Senin, 24 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                           edohaput 


Bagian Ketigapuluhsatu

     Malam telah larut, dengan diikuti Slamet pak Lurah menuju ke rumah Surinah. Udara dingin yang disertai gerimis menjadikan malam begitu sepi. Warga memilih nyenyak di rumah dari pada berkegiatan lain. Angin bertiup kencang menyebabkan suara dedaunan pohon - pohon begitu berisik. 
     Surinah membukakan pintu untuk Pak Lurah dan Slamet. Slamet menutup pintu dan menguncinya, sementara Pak Lurah langsung merangkul Surinah ke kamar Surinah. Sebentar kemudian pak Lurah keluar kamar untuk pipis di kamar mandi yang ada di rumah belakang. Pada saat ke rumah belakang itu pak Lurah dilihat perkututnya yang sudah menjadi milik pak Sukirban. Kontan perkutut itu melihat mantan tuannya langsung manggung merdu tak henti - hentinya. Ketika pak Lurah sudah kembali ke kamar Surinah-pun perkutut masih terus berbunyi tak berhenti. 
     Di dalam kamar Surinah telah telanjang dan terlentang. Pak Lurah-pun segera menelanjangi diri. Naik ke ranjang dan segera menindih tubuh Surinah yang telah siap disenggamai. Tongkat pak Lurah yang telah sangat keras karena viagra segera menyentuh bibir kemaluan Surinah dan langsung disodokkan amblas di kemaluan Surinah yang sudah sejak sore tadi menunggu untuk disodok. Seperti saat - saat senggama sebelumnya ketika tongkat pak Lurah masuk ke kemaluannya mata Surinah terbeliak dan mulutnya tak bisa tidak mendesah karena besarnya dan panjangnya tongkat pak Lurah. Malam ini pak Lurah tidak seperti biasanya yang selalu menikmati kedalaman kemaluan Surinah dengan membiarkan tongkat tenggelam di kemaluan tanpa digerakkan, dan mulutnya menyerang bibir, leher, dan penthil. Kali ini pak Lurah dengan kasarnya langsung memompakan tongkat di kemaluan Surinah. Dan mulutnya terus tanpa henti - hentinya menyerang bibir, leher dan penthil Surinah. Surinah hanya bisa gelagepan merasakan bibirnya yang terus dikulum, lehernya yang terus dicupang dan penthilnya yang terus disedot - sedot. Karena serangan yang begitu ganas dan kasar dari pak Lurah, belum sepuluh menit Surinah telah dua kali sampai ke puncak. Pak Lurah ingin Surinah cepat capai dan kemudian lemas. Dari posisi terlentang pak Lurah segera membalikkan tubuh Surinah menjadi tengkurap. Posisi demikian membuat Surinah semakin kelabakan, karena tongkat pak Lurah bisa semakin melesak masuk ke kedalaman dan posisi demikian membuat sisi - sisi sensitif di kemaluannya mudah sekali tersodok tongkat yang sangat kaku dan hangat. Lagi - lagi Surinah orgasme. Surinah lemas. Sekarang tubuhnya benar - benari  menjadi mainan pak Lurah. Surinah telah tidak punya kemampuan bergerak. Tubuhnya dibolak - balik pak Lurah. Dan dengan kuatnya tongkat pak Lurah terus menggenjotnya. Tiga puluh menit telah lewat. Tubuh surinah begitu lunglai. Sementara itu tongkat pak Lurah belum ada tanda - tanda mau menyemprotkan mani. Pak Lurah mengangkat tubuh Surinah dan dipangkunya. Tongkatnya ditancapkan lagi dikemaluan Surinah. Dan dengan kekuatannya yang masih begitu kuat pak Lurah menggoyangkan pantatnya berputar - putar, sehingga tongkatnyapun ikut berputar di kedalaman kemaluan Surinah. Surinah begitu kelabakan tapi tubuh sudah sangat capai. Di kemaluannya ada rasa geli yang luar biasa. Geli nikmat yang tak tertahankan. Mulut surinah terus menganga, tangannya lepas tak lagi kuasa mencengkeram, begitu juga kedua kakinya lemas, hanya pantatnya saja yang bisa sedikit bergerak dan kemaluannya merapat - rapat menahan geli nikmat yang luar biasa. " Aaaaaaahhhhhh .....aaaaugggghhhh.......aaaaahhhhhhh ...... !" Mulut Surinah ternganga dan terus mendesah. Disaat Surinah terlena inilah pak Lurah dengan diam - diam membuka tutup botol kecil yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dengan cepat pak Lurah mengucurkan cairan dari botol kecil itu ke mulut Surinah yang terbuka. Surinah kaget tapi tak kuasa. Cairan di mulut membuatnya tersedak dan tertelan semua. 
