya dengan sangat hati - hati. Trimo yang pernah memayunginya ketika ia kehujanan dari rumah Gandung kakaknya. Malam itu hujan lebat. Gelap dan halilintar menyambar - nyambar. Karena payung yang kecil menyebabkan Surinah merapatkan tubuhnya di tubuh Trimo. Surinah merangkul perut Trimo. Trimo merangkul pundak Surinah. Trimo tidak berbuat macam - macam. Padahal kesempatan sangat ada. Bisa saja Trimo merangkul sambil mengelus payudaranya. Bisa saja Trimo memeluknya dan mencium pipinya atau bibirnya karena tubuhnya sangat rapat dengan tubuh Trimo. Tetapi Trimo tidak melakukannya. Trimo malah justru sangat hati - hati membimbingnya di kegelapan malam yang hujannya sangat lebat. Trimo yang malam itu tak mau mampir di rumahnya karena tahu bapak dan emaknya tidak di rumah. Trimo yang hanya mengantarkan dirinya pulang sampai di pintu rumah dan Trimo yang berkata sangat menyejukkan hatinya. " Rin .... segara mandi ya. Keringkan badanmu. Trus minum teh panas. Jangan masuk angin ya, Rin. Besuk aku datang beli rokok dan  aku melihat kamu tetap sehat  ".  Berkata begitu dan sambil melempar senyumannya Trimo segera membalikan badan dan pergi meninggalkannya. 
     Surinah sangat tahu kalau Trimo jatuh hati juga pada dirinya. Surinah selalu melihat sorot mata Trimo yang di dalamnya tersirat rasa sayang dan cinta pada dirinya. Belum pernah ada kata sayang dan kata cinta dari mulut Trimo. Tetapi perlakuan Trimo pada dirinya telah lebih dari itu. Dan Surinah- pun tahu kalau Trimo sebenarnya juga telah mengetahui kalau dirinya juga memendam rasa terhadap Trimo. Surinah selalu membayangkan ada di pelukan Trimo. Pelukan sayang. Pelukan cinta. Pelukan yang lembut. Kini cita - cita itu telah buyar. Dirinya telah mengandung janin pak Lurah hasil hubungan nafsu jahat. Hasil dari persenggamaan yang kasar penuh nasfu dan kenikmatan. Hasil persetubuhan yang membuat dirinya selalu mendesah, melenguh, dan menggelinjang. Hasil persenggamaan yang membuat kemaluannya menjadi terasa begitu lebam dan tebal karena sodokan tongkat yang menggila. Hasil dari persetubuhan yang setiap lima menit ganti posisi. Antara posisi terlentang pak Lurah di atas menggenjot pepeknya. Posisi nungging yang membuat pepeknya sangat geli. Posisi miring yang membuat payudaranya dengan mudah diemut - emut pak Lurah. Posisi terlentang kangkang lebar - lebar dengan kedua kaki terangkat, sehingga pak Lurah dengan mudah dan sangat kuatnya menggenjot kemaluannya yang sempat menimbulkan suara ....ceplok ....srepet ....ceplok ... srepet ....cleplok .... dan dirinya tak kuat menahan orgasme yang menyebabkan jeritan kenikmatannya. Persenggamaan yang selalau berlangsung berlama - lama, karena pak Lurah sebelumnya menelam obat kuat. Persetubuhan yang sungguh menikmatkan karena sebelumnya dirinya selalu diminta minum cairan perangsang. Belakangan Surinah-pun menjadi sadar kalau malam ketika dirinya diperawani pak Lurah, dirinya telah lebih dulu diperdaya dengan perangsang. Perangsang yang membuatnya tidak bisa  menahan untuk segera disenggamai. Perangsang yang membuat dirinya lupa. Perangsang yang membuat kemaluannya begitu ingin disentuh. Perangsang yang membuat kemaluannya terasa mengembang pegal dan serasa ingin ditekan - tekan. Perangsang yang membuat payudaranya menjadi kaku ingin diremas. Perangsang yang membuat pikirannya ingin melakukan senggama dan orgasme. Perangsang yang membuat liang vaginanya mengucurkan kebasahan.
     Satu hari dengan tidak sengaja kehamilannya diketahui Slamet. Surinah kepergok Slamet ketika makan mangga muda di rumah. Slamet yang datang disuruh pak Lurah mengantar dhuwit dan menjemputnya untuk disetubuhi, melihat Surinah begitu lahab menikmati mangga muda. " Manis mangganya, Rin ? " Tanya Slamet curiga. " Dak, masam banget !" Jawab Surinah ketus. " Lha kok lahab ?" Tanya Slamet lagi tambah curiga. " Mulutku jelih, kang. Enak banget kalau makan yang masam - masam !" Surinah tetap ketus tanpa memperhatikan kehadiran Slamet yang membawa amplop tebal. " Waduh .... jangan ....jangan .....kamu ..... ? " Kalimat Slamet terputus. " Hamil ... ?! Benar kang, aku hamil. Bulan kemarin aku tak kedatangan !" Kata Surinah tambah ketus. Slamet pucat. Yang ditakutkan ahkirnya datang juga. Akankah berita buruk ini disampaikan kepada pak Lurahnya ? Apa perbuatan pak Lurah selanjutnya ? Akan seperti Partini-kah nasib Surinah ? Slamet bingung. Sedih. Takut. Kawatir. Slamet merasa berdosa. " Den Lurah ingin ngeloni aku yang kang ? " Tanya Surinah tetap dengan melahab mangga muda yang terus dikupasnya. " Benar, Rin. Dan ini uang untukmu ". Jawab Slamet takut - takut sambil meletakkan amplop tebal di depan Surinah duduk. " Den Lurah kesini saja, kang. Dak usah di rumah kang Slamet. Malam nanti bapak dan emak pergi ke rumah kang Gandung ! Dan suruh den Lurahmu itu, malam nanti dak usah meminumkan ke aku obat perangsang. Mulutku mual !" Kata Surinah tetap ketus dan tidak tertarik melihat amplop tebal yang ada di depannya. Slamet kaget ternyata Surinah tahu kalau dirinya telah selalu diperdaya pak Lurahnya. Lidah Slamet kelu. Dan karena takut Surinah marah, maka Slamet buru - buru pamit meninggalkan Surinah yang tetap terus melahab mangga muda.
     Dari rumah Surinah Slamet tidak pulang ke rumah, melainkan langsung menuju rumah pak Lurah. Kabar buruk tentang kehamilan Surinah harus segera disampaikan ke pak lurahnya. Slamet akan menyarakan kepada pak Lurah agar kandungan Surinah bisa digugurkan. Pak Lurah pasti bisa. Pak Lurahnya punya banyak kenalan dukun - dukun bayi yang bisa diperintahnya. Dan mungkin pak Lurahnya punya kenalan dokter yang bisa dimintai bantuannya.
     " Surinah hamil, den ". Kata Slamet tanpa berani memandang wajah pak Lurah yang duduk sambil merokok di depannya. Slamet memberitahukan apa yang baru saja diketahuinya di rumah Surinah. Pak lurah terdiam. Tidak menanggapi apa yang diomongkan Slamet. Ia malah bangkit dari duduk dan masuk ke kamar. Keluar dari kamar di tangannya ada beberapa gepok uang pecahan ratusan ribu. Slamet kaget dan bingung. Uang ? Untuk apa ? " Met, jual kambing - kambingmu. Sudah saatnya kau memelihara sapi - sapi agar pengahasilamu bertambah. Dan kamu bisa segera menikahi gadis perawan ". Kata pak Lurah sambil menjatuhkan uang yang tak terhitung dengan mata di atas meja di depan Slamet duduk. " Dan sawah yang ada di dekat rumahmu itu aku berikan ke kamu, Met !". Kata pak Lurah lagi. " Den ....... ". Kata Slamet yang disetop pak Lurah dengan isyarat jari telunjuk yang diletakkan di depan bibir. Slamet terdiam tak berani melanjutkan kata - katanya. Slamet sangat tahu uang beberapa gepok yang dimaksudkan untuk membeli sapi - sapi dan sawah di dekat rumahnya itu adalah sarana membungkam mulutnya. Slamet sangat tahu Surinah akan mengalami nasib seperti Partini. Slamet sangat takut. Sangat bingung. Slamet sangat merasa berdosa. " Nanti malam kita ke rumah Surinah. Sekarang kamu pulang. Bawa uang itu ! Setelah semua beres kau bisa beli sapi - sapi ! Jangan tidur ! Setelah malam larut kita laksanakan !" Slamet tak berani membantah.
    
                                       bersambung kebagian ketigapuluhsatu .........
    