     Slamet yang ada di luar kamar duduk dengan gelisah. Walaupun telinganya mendengar desahan nikmat Surinah dan suara ranjang yang selalu berderit Slamet tidak ereksi. Perasaan takutnya telah membuat tongkatnya mati. Slamet tahu apa yang akan dialami Surinah. Surinah akan segera sesak napas dan jantungnya berhenti berdetak kalau pak Lurahnya sudah berhasil meneteskan cairan dibotol kecil yang dibawanya dari rumah. Surinah akan seperti Partini, mati karena tak bisa bernapas. 
     Surinah mulai sulit bernapas, tersengal - sengal kemudian tak ingat apa yang sedang terjadi. Surinah pingsan dipangkuan pak Lurah. Pak Lurah menjatuhkan tubuh Surinah dari pangkuannya. Surinah terlentang kangkang. Pak Lurah segera menancapkan lagi tongkatnya di kemaluan Surinah yang terasa makin sempit karena sesaknya napas Surinah. Ujung penis pak Lurah mulai terasa geli dan semakin mengembang. Mani di saluran mulai menghentak - hentak. Seluruh tongkat yang tergesek kedalaman  kemaluan Surinah yang penuh dengan berbagai rasa yang menikmatkan tongkat sudah begitu terasa. Dengan kuatnya pak Lurah menyodokkan tongkatnya di pepek Surinah. Kemaluan Surinah yang  sampai - sampai menimbulkan bunyi ....ceprot ....ceprot....ceprot ....ceprot ..... tak lagi dirasakan Surinah. Karena Surinah sudah tak bernyawa. Sebentar kemudian pak Lurah melenguh ..." Haaaaaaauuugggggghhhhhhh .......Rin.....aduh.....Riiiiiiiiiinnn....... !" Maninya tersembur di kemaluan Surinah. Tubuhnya berkelenjotan, tangannya mencengkeram kuat tubuh Surinah yang mulai mendingin. 
     Burung perkutut belum berhenti manggung. Walaupun Pak Lurah dan Slamet telah meninggalkan rumah Surinah dan mengendap - endap di kegelapan malam yang hujan dan berangin kencang. 
     Slamet menyudahi cerita sambil meneteskan air mata : " Ampuni ...saya pak polisi ... saya sangat berdosa ... saya ...ikut bersalah .... " . Slamet tak bisa meneruskan kalimatnya, tenggorokannya serasa tersekat. Semua polisi yang ada di ruangan hanya bisa menghela napas panjang. Para polisi lega karena semua menjadi jelas. Kematian Partini dan Surinah tak lagi jadi misteri. " Terima kasih, mas Slamet. Dari cerita mas Slamet tadi semua menjadi terbuka ". Kata Polisi yang duduk di sudut.
     Hari sudah menjelang sore, setelah memperoleh waktu istirahat Slamet kembali diajak masuk ruang interogasi. " Begini, mas Slamet. Kami akan antar pulang mas Slamet ke rumah. Tetapi mas Slamet harus berjanji tidak akan kemana - mana. Mas Slamet harus setiap saat ada di rumah. Setiap kami butuh mas Slamet, mas Slamet harus ada di rumah. Mas Slamet adalah satu - satunya saksi atas kematian Partini dan Surinah. Mas Slamet harus mempertanggungjawabakan ucapan mas Slamet nanti di pengadilan. Kami bisa saja menahan mas Slamet. Tetapi karena kami yakin mas Slamet tidak akan pergi menghindar, maka kami akan mengantar mas Slamet pulang malam ini. Tetapi setiap saat kami butuh dan menjemput mas Slamet, mas Slamet mesti ada di rumah " Kata polisi yang di mejanya ada laptop. Bagai petir menggelegar kalimat - kalimat polisi ini di telinga Slamet. Kata - kata ditahan dan pengadilan membuat Slamet sangat takut. Tidak disangkanya ceritanya yang begitu mudah meluncur dari mulutnya akan berakibat dirinya nanti berurusan dengan pengadilan. Jantung Slamet berdetak keras. Slamet sangat menyesal mengapa dengan mudahnya ia jujur berceritera. Sesal tiada guna. Semua tidak dapat ditarik lagi.