     
     
     

Senin, 17 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                              edohaput 

Bagian keduapuluhsembilan 


     Tujuh hari setelah malam keperawanan Surinah terenggut oleh pak Lurah, Slamet datang menemui Surinah. Kedatangan Slamet sore itu disambut sikap memberengut Surinah. Surinah sangat menyesali atas kejadian malam itu. Yang membuat kemaluannya tak lagi perawan. Yang membuat Surinah malu terhadap diri sendiri. Mengapa malam itu begitu mudahnya ia melayani keinginan pak Lurah. Sampai detik Slamet datang setelah seminggu dari kejadian itu Surinah tetap tidak tahu kalau malam itu dirinya diperdaya dengan obat perangsang. Kejadian malam itu hanya Slamet-lah yang mengetahuinya. Dan Surinah tak ingin seorang pun tahu kalau dirinya pernah diperbuat oleh pak Lurah. Surinah malu. Tidak juga kepada maknya itu diceritakan. Semua dipendamnya untuk diri sendiri. Tak ada gunanya orang lain tahu. Justru olokanlah yang bakal di dapat kalau sampai ada orang tahu selain Slamet. 
     " Aku diminta untuk menyampaikan ini ke kamu, Rin. Terimalah " Kata Slamet sambil memberikan kotak kayu ukuran sedang kepada Surinah. Surinah tak bertanya dan menerima kotak kayu berukir dari tangan Slamet. Slamet duduk di kursi kayu tanpa dipersilakan oleh Surinah. Slamet menunggu reaksi. Surinah membuka kotak. Yang dilihat oleh Surinah pertama - tama handphone model terbaru. Surinah mengangkat hape. Surinah kemudian melihat bungkusan kain sutera merah. Surinah membuka bungkusan. Surina melihat gelang emas bertahtakan berlian, kalung emas dengan liontin besar bermata hijau jamrut. Dan Surinah juga melihat cincin bermata berlian. Surinah mengagumi benda - benda itu. Wajah yang sejak semula memberengut barangsur menjadi ceria. Melihat perubahan di wajah Surinah Slamet meberanikan diri berkata : " Rin, itu semua dari den Lurah. Sebagai tanda permohonan maaf den Lurah atas kejadian malam itu ". Surinah tidak menjawab kalimat Slamet. Wajahnya kembali memberengut tetapi tidak sememberungut ketika ia datang tadi. " Maunya den Lurah, apa kang ?" Tanya Surinah ketus. " Maunya den Lurah, e...e...anu... Rin...anu ... " Kalimat Slamet tergagap. " Anu apa, kang ? Yang jelas !" Kata Surinah tambah ketus.  " Anu, Rin... kalau Ririn mau datang di rumahku nanti malam, den Lurah mau kasih lagi perhiasan lebih banyak, Rin. Den Lurah mau ngomong sendiri, untuk minta maafnya, Rin " Kata Slamet takut - takut. Ririn tidak menjawab. Pikirannya melayang. Ia tahu ini pasti akal bulus den Lurah. Akal bulus den  Lurah yang ingin lagi menyenggamai aku lagi. Malam itu den Lurah pasti sangat menikmati pepekku. Ini kesempatan. Aku harus balas dendam. Aku harus bisa menguras habis harta den Lurah. Aku harus bisa. Den Lurah akan aku layani. Apa arti pepekku. Toh perawanku telah direnggutnya. Tak ada alasan aku tidak mau. Biarlah pepekku menjadi pemuas nafsunya. Asal hartanya terkuras. " Baik, kang. Katakan pada den Lurah aku mau datang !" Jawab Surinah masih dengan ketus. Byaaarr ! Hati Slamet berbinar. Sangat suka Slamet mendengar jawaban Surinah. Kantongnya bakal tebal oleh uang pemberian pak Lurah. Slamet berjingkrak dalam hati. " Kalau kamu mau, nanti jam tujuh aku jemput, Rin ". Kata Slamet masih tetap hati - hati. Slamet menyembunyikan kegembiraannya. Slamet takut kegembiraannya akan merubah pikiran Surinah. " Baik, kang. Jam tujuh !" Berkata ketus begitu Surinah meninggalkan Slamet. Dengan kotak di tangannya Surinah masuk kamar. Slamet berdiri dan segera meninggalkan rumah Surinah. 
     Jam setengah delapan Surinah tiba di rumah Slamet. Pak Lurah langsung menggandeng Surinah ke ruang tengah rumah Slamet. Ruang tengah yang selalu digunakan untuk menyenggamai Partini. Yang digandeng menurut saja. Pak Lurah mengansurkan bungkusan kain sutera merah. " Bukalah Rin. Itu milikmu ". Kata pak Lurah lembut sambil memegang tangan Surinah agar menerima bungkusan itu. Surinah membukanya. Dan melihat isinya sebuah kalung emas besar dengan liontin beramata merah delima. " Suka Rin ? " Bertanya begitu sambil pak Lurah memeluk tubuh Surinah. Surinah tidak berontak. Malah tubuhnya dilemaskan sehingga tubuhnya menjadi lentur di pelukan pak Lurah yang menyebabkan wajahnya menjadi terdongak dan bibirnya merekah terbuka. Bibir Surinah yang tidak tipis seperti bibir Partini. Bibir Surinah tebal tetapi begitu sensual. Tak ada laki - laki yang tidak ingin mencipoknya jika melihat bibir surinah yang sedang terbuka. Bibir yang selalu merah membasah bagai terolesi madu. Sebaris gigi yang tersusun rapi di balik bibir membuat bibir semakin menggoda pria. Apalagi jika Surinah tersenyum. Woow ! Tak kan kuat pria berlama - lama memandang  bibir yang di sudut kiri bawah terdapat tahi lalat kecil itu. Lebih - lebih di atas bibir indah itu ada hidung mancung mungil yang apa bila bibir itu dicium pasti akan tersentuh. Tidak menyia -nyiakan kesempatan pak Lurah langsung mencipok bibir Surinah. Dan tangannya terus meraba ke payudara. Surinah menikmati ciuman dan rabaan tangan pak Lurah di payudaranya. Pak lurah yang gemas terus meremas payudara Surinah yang besar dan kenyal. Tangan pak Lurah benar - benar menemukan mainan yang luar biasa menyenangkan. mainan yang membuat tongkatnya mendongak kaku, keras dan pegal. Selelai dengan payudara tangan pak Lurah melorot ke bawah dan menyingkapkan rok Surinah menuju selangkangan yang disana ada kemaluan Surinah yang menggunung dipenuhi bulu lebat. Mulut pak Lurah juga melorot kebawah menciumi leher Surinah yang di tengkuknya ditumbuhi bulu halus. Tangan pak Lurah yang sudah sampai di selangkangan menyentuh kemaluan Surinah dari Luar celana dalamnya. Mengelus - elusnya. Lagi - lagi Surinah tidak berontak. Malah kakinya dikangkang untuk mempermudah tangan pak Lurah masuk ke dalam celana dalamnya dan menyentuh kemaluannya. Sementara mulut pak Lurah terus menciumi leher Surinah, jari tangannya yang sudah di dalam celana dalam Surinah mulai menyibak - nyibakkan kelebatan rambut kemaluan Surinah dan menemukan bibir kemaluan yang terbuka karena Surinah berdiri kangkang di pelukannya. Jari tengah tangan pak Lurah menemukan lubang senggama yang basah dan segera menerobos masuk dan mengilik. Surinah meringis dan menggelinjang nikmat. " Sudah den .... Ririn .... tak tahan...den... ayo... den.... aaaahhhhhh ...! " Surinah mendesah dan melenguh. Mendengar Surinah mendesah - desah membuat pak Lurah semakin menggilakan jarinya di kemaluan Surinah. Surinah hanya bisa menggeliat, menggelinjang, dan orgasme. Pak Lurah menghentikan kegiatannya dan mengangkat tubuh Surinah ke ranjang. Memelorotkan celana dalamnya. Surinah terlentang kangkang tanpa celana dalam. Kemaluan nampak begitu menggoda. Besar, menggunung, dan berambut lebat. Tubuh Surinah tidak ditelanjangi pak Lurah. Karena dengan tidak telanjangpun semua sudah dengan mudah diraba dan dinikmati. Tidak lagi menunggu pak Lurah langsung memelorotkan celananya. Tongkatnya mencuat sangat kaku. Naik ke ranjang dan segera menindih tubuh Surinah yang memang sudah siap disetubuhi. Tongkat segera melesak masuk di kemaluan Surinah. Pertempuran dimulai. Ranjang bambu bederik, berderak - derak terayun - ayun dan selingi desahan Surinah yang sebentar - sebentar orgasme. Suara kecipak kemaluan Surinah yang membasah dan terus dikocok tongkat pak Lurah juga menghiasi ruang tengah rumah Slamet. 
     Slamet yang menyaksikan  adegan sejak awal tak kuat menahan. Ia segera keluar rumah menuju kandang kambing. Dibawanya kambing masuk ruang  belakang lewat pintu samping rumahnya. Dibukanya celana kolornya. Kambing yang sudah ditalikan di kaki meja segera didekati pantatnya. Kambing yang sudah sangat terbiasa dengan perbuatan Slamet tidak meronta. Mengembikpun tidak. Slamet dengan hati - hati menempelkan tongkatnya di pepek kambing. Anehnya kambing malah memundurkan pantatnya. Dan les ...... tongkat Slamet masuk di pepek kambing. Sangat hangat. Slamet yang terus mendengar desahan dan lenguhan Surinah serta ngos - ngosannya nafas pak Lurah semakin bernafsu. Pepek kambing terus disodoknya. Slamet menemukan kenikmatan, kehangatan, dan tongkatnya menemukan printil - printil di kedalaman pepek kambing yang membuat tongkat Slamet semakin lama semakin tambah kaku dan menggelembung karena merasakan sangat enak. Slamet sangat menikmati pepek kambingnya yang kakinya terus bergerak - gerak dan pantatnya mundur - mundur. Mungkin saja kambing itu juga orgasme. Dan setiap kali kambing bergerak agak brutal dan mendengus - dengus Slamet merasakan pepek kambing tambah basah. 
     Sementara di ruang tengah tubuh Surinah terayun - ayun dan sedang dipangku pak Lurah. Tubuh Surinah diangkat - angkat dan kemaluannya terus menancap - nancap di tongkat pak Lurah. Dan tak puas - puasnya payudara Surinah menjadi bulan - bulanan mulut pak Lurah. Selasai dengan memangku Surinah, pak Lurah menelungkupkan tubuh Surinah dan menyenggamai dari belakang. Paha Surinah dicengkeram erat dan ditarik didorong maju mundur. Posisi pak Lurah yang duduk bersimpuh dengan mudah menancap keluarkan tongkatnya di kemaluan Surinah yang bibirnya menjadi semakin tebal karena gosokan yang hebat. Surinah menjerit - njerit tertahan. Jeritan kenikmatan. Surinah lagi - lagi sampai ke puncak. Selesai dengan posisi itu pak Lurah kembali menelantangkan tubuh Surinah. Kemudian menancapkan lagi tongkatnya di kemaluan Surinah yang sangat licin dan basah. Paha surinah dirapatkan. Dan pada saat itulah pak Lurah dengan kekuatan tenaga penuh menggenjot kemaluan Surinah. Pak Lurah ingin sampai ke puncak. Yang diperbuat begitu menjadi semakin tak karuan. Karena kemaluannya sangat luar biasa geli, meradang dan sangat luar biasa rasa tak terkatakan. Merasakan itu Surinah hanya bisa terbeliak matanya, dan mengaduh sambil tangannya memeluk tubuh besar yang menindihnya. " Rin.....terimalah maniku Rin.....Rin.... nikmati maniku....Riiiiiiiiiiiiin !" Melenguh begitu pak Lurah menancapkan dalam - dalam tongkat di kedalaman kemaluan Surinah. " Den .... ayo...aduuuuuuh....den..... !" Surinah merasakan kedalaman kemaluannya ada keleler - keleler hangat sangat enak dirasakan. Surinah mengelinjang hebat. Pak Lurah kejang - kejang di atas tubuh Surinah. Ranjang berderak - derak sangat keras karena kelenjotannya dua tubuh di atasnya.
      Slamet yang masih asyik dengan pepek kambing pun sudah tak tahan. Slamet tahu pak Lurahnya sudah sampai. Maka Ia pun harus segera sampai di pepek kambing. Tongkat yang sudah begitu mengembang di pepek kambing tiba - tiba menjadi sangat nikmat. Maninya tertumpah di pepek kambing. Dan Slamet hanya bisa melenguh pendek. " Oh....kambing....kambingku.....aaaaughhh !" 
     Suasana kembali sepi. Dengan hati - hati pak Lurah menarik tongkatnya dari kemaluan Surinah. Surinah masih lagi - lagi mendesah. Dari kemaluan Surinah keluar dan meleleh mani pak Lurah. Surinah membiarkannya mani pak Lurah membasahi bibir kemaluannya. Surinah menikmati kehangatannya, menikmati kebasahannya. 
     Sementara di ruang belakang Slamet menuntun kambingnya keluar dan mengembalikannya ke kandang. Dari pepek kambing terlihat mani Slamet  membasahi bibir pepek kambing dan menetes - netes di lantai tanah rumah Slamet. 