     Slamet diantar pulang oleh dua orang polisi berpakaian preman. Slamet dibonceng motor. Sebelum masuk desa polisi membeli beberapa bungkus rokok, kopi, gula dan beberapa makanan kecil untuk Slamet. Slamet merasakan polisi - polisi yang mengantarnya pulang adalah polisi - polisi yang baik. Rokok, gula dan kopi ini sebagai upah dia cerita ? Atau polisi merasa kasihan terhadap dirinya yang sejak pagi hingga petang terus ditanya dan ditanya ? Atau karena apa ya ? Slamet tak habis pikir.
     Di rumah Slamet semakin gelisah. Hatinya sangat gundah. Slamet sangat tahu apa yang diceriterakannya kepada polisi akan mencelakakan pak Lurahnya. Pak Lurahnya pasti akan segera berurusan dengan polisi. Pak Lurahnya pasti akan berurusan dengan pengadilan. Pak Lurahnya pasti dihukum karena memang telah melakukan pembunuhan. Slamet juga merasa dirinya ikut bersalah karena telah membantu pak Lurahnya melakukannya. Berarti Slamet-pun pasti ikut menerima hukuman. Dan apa yang akan dilakukan oleh pak Lurahnya jika ternyata ia telah membuka rahasianya yang selama ini disembunyikan ? Slamet pasti akan kena marah hebat. Salah - salah bisa juga dipukuli. Bisa - bisa dibunuhnya juga. Belum lagi pesan dua orang polisi yang mengantarnya pulang ketika sudah sampai di depan rumah. " Hati - hati, mas Slamet, ya. Hari - hari kedepan mas Slamet akan banyak menemui kerepotan ". Kalimat itu terus terngiang di telinganya. Apa gerangan yang akan terjadi ? Kegundahan dan kegelisahannya tidak menemukan jawaban. Slamet sangat takut.
     Hari belum terlalu siang. Warga dusun geger mereka dikejutkan suara Darman yang teriak - teriak minta tolong. Warga berbondong - bondong menuju sumber teriakan. Mereka berlarian ke arah rumah Slamet. Warga menemukan Slamet telah kaku tergantung dengan tali plastik di dahan pohon mangga di depan rumahnya. Kepala dusun yang juga tiba di tempat melarang warga menurunkan jasad Slamet. " Kita tunggu polisi datang. Jangan ada yang sentuh Slamet !" Habis berkata begitu kepala dusun kemudian menghubungi polisi dengan poselnya. Warga hanya bisa bertanya - tanya mengapa Slamet yang sejak kecil hidup sengsara sebatang kara mati tergantung di pohon mangga.

          t a m a t . 
          segera hadir serial berikutnya ...... cerita dewasa  " Bau Lawean " ...........
          edohaput.

        

Jumat, 21 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 


                                                                                                                          edohaput


Bagian Ketigapuluh 


     Hari - hari selanjutnya di rumah Slamet pak Lurah terus dan terus menggarap Surinah. Yang digarap mau - mau saja. Karena memang sangat nikmat juga dhuwitnya yang semakin hari semakin menumpuk di lemari Surinah. Surinah pernah menolak untuk digarap pak Lurah di rumah Slamet, karena dhuwit yang diberikan pak Lurah kurang banyak. Surinah ingin harta pak Lurahnya cepat menipis. Dengan begitu pasti akan terjadi huru - hara di keluarganya. Huru - hara itu yang diinginkan Surinah. Surinah ingin keluarga pak Lurahnya berantakan. Isteri - isterinya pada protes. Para pembantu pada keleleran. Dan saudara - saudara pak Lurah pada ribut. Tetapi itu tak terjadi. Pak Lurahnya sungguh kaya. Surinah tak bisa menyakiti pak Lurahnya sebagai pelampiasan dendam atas kekurangajaran pak Lurah merenggut keperawanannya dan terus menghinanya dengan selalu memberinya uang untuk disetubuhi sebagai pemuas nafsu gilanya.  Sebaliknya justru Surinah yang tenggelam dalam kenikmatan dan timbunan dhuwit pemberian pak Lurah.