                                                                bersambung kebagian ketigapuluh ............

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 


                                                                                                                                   edohaput 


Bagian keduapuluhdelapan 


     Selesai makan siang kembali Slamet diajak masuk ruang interogasi. Slamet mendapat sebungkus rokok mahal, sebotol minuman, dan beberapa buah jeruk. " Mas Slamet santai saja. Kami para polisi hanya ingin lagi mendengar cerita mas Slamet. Cerita tentang Surinah. Kami yakin mas Slamet pasti tahu. Bukankah begitu, mas Slamet ? " Polisi mengahkiri kalimatnya dengan bertanya yang dijawab Slamet dengan anggukan ragu. Slamet tak lagi bisa berbohong. Slamet tak lagi bisa menghindar. Slamet yang bodo. Slamet yang tidak berpengalaman dengan polisi, Slamet yang takut polisi, Slamet yang bingung ahkirnya kembali meluncurkan cerita. Cerita tentang Surinah alias Ririn. 
     Setelah kematian Partini, mata keranjang pak Lurah beralih ke Surinah yang cantik. Surinah kembang dusun kedua setelah Partini. Surinah anak mak Temi hasil hubungan gelap dengan tuan Rajiv ketika menjadi pe er te di Malaysia. Surinah alias Ririn yang berkulit hitam manis dengan wajah mirip gadis India. Surinah alias Ririn yang bertubuh sintal padat berisi dengan seluruh bagian kulit tubuh ditumbuhi bulu halus. Surinah yang banyak menarik perhatian pemuda dusun. Surinah yang dikagumi Mursinu pemuda dusun yang kaya raya. Surinah yang pernah dipeluk, diciumi, dan kemaluannya pernah dipermainkan dikilik oleh Mursinu di warung sembakonya. Pak Lurah terus mengincar Surinah. Dengan berbagai cara pak Lurah terus mencoba mendekati Surinah. Pak Sukirban yang sebenarnya bukan ayah Surinah dari sisi biologis selalu didekati pak Lurah. Pak Sukirban yang juga salah satu pekerja pengolah tembakau milik pak Lurah, selalu mendapat pekerjaan yang ringan tetapi dengan upah besar dari pak Lurah. Bahkan burung perkutut kesangan pak Lurah  telah juga diberikan kepada pak Sukirban. Strategi pak Lurah ini rupanya berhasil. Pak Lurah menjadi sangat dekat dengan keluarga pak Sukirban. Dengan begitu pak Lurah dengan mudah mendekati Surinah. 
     Satu malam ketika pak Lurah tahu pak Sukirban dan mak Temi orang tua Surinah sedang bepergian ke rumah Gandung anak pertamanya, dengan diikuti Slamet pak Lurah bertandang ke rumah Surinah. Surinah yang di rumah sendirian menerima kedatangan pak Lurah dan Slamet dengan suka cita. Suka cita karena memang pak Lurah adalah juragan ayahnya yang sangat baik terhadap ayahnya, juga karena Surinah merasa tersanjung malam itu didatangi pak Lurah. Tersanjung karena yang datang adalah pak Lurah yang begitu dihormat warganya mau datang dan mengobrol dengan dirinya yang hanya anak pak Sukirban pekerjanya pak Lurah. Setelah mengobrol cukup lama dan menikmati teh yang disuguhkan Surinah,  pak Lurah mulai tidak tahan melihat tubuh Surinah. Baju Surinah yang agak longgar di bagian dada dan sedikit melotrok kebawah menyebabkan pak Lurah sesekali melihat payudara Surinah yang besar tak berkutang. Apalagi Surinah yang memang gadis radak slebor, sehingga kadang - kadang duduknya agak menantang. Menyebabkan pak Lurah bisa melihat paha Surinah yang ditumbuhi bulu halus. Pak Lurah mulai bernafsu yang sulit ditahan. Dan pak Lurah menemukan strategi untuk dapat memegang tubuh Surinah. Pak Lurah mengatur strategi. " Oh ...ya..Rin. Perkutut pemberianku itu oleh bapakmu digantung dimana ?" Tanya pak Lurah yang sebanarnya sudah tahu dimana perkutut itu digantung. " Digantung di rumah belakang, den. Kata bapak kalau di ruang depan kasihan karena selalu terang. Jangan - jangan perkutut dak bisa tidur ". Jawab Surinah menirukan bapaknya. " Wah kadang - kadang aku juga kangen dengan suaranya, Rin. Yuk diantar ke rumah belakang, Rin. Biar aku bisa melihatnya lagi ". Kata pak Lurah sambil berdiri dari duduk. " Di belakang gelap, den " Jawab Surinah. " Ya lampunya kamu nyalakan nanti, Rin " Kata pak Lurah sambil melangkah dan menggamit tangan Surinah agar mengikutinya. Surinah tak bisa menolak. Dengan menuntun Surinah pak Lurah berjalan melewati longkang yang hanya diterangi lampu pijar lima wath menuju rumah belakang. Sampai di rumah belakang yang hanya merupakan ruang terbuka, Surinah menyalakan lampu yang juga hanya lima wath. Begitu lampu menyala dan burung perkutut melihat tuannya datang langsung manggung merdu sekali. " Tu, Rin. Begitu melihat aku perkutut itu langsung manggung kan ? " Surinah tidak menjawab. Hanya tersenyum manis sekali. Senyuman yang membuat pak Lurah tiba - tiba jantungnya berdebar. Senyuman seorang gadis dusun yang cantik. Pak Lurah kembali menggamit tangan Surinah diajak mendekati kurungan yang di dalamnya ada perkutut yang sedang manggung merdu. " Lho kok kurungannya sudah rusak gitu, Rin ?" Tanya pak Lurah. " Bapak mungkin tak punya duit untuk beli kurungan baru, den ". Jawab Surinah. Pak Lurah merogoh saku celana panjangnya dan mengeluarkan dua lembar pecahan ratusan ribu. " Ni, Rin. Berikan bapakmu. Biar dipakai untuk beli kurungan burung !" Kata pak Lurah sambil menempelkan lembaran uang di telapak tangan Surinah. Telapak tangan yang dirasakan oleh pak Lurah lembut dan halus. Dan kembali pak Lurah merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan segepok lembaran uang pecahan ratusan ribu dan kembali ditempelkan di telapak tangan Surinah : " Dan ini buat kamu Rin !" Surinah kaget. Ditangannya ada segepok uang yang dirasakan sangat tebal. Dan ketika sesaat Surinah melihat uang segepok yang di tangannya, semuanya adalah pecahan ratus ribu. Banyak sekali ! Pikir Surinah. " Kok buat saya, den ? " Tanya Surinah bingung. " Ya buat kamu. Buat beli baju dan kebaya baru. Minggu depan kamu akan aku jadikan penerima tamu di temu matennya Parno ! Dan kamu harus terlihat cantik, Rin. Kalau belum cukup besuk kutambah !" Parno adalah keponakan pak Lurah yang minggu depan jadi manten. Dan keluarga Parno melaksanakan hajatan bersar - besaran. Maklum orang kaya. Surinah yang menerima begitu banyak uang dari pak Lurah. Surinah bingung. Belum sempat kebingungannya hilang, tiba - tiba tubuhnya telah dipeluk pak Lurah. Dan tanpa memberi kesempatan Surinah untuk berpikir dan menemukan kesadarannya, pak Lurah telah mencium bibir Surinah. Surinah merasakan kehangat bibir pak Lurah. Dan tiba - tiba tubuhnya merasa ada rasa nyaman di peluk dan dicium. Hal seperti ini pernah terjadi ketika Mursinu memeluknya dan menciumnya. Saat itu juga Surinah merasakan enaknya dicium Mursinu. Surinah sekilas jadi teringat peristiwa denga Mursinu. Pelukan pak Lurah semakin kuat dan ciuman bibir pak Lurah di bibirnya semakin ganas. Surinah tak bisa berontak. Ahkirnya Surinah malah menikmati dan secara tidak sadar mengikuti alur ciuman pak Lurah. Mendapat respon, pak Lurah menjadi semakin nekat. Tangannya turun dan meraba payudara Surinah. Merasakan payudaranya digenggam dan diremas halus Surinah semakin lupa. Karena tiba - tiba di hatinya ada rasa senang dan di payudaranya ada rasa geli nikmat. Surinah sangat terangsang. Ia tidak tahu jika ditubuhnya sebenarnya telah mengalir obat perangsang yang tadi secara cepat oleh pak Lurah diteteskan di minuman Surinah, ketika Surinah membawa nampan kembali ke dapur. Ketika menjajikan minumam untuk pak Lurah dan Slamet Surinah sempat kembali ke dapur mengembalikan nampan. Saat itulah pak Lurah meneteskan perangsang di minuman Surinah. Ketika kembali duduk dan mengobrol dengan pak Lurah dan Slamet, Surinah menenggak hampir separo lebih minumannya. Dia minum untuk menghormati pak Lurah dan Slamet sebagai tamunya yang juga meminum minuman yang disuguhkannya. Surinah begitu terangsang. Sentuhan - sentuhan pak Lurah yang baru sampai di payudaranya diinginkannya lebih menyentuh di bagian lain. Kemaluannya terasa begitu gatal. Begitu meradang. Begitu ingin ada sesuatu yang menyentuhnya. Surinah merapat - rapatkan pahanya menahan rasa dikemaluannya yang terasa geli walaupun belum ada sentuhan. Rasa geli, gatal, dan meradang adalah pengaruh obat perangsang yang sudah aktif mempengaruhi seluruh tubuhnya. Pak Lurah sangat tahu kalau obat perangsangnya sudah bekerja. Pak Lurah sengaja mempermainkan Surinah yang kelabakan. Pahanya dirapat - rapatkan seolah ingin menggeseknya sendiri kemaluannya. Pantatnya dimaju - majukan sehingga merapat ke pinggul bagian depan pak Lurah yang disana ada tongkat pak Lurah yang sudah menggelembung kaku, dan tonjolannya bisa dirasakan Surinah. Sengaja pak Lurah tidak menyentuh kemaluan Surinah. Pak lurah sangat tahu kalau kemaluan Surinah disentuh dia akan segera nikmat dan orgasme. Pak Lurah ingin Kemaluan Surinah akan disentuh dengan tongkatnya. Kalau sekarang surinah orgasme jangan - jangan nanti Surinah berontak ketika akan diperawaninya, karena telah lebih dulu kemaluannya orgasme dan dia sadar akan kejadian. " Kita kekamarmu, Rin. Biar bisa sambil tiduran ". Kata pak Lurah sambil terus merangkul tubuh Surinah. Yang dirangkul tanpa menjawab malah terus bergerak berjalan menuju rumah depan, dimana disana ada kamar Surinah. Pengaruh obat perangsang begitu hebat. Surinah malah ingin segera disetubuhi. Rasa di kemaluannya tak tertahankan. Ingin ada yang segera menggarapnya. Masih tetap dirangkulan pak Lurah Surinah membuka pintu kamar dan keduanya segera ditelan kamar yang akan menjadi saksi hilangnya sebuah keperawanan gadis cantik mirip Hemamalini.
     Slamet menyaksikan itu. Slamet merasa kasihan juga kepada Surinah yang lupa. Surinah yang dipengaruhi obat perangsang. Surinah yang sejam lagi pasti akan menangis menyesali kemaluannya yang sudah tak lagi suci. Keperawanannya direnggut tongkat besar, panjang, hitam berurat yang menyemburkan mani kental dalam jumlah banyak. Mendengar mulai terdengar desahan dari dalam kamar tak urung Slamet jadi bernafsu pula. Tongkatnya menggelembung dan kaku. Slamet membayangkan yang sedang terjadi di dalam kamar. Slamet membuka celananya yang di dalam sarung. Ia mulai berbuat swalayan terhadap tongkatnya. Sementara lenguhan Surinah dari dalam kamar memacu birahinya.
     Di dalam kamar pak Lurah telah berhasil melucuti semua yang dikenakan Surinah. Surinah yang telah telanjang terlentang kangkang. Payudaran menyembul besar dengan puting hitam. Perutnya rata dengan pusar agak menyembul. Di bawah pusar tumbuh rambut ikal lebat hitam legam. Seluruh kemaluan Surinah tertutup rambut lebat. Pak Lurah yang sudah tak lagi ada benang yang menempel di tubuhnya, telah berada di atas Surinah dan sedang mengarahkan tongkat ke kemaluan Surinah. Tongkat tertempel di kemaluan Surinah yang sebenarnya bibirnya telah membuka namun tertututp rambut, jadi tidak nampak. Pak Lurah menempelkan ujung tongkatnya.  Dirasakan pak Lurah ternyata pepek Surinah telah basah. Telah basah karena sangat bernafsunya surinah karena obat perangsang. Surinah ingin sekali segera kemaluannya tersentuh. Surinah sudah tak tahan. Pak Lurah menelungkup memeluk Surinah. Dada pak Lurah merasakan hangatnya, dan masih kenyalnya penthil Surinah yang besar. Kembali bibirnya mulai mengulum lagi bibir Surinah dan pantatnya menekan maju mendorong tongkatnya yang mulai menusuk kemaluan Surinah. Surinah mendesah ketika separo panjang tongkat pak Lurah mulai masuk dan menikmati kedalaman pepek perawan. Melepaskan ciuman di bibir, pak Lurah berlaih ke leher Surinah dan sementara itu pantatnya semakin menekan dan bleeess......precet .... semua tongkat pak Lurah ditelah kemaluan perawan Surinah. Pada saat itulah Surinah menjerit tertahan, matanya terbeliak, mulutnya menganga dan dadanya terangkat. Surinah merasakan sakit di kemaluannya. Terasa di dalam kemaluannya ada gajah masuk dan memenuhi rongga kemaluannya. Pak Lurah membiarkan tongkatnya tenggelam. Tidak menggerakkannya. Yang bergiat justru mulutnya yang dari leher turun ke penthil Surinah. Surinah merasakan penthilnya dikulum, dan disedot - sedot putingnya, serayang semakin melayang. Rasa geli puting payudaranya menjalar kebawah ke kemaluannya yang di dalamnya ada benda hangat besar, kaku mememunuhi rongga, dan menekan bagian kedalaman kemaluan yang enak rasanya di tekan. Geli di puting yang menjalar ke kemaluan terus bertambah. Mulut pak Lurah yang semakin menggila di puting penthil menyebabkan geli di kemaluan Surinah tak tertahankan. Surinah hanya bisa menggeliat di pelukan erat pak Lurah dan melenguh hebat. Karena kali pertamanya menikmati rasa enak dikemaluannya. " Aaaaaaaaauuuuughhhh...... aaaaagggggghhhhhh .... ". Tahu Surinah Orgasme sedikit tongkat digerakkan maju mundur dan itu membuat Surinah semakin merasakan sensasi di kemaluannya. Lagi - lagi "...aaaaauuugghhhh .....aaaaagghhhhh .... " Sambil tubuhnya meronta nikmat. Dan kemaluannya terbasahi cairan kenikmatan yang baru pertama kali mengucur begitu banyaknya. Merasakan kemaluan Surinah begitu basah pak Lurah mulai menggerakan tongkatnya. Terasa licin, hangat dan basah namun tetap menjepit. Maklum kemaluan perawan. Ketika pak Lurah mulai bergiat dengan tongkatnya, Surinah merasakan kemaluannya perih. Selaput daranya terobek - robek oleh kulit kamaluan pak lurah yang banyak sekali tonjolan urat. Surinah merintih dan menitikkan air mata karena perihnya. Pak Lurah tahu itu. Maka ia menghentikan kegiatan tongkatnya. Dibiarkan tongkatnya di kedalam pepek Surinah yang sempit dan disana ada yang sangat enak dirasakan pak Lurah. Mulut Surinah yang diserang pak Lurah. Dengan lidahnya pak Lurah mempermainkan mulut Surinah. Lidah pak Lurah yang panjang telah mengelus - elus dan menekan - nekan langit - langit mulut Surinah. Rasa geli nikmat kembali dirasakan di mulut oleh Surinah. Rasa perih  di kemaluan tertindah rasa nikmat di mulut. Surinah melupakan rasa perih di pepek. Pak Lurah tahu itu, maka dengan perlahan tongkatnya kembali maju mundur. Dan semakin lama frekwensi maju mundurnya semakin cepat. Surinah yang terus oleh pak Lurah digarap mulutnya, penthilnya, lehernya, kupingnya semakin tak merasakan perihnya di kemaluan. Bahkan rasa perih telah berubah menjadi geli. Kemaluannya kembali meradang, serasa semakin menebal dan serasa semakin besar saja yang ada di dalamnya, dan serasa semakin menekan - nekan saja di bagaian - bagian yang apabila tersentuh tongkat sangat enak dirasakan. Surinah kembali tak tahan dan ..." Aaaaaaauugghhhhh ..... aaaaaauhhggg ...." Surinah menggelinjang hebat. Kakinnya terangkat - angkat ke atas dan dadanya menyembul - nyembul, pantatnya tak kalah hebat geraknya, maju - maju menyebabkan tongkat pak Lurah semakin tertelan. Dan setelah itu kembali tongkat pak Lurah  diguyur cairan hangat yang sangat menikmatkan. Kemaluan Surinah menjadi sangat licin. Nafas pak Lurah semkin memburu. Mendengus bagai banteng marah. Pantat semakin cepat bergerak maju mundur. Tongkatnya menacap - keluar, menancap - keluar lagi di kemaluan Surinah dan semakin lama semakin ganas. Pak Lurah tak lagi ingat kalau yang sedang digarapnya adalah kemaluan perawan. Yang ada hanya rasa nikmat, enak luar biasa. Perasaannya telah hilang. Tinggal nafsunya yang ada. Dan tongkatnya tanpa ampun menggenjot kemaluan perawan Surinah. Yang di bawah pak Lurah Surinah hanya bisa berkelonjotan tak tahu lagi apa yang sedang terjadi. Yang dirasakan Surinah hanya antara sakit dan nikmat. Tubuhnya bergoyang - goyang  karena hentakan tongkat pak Lurah. Mulutnya terus melenguh, mendesah dan mengaduh. Dan semakin ganas saja pak Lurah menancap keluarkan tongkatnya di kemaluan Surinah. Ranjang berderak - derak, berderit seirama persenggamaan yang hebat. Dan tak lama kemudian kaki pak Lurah mengejang. Wajahnya mendongak. Tongkatnya yang ada di dalam kemaluan Surinah telah sangat meradang. Saluran maninya telah penuh dan menambah menggelembungnya tongkat. Dan ...." Oh.... Surinah ...Surinah...Rin..... Ririiiiiiiiiiiiiiiiin !".  Tongkat pak Lurah menyemburkan mani yang luar biasa banyak di kemaluan perawan surinah. Surinah Merasakan itu. Merasakan air mani pak Lurah yang hangat meleleh di dalam kemaluannya.  Air mani yang membasahi bagian terdalam kemaluannya. Air mani yang membuat tambah geli kemaluannya. Dan kembali kemaluannya tak bisa menahan nikmat. " Aduuuuuuh...den.... den Luraaaaahh !" Tak kalah hebatnya tubuh surinah berekenjotan penuh nikmat.
     Slamet yang mendengar semuanya juga semakin tak bisa menahan maninya untuk menyembur. Desahan Surinah. Deru nafas pak Lurahnya, serta derak dan derit ranjang membuat bayangan Slamet terhadap yang di dalam kamar begitu menambah gairah onaninya. Dan   " ......aaaahhhh.... ! Haaaaauuggh ...! " Mani Slamet menyemprot - nyemprot  tumpah di sarung dan sebagian yang lain muncrat di  kursi tempat duduknya.