     Persenggamaan demi persenggamaan yang dilakukan pak Lurah dan Surinah selalu membuahkan kenikmatan yang luar biasa bagi keduanya. Keduanya melupakan bahwa air mani yang masuk di kemaluan bisa menyebabkan hamil. Satu hari ketika pak Lurah lagi - lagi ingin dipanggilkan Surinah, Slamet pernah mengingatkan : " Den saya kawatir jangan - jangan Surinah hamil, den. Tolong den Lurah hati - hati " Pak Lurah yang diingatkan begitu juga sempat kaget : " Benar, Met. Aku lupa meminta Surinah menelan pil anti hamil. Padahal aku sudah berkali - kali menyetubuhinya ya, Met. Ah ..... mudah - mudahan Surinah sudah menjaganya ". Slamet menimpali : " Mudah - mudahan, den. Jangan sampai yang terjadi pada Partini terulang lagi, den ". Slamet mengahkiri kalimatnya dengan nada kawatir.
     Surinah memang telah hamil. Surinah menyadarinya. Perubahan rasa di perutnya yang sering mual, dan keinginannya makan makanan yang asam - asam untuk menghilangkan rasa jelih di mulut, adalah tanda - tanda ia hamil. Dan yang paling disadarinya adalah sebulan yang lalu tidak lagi ada kedatangan menstruasi. Surinah yang tidak bisa mencelakan pak Lurahnya dengan terus menguras dhuwitnya, kini kehamilannya yang akan digunakan untuk merusak nama pak Lurahnya. Surinah tidak gelisah akan kehamilannya. Bahkan ia ingin perutnya segera membuncit. Ia akan pamerkan perut buncitnya ke siapa saja. Dan ia akan mengatakan bahwa buncitnya perut adalah perbuatan pak Lurah. Dengan begitu pasti akan terjadi huru - hara di keluarga pak Lurah. Surinah tidak ingin pak Lurahnya bertanggung jawab terhadap janin yang dikandungnya. Surinah tahu persis kalau pak Lurahnya tak akan menikahinya. Lagi pula Surinah tak pernah bercita - cita menjadi isteri ke empat pak Lurah. Surinah bercita - cita bisa diperistri pemuda baik. Pemuda yang mencintainya. Seorang pemuda yang memeluknya penuh cinta. Bukan penuh nafsu birahi. Surinah tak suka pemuda seperti Mursinu. Yang pernah menciumnya, pernah meremas payudaranya, dan pernah mengobok - obok kemaluannya. Mursinu yang telah pernah nekat melakukan itu karena uangnya. Surinah merasa terhina. Surinah merasa dirinya telah dilecehkan. Walaupun semua yang terjadi juga bukan semua salah Mursinu. Salah dirinya juga mengapa ia waktu itu tergoda oleh ingin memiliki hape. Sehingga uang dari Mursinu membuatnya membiarkan yang dimilikinya dengan mudah dipermainkan Mursinu. Mursinu pernah juga melamarnya. Tapi Surinah menolak. Surinah tahu pemuda seperti Mursinu hanya suka ketika dirinya cantik. Satu saat ketika dirinya tak lagi cantik di mata Mursinu alias Mursinu bosan, dia pasti akan ditinggalkan Mursinu untuk mencari yang lain. Pemuda yang diinginkan Surinah adalah Trimo. Trimo adalah pemuda yang baik di mata Surinah. Pemuda yang tidak pernah berangsan. Pemuda yang selalu bertutur kata baik. Diam - diam Surinah telah jatuh hati kepada Trimo. Trimo yang setiap kali datang di warungnya untuk membeli rokok selalu melempar senyum sopannya. Trimo yang setiap kali berjumpa dengan dirinya selalu menanyakan kesehatan dirinya. Kesehatan bapak dan emaknya. Trimo yang pernah membuang ulat bulu yang merambat di punggungnya dengan sangat hati - hati. Trimo yang pernah memayunginya ketika ia kehujanan dari rumah Gandung kakaknya. Malam itu hujan lebat. Gelap dan halilintar menyambar - nyambar. Karena payung yang kecil menyebabkan Surinah merapatkan tubuhnya di tubuh Trimo. Surinah merangkul perut Trimo. Trimo merangkul pundak Surinah. Trimo tidak berbuat macam - macam. Padahal kesempatan sangat ada. Bisa saja Trimo merangkul sambil mengelus payudaranya. Bisa saja Trimo memeluknya dan mencium pipinya atau bibirnya karena tubuhnya sangat rapat dengan tubuh Trimo. Tetapi Trimo tidak melakukannya. Trimo malah justru sangat hati - hati membimbingnya di kegelapan malam yang hujannya sangat lebat. Trimo yang malam itu tak mau mampir di rumahnya karena tahu bapak dan emaknya tidak di rumah. Trimo yang hanya mengantarkan dirinya pulang sampai di pintu rumah dan Trimo yang berkata sangat menyejukkan hatinya. " Rin .... segara mandi ya. Keringkan badanmu. Trus minum teh panas. Jangan masuk angin ya, Rin. Besuk aku datang beli rokok dan  aku melihat kamu tetap sehat  ".  Berkata begitu dan sambil melempar senyumannya Trimo segera membalikan badan dan pergi meninggalkannya. 
     Surinah sangat tahu kalau Trimo jatuh hati juga pada dirinya. Surinah selalu melihat sorot mata Trimo yang di dalamnya tersirat rasa sayang dan cinta pada dirinya. Belum pernah ada kata sayang dan kata cinta dari mulut Trimo. Tetapi perlakuan Trimo pada dirinya telah lebih dari itu. Dan Surinah- pun tahu kalau Trimo sebenarnya juga telah mengetahui kalau dirinya juga memendam rasa terhadap Trimo. Surinah selalu membayangkan ada di pelukan Trimo. Pelukan sayang. Pelukan cinta. Pelukan yang lembut. Kini cita - cita itu telah buyar. Dirinya telah mengandung janin pak Lurah hasil hubungan nafsu jahat. Hasil dari persenggamaan yang kasar penuh nasfu dan kenikmatan. Hasil persetubuhan yang membuat dirinya selalu mendesah, melenguh, dan menggelinjang. Hasil persenggamaan yang membuat kemaluannya menjadi terasa begitu lebam dan tebal karena sodokan tongkat yang menggila. Hasil dari persetubuhan yang setiap lima menit ganti posisi. Antara posisi terlentang pak Lurah di atas menggenjot pepeknya. Posisi nungging yang membuat pepeknya sangat geli. Posisi miring yang membuat payudaranya dengan mudah diemut - emut pak Lurah. Posisi terlentang kangkang lebar - lebar dengan kedua kaki terangkat, sehingga pak Lurah dengan mudah dan sangat kuatnya menggenjot kemaluannya yang sempat menimbulkan suara ....ceplok ....srepet ....ceplok ... srepet ....cleplok .... dan dirinya tak kuat menahan orgasme yang menyebabkan jeritan kenikmatannya. Persenggamaan yang selalau berlangsung berlama - lama, karena pak Lurah sebelumnya menelam obat kuat. Persetubuhan yang sungguh menikmatkan karena sebelumnya dirinya selalu diminta minum cairan perangsang. Belakangan Surinah-pun menjadi sadar kalau malam ketika dirinya diperawani pak Lurah, dirinya telah lebih dulu diperdaya dengan perangsang. Perangsang yang membuatnya tidak bisa  menahan untuk segera disenggamai. Perangsang yang membuat dirinya lupa. Perangsang yang membuat kemaluannya begitu ingin disentuh. Perangsang yang membuat kemaluannya terasa mengembang pegal dan serasa ingin ditekan - tekan. Perangsang yang membuat payudaranya menjadi kaku ingin diremas. Perangsang yang membuat pikirannya ingin melakukan senggama dan orgasme. Perangsang yang membuat liang vaginanya mengucurkan kebasahan.