     bersambung kebagian keduapuluhsembilan ...........................

Jumat, 14 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                                        edohaput


Bagian Keduapuluhtujuh 

     Tak dinyana Partini bakal hamil. Tak disangka Partini bakal meminta pertanggungjawaban. Uang dan perhiasan emas yang mengalir ke Partini sudah cukup banyak. Uang dan perhiasan yang diberikan itu oleh pak Lurah dimaksudkan sebagai pembayaran atas jasa Partini yang telah melayaninya. Kalau saja Partini tidak hamil barangkali apa yang diberikan pak Lurah telah lebih dari cukup sebagai ganti keperawanannya  dan pelayanannya selanjutnya. Tetapi ternyata Partini hamil. Partini menuntut lebih. Tidak hanya materi. Tetapi Partini menuntutnya juga untuk bertanggungjawab. Itu berarti kalau harus bertanggungjawab maka pak Lurah harus menikahi Partini. Isteri sudah tiga. Mungkinkah nambah satu lagi ? Lalu apa kata isteri pertamanya. Lalu tuntutan apa yang akan diminta isteri keduanya. Lalu apa juga yang bakal diminta isteri ketiganya. Ketika dulu pak Lurah mau menikahi isterinya yang ketiga, isteri pertama dan kedua meminta bagian masing - masing  dua hektar sawah ladang. Lha kalau sekarang mau nikah lagi. Dan isteri - isterinya meminta bagian yang demikian pula lagi apa yang akan diberikannya. Kini hampir semua sawah ladang telah berganti pemilik. Dulu miliknya. Kini hampir sebagian besar sawah ladang telah atas nama isteri - isterinya. Tetapi kalau Partini tidak dinikahi lantas mana tanggungjawabnya. Dan satu saat nanti ketika anak yang dikandung Partini lahir, dan Partini berteriak kalau ini adalah anak pak Lurah, betapa malunya dirinya. Pak Lurah cemas. Pak Lurah gundah. Pak Lurah gelisah. Kenapa dulu Partini tidak diingatkan agar tidak hamil. Kenapa dulu disetiap persenggamaan,  Partini tidak diberikannya pil anti hamil. Nasi sudah jadi bubur. Semua sudah terlanjur.
     Di rumah pak lurah. Malam telah melewati pukul sebelas. Slamet memenuhi panggilan pak Lurah. " Met, .... malam ini rencana kita ..... kita laksanakan !" Kata pak Lurah tertahan. Hanya di dengar Slamet. " Gimana Met, sudah kau selidiki keadaannya ? " Pak Lurah bertanya. " Sudah, den. Malam ini mbok Sargini tidur di warung. Partini di rumah sendiri ". Slamet memberi penjelasan kepada pak Lurah dengan suara lirih yang hanya di dengar pak Lurah. " Kalau begitu kita berangkat sekarang saja, Met !" Pak Lurah berdiri dan menyambar botol kecil di meja kemudian dimasukkan di saku jaketnya dan melangkah keluar rumah. Slamet mengikuti dari belakang. Di luar rumah sepi. Gerimis membasahi tanah dan membuat udara pegunungan yang dingin menjadi semakin dingin. Pak Lurah diikuti Slamet menuju rumah Partini.
     Di rumah Partini belum tidur. Ia sengaja menunggu pak Lurah yang mau datang tengah malam. Tadi sore Partini sempat kawatir karena Darman datang di rumahnya dan menyatakan ingin tidur di rumah Partini. Kalau ada Darman bakalan tak terjadi persenggamaan yang sudah direncanakan pak Lurah. Memang tak biasanya pak Lurah mengajaknya bersenggama di rumah Partini. Biasanya rumah Slamet yang selau digunakan untuk ajang. Tapi pak Lurah menghendaki di rumahnya. Partini tidak menolak. Partini berprasangka baik. Barangkali pak Lurah malam ini akan menyampaikan maksudnya untuk menikahinya. Sejak sore Partini mempersiapkan kamarnya. Dibersihkan. Diganti spreinya. Disapu lantainya. Diberinya sedikit wewangian. Mbok Sargini tak curiga. Kesibukan Partini sore itu tidak menarik perhatiannya. Mbok Sargini sibuk dengan persiapan kudapan   warungnya.
     Tengah malam telah lewat. Partini membukakan pintu untuk pak Lurah yang telah mengetuk pintu dengan sangat pelan. Diikuti Slamet pak Lurah memasuki rumah Partini. " Mbokmu tidur di warung, Ni ?" Tanya pak Lurah dengan suara pelan. " Ya, den " Jawab Partini pendek. " Mana kamarmu, Ni. ? " Tanya pak Lurah sambil melihat sekeliling. Partini menunjuk kamarnya dan berjalan menuju kamarnya diikuti pak Lurah. Slamet memposisikan diri tiduran di kursi kayu sambil merokok. Partini menutup pintu kamar setelah pak Lurah masuk. Mata Partini menumbuk tatapan mata Slamet. Slamet tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya. Partini melototi Slamet dan menutup pintu kamar. Partini tidak lagi malu desahan kenikmatannya bersenggama di dengar Slamet. Partini bahkan tidak lagi malu telanjang badan di depan Slamet. Karena Partini tahu apa yang dilakukannya pasti juga disaksikan Slamet. Di mata Partini Slamet adalah orang yang telah tahu segalanya. Tahu lekuk - lekuk tubuhnya. Tahu berapa kali dia orgasme setiap kali bersenggama dengan pak Lurah. Tahu berapa dia dikasih duit pak Lurah. Tahu apa saja perhiasan yang telah diberikan pak Lurah. Slamet tahu segalanya tentang dirinya.
     Di dalam kamar pak Lurah segera memeluk Partini dan menciumi leher Partini. " Sabar, den. Saya lepas dulu pakaian ". Pak Lurah melepas pelukan dan Partini segera telanjang penuh. Begitu juga pak Lurah segera menelanjangi diri. Partini terlentang di ranjang. Pak Lurah segera menubruknya. Mulut partini segera dilahap pak Lurah. Sementara jari - jari tangannya telah bermain di selangkangan Partini. Bibir kemaluan Partini disibak - sibakkan menggunan jari. Partini merapatkan paha karena geli nikmat. Pak Lurah mencoba membuka lagi paha Partini agar kangkang. Tongkat pak Lurah sudah berada di genggaman Partini. Pak lurah terus menciumi partini dari mulut, ke leher, ke payudara ranum dan kenyal, kembali ke mulut sambil terus jari tengahnya mengilik kemaluan Partini yang mulai membasah karena nikmat. Sementara Partini terus tangannya menggamit - gamit dan memijit - mijit tongkat pak Lurah. Keduanya saling melenguh. Menggelinjang. Penuh nikmat diawal persenggamaan. Kurang lebih sepuluh menit adegan bergumul saling cium dan saling permainkan kemaluan. Pak Lurah mengehentikan kegiatan. Tangannya meraih botol kecil yang sudah dipersiapkan. " Ni, kamu minum ini biar yang kita lakukan tambah nikmat dan tidak cepat lelah. Tadi aku sudah minum dari rumah ". Kata pak Lurah berbohong sambil membuka tutup botol kecil. Tanpa curiga Partini yang sudah kerasukan kenikmatan dan ingin kenikmatannya bertambah - tambah langsung menenggak habis cairan yang ada di dalam botol kecil itu dan kembali terlentang kangkang siap disenggamai. Pak Lurah segera menindih tubuh Partini dan memasukkan tongkatnya di kemaluan Partini yang terbuka karena kangkangannya. Pak Lurah memeluk tubuh Partini dan terus memompakan tongkatnya, menikmati kemaluan Partini. Tongkatnya seperti biasanya serasa dijepit. Hangat dan tergesek lubang senggama yang sampai kekedalamannya yang ada hanya rasa enak luar biasa dirasakan di tongkatnya. Sebaliknya Partini terus meronta menggelinjang kemaluannya menerima sodokan tongkat besar, kaku, dan panjang. Setiap kali sodokan tongkat pak Lurah mengenai bagian di dalam kemaluannya yang sensitif Partini tak kuasa menahan. "  Aduh, den .....enak sekali ....deeeennn ...deennn Lurah ......! " Partini orgasme. Setiap kali orgasme pepek Partini menjadi sangat basah dan kalimat itu pula yang didesahkan. Pada saat itu lah pak Lurah kemudian menarik tongkatnya dari kemaluan Partini yang seolah - olah tak ingin lepas dari tongkat pak Lurah dan mengelap kemaluan Partini. Kemudian tongkat disodokkan lagi. Begitu seterus berulang terjadi. Setiap kali tongkat pak Lurah dicabut untuk mengelap kemaluan Partini yang banjir cairan kenikmatan, Partini merasakan kemaluannya kosong. Ingin segera lagi dijejali. Dan begitu dijejali lagi Partini   merasakan kemaluannya dipenuhi benda hangat, kenyal, kaku, menyodok - nyodok seluruh bagian kedalaman kemaluan yang dirasakan enak luar biasa. Dan ketika lagi - lagi ujung tongkat menyentuh yang diharapkan oleh Partini terus tersentuh, Partini merapat - rapatkan pahanya menahan kegelian nikmat kemaluannya yang ingin terus .. terus.. terus dirasakan.   Tubuh Partini dibolak - balik. Disenggamai dari depan, dari belakang, miring, bahkan tubuh Partini diangkat - angkat sambil kemaluannya ditancap - tancapkan di tongkatnya. Pada saat - saat seperti itu lah kedua kaki Partini hanya bisa menendang - nendang tak karuan dan tubuhnya mendongak - dongak sementara tangannya mencengkeram bahu pak Lurah karena saking nikmatnya di kemaluan. Kemaluannya sangat geli tak tertahankan. Rasa geli yang tidak dikehendaki berahkir. Rasa geli yang tidak diinginkannya hilang. Rasa geli yang terus dinikmatinya sambil melenguh - lenguh. menggeliat - geliat, mendesah - desah, dan menggoyang - goyangkan pantatnya.
     Pengaruh cairan dari botol kecil yang diminum Partini mulai terasa. Partini merasakan tubuhnya mulai lemas dan berangsur tak berdaya. Dadanya terasa sesak susah bernapas. Dan rasa itu semakin menjadi. tubuhnya mulai tak merasakan apa - apa. napasnya semakin tersengal. Partini hilang kesadaran. Partini meronta tapi tak bisa bersuara. Mata Partini terbeliak. Mulut megap - megap. Sementara itu Pak Lurah semakin cepat memompakan tongkat. Partini yang sangat susah mengambil napas semakin didekap pak Lurah. Partini berhenti bernapas. Di saat itulah pak Lurah tanpa ampun menggenjot kemaluan Partini kuat - kuat dan tubuhnya kejang hebat, kakinya menjejak - jejak ranjang kuat - kuat, dan maninya menyembur di kemaluan Partini yang sudah tak bernyawa. " Partini .....maafkan aku, Ni .....Partini.....N i i i i i i i i " Kemudian pak Lurah ambruk di tubuh Partini.
     Kejadian ini  tercatat sebagai hari ahkir hidup Partini. Hari telah masuk senin tanggal dua puluh lima April duaribu sebelas. Hari naas Partini yang sedang dalam keadaan hamil dua bulan. Partini anak mbok Sargini. Partini yang keturunan babah Ong. Partini yang cantik. Partini kembang dusun. Partini yang masih muda belia. Partini yang saling sayang dan saling cinta dengan Darman. Partini yang diinginkan oleh para pemuda desa untuk diperistri. Partini yang telah menjalani hidup dalam segala kekurangan. Partini yang belum sempat berbahagia. Partini yang sampai menjelang ahkir hayatnya hanya sebagai pemuas nafsu birahi orang yang tidak bisa menahannya. Partini yang bernasib malang dan berujung pada kemalangan pula.
     Malam itu dengan diam - diam dan hati - hati pak Lurah dan Slamet meninggalkan rumah Partini dengan kepuasan dan kelegaan. Meninggalkan jasat Partini yang telanjang tak bernyawa. Pak Lurah puas karena telah terlampiaskan nafsu birahinya. Pak Lurah telah lega tidak bakal lagi dituntut Partini untuk bertanggungjawab. Karena Partini telah mati dibunuhnya. Tiada rasa sesal sedikitpun ada di perasaan pak Lurah. Justru  pak Lurah bergembira karena kembali merdeka. Tidak ada yang mengancam kehidupannya. Sebelum berpisah di ujung jalan yang gelap pak Lurah memegangi tangan Slamet. Slamet merasakan telapak tangannya dijejali uang. " Rahasiakan kejadian ini,  Met. Tak ada yang boleh tahu selain kita berdua, Met ". Kata pak Lurah yang dijawab dengan anggukan oleh Slamet. Pak Lurah dan Slamet masing - masing segera mengambil langkah cepat pulang ke rumah karena hujan mulai jatuh.
     " Begitulah, pak. Kejadian yang sebenarnya tentang Partini ". Kata Slamet mengahkiri ceritanya tentang Partini. Wajahnya menunduk tak berani menatap para polisi yang ada di ruangan itu untuk mendengarkan cerita Slamet. Slamet sangat tahu kalau dirinya juga ikut andil bersalah terhadap kematian Partini. Slamet sangat menyesal mengapa cerita itu begitu saja mengalir keluar dari mulutnya. " Trima kasih, mas Slamet kamu telah menceriterakan tentang matinya Partini. Selama ini kami para polisi hanya kebingungan saja. Kematian Partini menjadi teka - teki kami. Tetapi setelah mas Slamet bercerita , semua menjadi jelas. Trima kasih, mas Slamet. Baik, mas Slamet, kita istirahat dulu. Nanti kita lanjutkan lagi ". Kata polisi yang di depan duduknya ada laptop.
     Hari sudah siang. Slamet memperoleh makan siang. Walaupun lauk serba daging, tetapi rasa makan siang di siang itu di lidah Slamet terasa pahit. Ia sangat menyesal mengapa mulutnya meluncurkan cerita yang bakal menyeret pak Lurahnya berhadapan dengan polisi. Susah rasanya nasi tertelan. Jantungnya berdetak keras ketika membayangkan betapa marahnya pak Lurahnya bila suatu saat mengetahui ia telah membocorkan rahasia yang telah disepakati untuk disimpan. Slamet sangat bingung. Apa yang harus diperbuatnya nanti jika pak Lurahnya sampai berhadapan dengan polisi. Nasi sudah jadi bubur, yang terjadi terjadilah. Begitu ahkirnya Slamet mengambil kesimpulan. Setelah para polisi tahu peristiwa apa yang menyebabkan Partini mati, para polisi pasti akan memintanya untuk bercerita tentang Surinah alias Ririn yang juga mati di tangan pak Lurahnya. Slamet sangat bingung. Pasti setelah makan siang ini para polisi itu  akan terus menanyainya. Slamet tak mungkin bisa menghindar.

                                        bersambung kebagian keduapuluhdelapan ..........


                           

Rabu, 05 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                                edohaput 

Bagian  Keduapuluhenam

     Sejak peristiwa di rumah Slamet itu, kejadian - kejadian berikutnya terus berulang. Pak Lurah yang  ingin terus dapat menikmati tubuh Partini mendapat sambutan dari partini yang juga terus ketagihan. Ruang tengah rumah Slamet juga terus - menerus menjadi ajang pertempuran antara Pak Lurah dan Partini. Persenggaman keduanya penuh sensasi. Penuh kenikmatan. Dan berahkir dengan kepuasan. Partini sengaja menyerahkan tubuhnya untuk terus sebagai pemuas nafsu pak Lurah. Bale - bale bambu yang terus berderak ketika di atasnya pak Lurah sedang mencumbu Partini menjadi saksi bisu keganasan pak Lurah dalam bersenggama. Persenggamaan yang selalu berlangsung hebat itu  tidak ada orang yang tahu kecuali Slamet, karena dilakukan malam hari dan dengan sembunyi - sembunyi. Mbok Sargini maknya Partini tidak ambil pusing terhadap apa yang dilakukan anaknya. Yang ada di pikiran mbok Sargini hanya uang dan perhiasan yang semakin menumpuk di tangannya. Partini tak suka perhiasan. Partini tak suka uang. Buat apa uang ada di tangannya. Yang ada di pikiran Partini hanya ingin menguasai pak Lurah. Partini telah berketatapan kalau pun harus menjadi isteri ke empat pak Lurah Partini bersedia. Partini sangat mendendam atas perbuatan pak Lurah yang telah menipunya. Partini ingin pak Lurah merasakan akibatnya atas perbuatannya yang menipu dirinya. Partini ingin pak Lurahnya menderita. Partini ingin pak Lurah memperoleh malu. Partini ingin pak Lurahnya tercemar. Maka Pertini ingin hamil. Dan Partini akan membuka aib kalau anak yang dikandungnya adalah anak pak Lurah. Ketegaan dan kekejian pak Lurah terhadap dirinya akan dibalasnya. Pak Lurahnya telah merusak masa depannya. Pak Lurahnya telah merusak yang sebenarnya dicita - citakan Partini untuk dipersembahkan kepada Darman.
     Partini yang murah senyum kini telah berubah menjadi Partini yang mudah marah. Partini yang ramah kini telah berubah menjadi Partini yang  judes. Partini yang selalu ceria berganti menjadi Partini yang selalu berwajah murung. Partini yang mudah bergaul menjadi Partini yang tertutup. Ketertutupan Partini ini juga berlaku bagi Darman. Dulu sebelum ini terjadi apapun yang dilakukannya diberitahukannya kepada Darman. Sekecil apapun peristiwa menimpa dirinya Darman-lah yang pertama - tama diberitahu. Tetapi kini semua rahasia antara dirinya dengan pak Lurah dirahasiakannya terhadap Darman. Partini tidak ingin Darman tahu. Partini sangat paham betapa sedihnya Darman jika tahu peristiwa - peristiwa yang dialaminya dengan pak Lurah.
     Satu hari ketika Darman menemuinya di rumah, Partini sedang muntah - muntah. Perutnya mual. Dan bulan  yang lalu Partini sudah tidak lagi datang bulan. Partini hamil. " Masuk angin ya, Par ?" Tanya Darman sambil memegangi tengkuk Partini dan dipijit - pijit. Dengan kasar Partini menepiskan tangan Darman yang memijit - mijit tengkuknya. Darman kaget sekali. Belum pernah selama hidupnya mendapat perlakuan kasar seperti itu dari Partini. " Sudah, kang. Sana pergi tak usah ngurusi aku ! Ini urusanku. Masuk angin yang urusanku. Tidak masuk angin ya urusanku. Kang Darman pergi saja sana !" Dengan judesnya Partini mengusir Darman. " Par .... tak keroki ya, kalau masuk angin, yo ...... " Kata Darman lembut dan menampakkan rasa sayangnya. " Dak usah ! Kang Darman pergi saja ! Aku dah tak suka sama kang Darman. Pergi sana, kang !" Berkata begitu Partini sambil melototi Darman dan Pertini mencoba menampakkan wajah kebencian kepada Darman. Partini mencoba merubah penampilannya yang selalu manja dan jujur di depan Darman. Partini mencoba menampil wajah marahnya. Walaupun di dalam hatinya ingin berteriak minta tolong kepada Darman. Ingin ia memeluk tubuh Darman dan menangis di dada Darman. Mengungkapkan kesedihannya. Dengan mencoba meyikapi Darman dengan sikap yang judes, marah, seolah - olah sangat benci, Partini berharap Darman tidak lagi menyukainya. Kemudian menjauhinya. Partini ingin Darman melupakannya. Partini ingin Darman sakit hati atas sikapnya kemudian menjauhinya. Tak lagi sangat memperhatikannya. Partini tidak ingin Darman tahu apa yang sedang dialaminya. Partini tidak ingin Darman sangat kecewa atas dirinya. Partini tidak ingin Darman yang sangat menyayanginya menjadi sedih dan sangat menyesalkan apa yang terjadi pada dirinya. " Kamu itu kenapa ta, Par . Tiba - tiba kok jadi seperti ini ? Ada apa, Par ...?" Tanya Darman dengan lembut dan dengan tatapan mata yang penuh keheranan. " Sudah kang, kang Darman pergi saja ! Saya bilang kang Darman pergi ! Pergi dari rumahku, kang.....pergi ...!" Bentak Partini dengan nada yang sungguh kasar. Darman pergi dengan perasaan bingung. Tetapi ketika hendak meninggalkan Partini Darman mencoba menemukan apa yang sedang dirasakan Partini di kedalam mata Partini. Darman yang memang sejak kecil mengerti tabiat Partini,  tidak bisa ditipu. Ternyata Partini tidak mampu menyembunyikan perasaan cintanya, kasihnya, dan sayangnya kepada Darman. Mulutnya bisa membentak. Sikapnya bisa kasar. Tetapi sorot mata yang selalu jujur  tak bisa menipu Darman. Darman tahu Partini sedang dirundung kemalangan.
     Matahari belum seluruhnya tenggelam di balik gunung. Langit agak mendung. Slamet datang menemui Partini yang sudah kesekian kalinya. Kedatangan Slamet tak lain dan tak bukan untuk meminta Partini datang ke rumahnya, karena sudah ditunggu pak Lurah yang sudah siap untuk bersenggama. Pak Lurah yang sudah menelan viagra. Pak Lurah yang sudah mempersiapkan diri dengan stamina prima untuk bersenggama. Untuk memuaskan diri dengan tubuh muda penuh kenikmatan. Kali ini Partini menolak. Sudah sejak beberapa hari  belakangan, Partini telah menyiapkan surat untuk pak Lurah. Surat itu berisi pemberitahuannya bahwa dirinya hamil dan minta pak Lurah bertanggungjawab atas perbuatannya. " Maaf, kang Slamet. Saya malam ini tak bisa memenuhi panggilan den Lurah. Capai dan pusing sekali, kang. Tolong surat ini saja sampaikan ke den Lurah " Kata Partini bohong. Petang itu Partini tidak capai dan tidak pusing. Tetapi Partini ingin pak Lurahnya membaca suratnya. Karena ia tak akan mampu mengucapkannya di hadapan pak Lurahnya. Darman pergi dan bocengan sepeda onthelnya  kosong tanpa Partini duduk disana.
     Pak Lurah sangat kecewa Slamet pulang tanpa Partini. Hanya amplop yang dibawa Slamet. " Apa ini, Met ?" Tanya pak Lurah ketika menerima amplop surat dari Partini. " Surat dari Partini, den " Jawab Slamet . " Partini capek dan pusing, den. Jadi tidak bisa memenuhi panggilan den Lurah malam ini " Lanjut Slamet. " Aduh, Met. Aku sudah terlanjur menelan viagra. Gimana ini, Met. Anuku sudah terlanjur  hidup. Aduh, Met. Gimana ini ?" Pak Lurah kebingungan. Viagra telah membuat tongkat pak Lurah ereksi hebat. Sangat kaku. Mengembang sangat besar. Kalau tidak segera digunakan rasanya pegal sakit. Mau pulang dan ditancapkan di isterinya ? Tidak mungkin. Isteri pertama sedang meriang. Isteri kedua baru saja melahirkan anak pertama. Isteri ketiga sedang menstruasi. Pak Lurah bingung. " Aduh gimana, Met ? " Tanya pak Lurah. Yang ditanya tidak bisa memberi solusi. Mau meminta pak Lurah pulang agar menggunakan tongkat untuk isteri Slamet tidak berani. Itu berarti mengusir pak Lurahnya. Mau usul untuk pergi ke kota mencari pe es ka tidak mungkin karena pak Lurah tidak membawa mobil. Mau menyarankan agar pak Lurah onani saja tidak mungkin berani. Slamet tak bisa apa - apa. Slamet terdiam di hadapan pak Lurah dan hanya menunduk tak berani memandang wajah pak Lurahnya.   Tidak memperoleh jawaban dari Slamet, pak Lurah Gelisah " Aduh, Met. mani ini kalau tidak jadi keluar aku pusing banget, Met !" Kata pak Lurah sambil meraba tongkatnya yang sudah sangat kaku di dalam celananya. " Kambingmu, Met ! Bawa Kemari !" Perintah pak Lurah. Slamet tanggap. Ia segera berdiri dari duduk dan segera ke kandang kambing.
     Di luar rumah hujan mulai turun. Setengah berlari Slamet menuntun kambing di bawa masuk ke rumah. Slamet memilih kambing betina yang paling besar. Kambing ini pun pernah juga dipakai oleh Slamet untuk melampiaskan birahinya. Kaming oleh Slamet langsung dibawa ke ruang tengah. Pak Lurah sudah siap. Celananya sudah dilepas. Dan tongkatnya sudah mencuat. Sempat Slamet sedetik menatap tongkat pak Lurahnya yang memang sudah sangat kaku. Pantas pak Lurahnya tak tahan. Slamet segera menalikan kambing di kaki ranjang. Setelah itu Slamet meninggalkan pak Lurah di ruang tengah bersama kambing betinanya yang paling besar, gemuk, dan muda. Pak Lurah mendekati kambing dan dengan tangannya yang besar dan kuat segera mencengkeram pantat kambing dan mengangkatnya. Sehingga kambing hanya bertumpu pada kedua kaki depannya. Dengan demikian kambing tidak bisa bergerak dan meronta. Pak Lurah mengarahkan tongkatnya ke pepek kambing. Ujung tongkatnya menyentuh bibir pepek kambing. Sebentar pak Lurah menggosok - gosokkan ujung tongkat ke pepek kambing. Kemudian pak Lurah mulai memajukan pantatnya dan memundurkan pantat kambing. Terdengar suara ...precet ...precet ...precet ...yang berasal dari pepek kambing. Tongkat pak Lurah mulai masuk di pepek kambing. Dan sebentar kemudian suluruh tongkat pak Lurah tertelan pepek kambing. Pak lurah merasakan tongkat sangat hangat. Kedalaman pepek kambing lebih hangat dari pepek perempuan. Dan di kedalaman pepek kambing tidak ada yang menggerenjal seperti pepek perempuan. Hanya ada rasa halus, hangat dan menjepit tongkat. Tetapi jepitannya juga membuat tongkat terasa nikmat. Di kedalam pepek kambing tak ada yang meradang seperti kemaluan perempuan. Tak ada yang kasar - kasar menggelikan ujung tongkat. Tetapi kehangatannya yang melebih kedalaman kemaluan perempuan membuat tongkat yang memasukinya merasakan enak luar biasa. Pak Lurah mulai memompa. Bibir pepek kambing-lah yang sangat enak dirasakan oleh Pak Lurah. Bibir pepek kambing dirasakan pak Lurah begitu menjepit. Kambing mengembik ketika pak Lurah mulai dengan kuat memompa. Sebentar kemudian kambing tak lagi mengembik hanya saja kaki belakangnya yang terangkat bergerak - gerak menendang - nendang. Mungkin kambing merasakan pepeknya enak juga. Barangkali karena seringnya kambing ini disetubuhi Slamet, sehingga pepeknya sudah terbiasa dengan tongkat manusia. Dibenak pak Lurah yang terbayang adalah pepek Partini. Pak Lurah terus memompa. Semakin cepat dan semakin cepat. Pak Lurah tidak ingin berlama - lama dengan pepek kambing.  Pak Lurah ingin maninya segera tertumpah, dan pegal - pegal di tongkatnya segera hilang. Hangatnya di kedalaman pepek kambing dan jepitan bibir pepek kambing yang dirasakan sangat nikmat mempercepat tongkat pak Lurah siap menyemburkan mani. Beberapa saat kemudian setelah kurang lebih sepuluh menit tongkatnya menggarap pepek kambing, kaki pak Lurah mengejang menahan rasa geli nikmat di tongkatnya yang sudah memuncak. Dimundurkannya pantat kambing dan dimajukannya kuat - kuat pantatnya sendiri sehingga tongkatnya menancap sangat dalam di pepek kambing. Disaat itulah pak Lurah menjerit kenikmatan. Maninya menyembur di kedalaman pepek kambing. " Partin i i i i i i i i ..... aduh .... N i i i i i i i i i i i i i ..... !" Tubuh pak Lurah bergetar dan mengejang nikmat. Setelah beberapa saat pak Lurah melepaskan cengkeramannya di pantat kambing. Terdengar suara ....precet ....ceplok .... tongkat pak Lurah lepas dari pepek kambing. Dan di pepek kambing mani pak Lurah keluar dan meleleh - leleh membasahi pepek.
     Slamet menyajikan teh panas di ruang depan. Pak Lurah membuka surat Partini. Pak Lurah sangat terkejut. Karena kehamilan Partini sangat tidak diharapkan. Apalagi ternyata Partini juga menuntut tanggungjawabnya. Pak Lurah gundah. Pak Lurah gelisah. Dan pak Lurah cemas.

                                                       bersambung kebagian keduapuluhtujuh ........