     Satu hari dengan tidak sengaja kehamilannya diketahui Slamet. Surinah kepergok Slamet ketika makan mangga muda di rumah. Slamet yang datang disuruh pak Lurah mengantar dhuwit dan menjemputnya untuk disetubuhi, melihat Surinah begitu lahab menikmati mangga muda. " Manis mangganya, Rin ? " Tanya Slamet curiga. " Dak, masam banget !" Jawab Surinah ketus. " Lha kok lahab ?" Tanya Slamet lagi tambah curiga. " Mulutku jelih, kang. Enak banget kalau makan yang masam - masam !" Surinah tetap ketus tanpa memperhatikan kehadiran Slamet yang membawa amplop tebal. " Waduh .... jangan ....jangan .....kamu ..... ? " Kalimat Slamet terputus. " Hamil ... ?! Benar kang, aku hamil. Bulan kemarin aku tak kedatangan !" Kata Surinah tambah ketus. Slamet pucat. Yang ditakutkan ahkirnya datang juga. Akankah berita buruk ini disampaikan kepada pak Lurahnya ? Apa perbuatan pak Lurah selanjutnya ? Akan seperti Partini-kah nasib Surinah ? Slamet bingung. Sedih. Takut. Kawatir. Slamet merasa berdosa. " Den Lurah ingin ngeloni aku yang kang ? " Tanya Surinah tetap dengan melahab mangga muda yang terus dikupasnya. " Benar, Rin. Dan ini uang untukmu ". Jawab Slamet takut - takut sambil meletakkan amplop tebal di depan Surinah duduk. " Den Lurah kesini saja, kang. Dak usah di rumah kang Slamet. Malam nanti bapak dan emak pergi ke rumah kang Gandung ! Dan suruh den Lurahmu itu, malam nanti dak usah meminumkan ke aku obat perangsang. Mulutku mual !" Kata Surinah tetap ketus dan tidak tertarik melihat amplop tebal yang ada di depannya. Slamet kaget ternyata Surinah tahu kalau dirinya telah selalu diperdaya pak Lurahnya. Lidah Slamet kelu. Dan karena takut Surinah marah, maka Slamet buru - buru pamit meninggalkan Surinah yang tetap terus melahab mangga muda.
     Dari rumah Surinah Slamet tidak pulang ke rumah, melainkan langsung menuju rumah pak Lurah. Kabar buruk tentang kehamilan Surinah harus segera disampaikan ke pak lurahnya. Slamet akan menyarakan kepada pak Lurah agar kandungan Surinah bisa digugurkan. Pak Lurah pasti bisa. Pak Lurahnya punya banyak kenalan dukun - dukun bayi yang bisa diperintahnya. Dan mungkin pak Lurahnya punya kenalan dokter yang bisa dimintai bantuannya.
     " Surinah hamil, den ". Kata Slamet tanpa berani memandang wajah pak Lurah yang duduk sambil merokok di depannya. Slamet memberitahukan apa yang baru saja diketahuinya di rumah Surinah. Pak lurah terdiam. Tidak menanggapi apa yang diomongkan Slamet. Ia malah bangkit dari duduk dan masuk ke kamar. Keluar dari kamar di tangannya ada beberapa gepok uang pecahan ratusan ribu. Slamet kaget dan bingung. Uang ? Untuk apa ? " Met, jual kambing - kambingmu. Sudah saatnya kau memelihara sapi - sapi agar pengahasilamu bertambah. Dan kamu bisa segera menikahi gadis perawan ". Kata pak Lurah sambil menjatuhkan uang yang tak terhitung dengan mata di atas meja di depan Slamet duduk. " Dan sawah yang ada di dekat rumahmu itu aku berikan ke kamu, Met !". Kata pak Lurah lagi. " Den ....... ". Kata Slamet yang disetop pak Lurah dengan isyarat jari telunjuk yang diletakkan di depan bibir. Slamet terdiam tak berani melanjutkan kata - katanya. Slamet sangat tahu uang beberapa gepok yang dimaksudkan untuk membeli sapi - sapi dan sawah di dekat rumahnya itu adalah sarana membungkam mulutnya. Slamet sangat tahu Surinah akan mengalami nasib seperti Partini. Slamet sangat takut. Sangat bingung. Slamet sangat merasa berdosa. " Nanti malam kita ke rumah Surinah. Sekarang kamu pulang. Bawa uang itu ! Setelah semua beres kau bisa beli sapi - sapi ! Jangan tidur ! Setelah malam larut kita laksanakan !" Slamet tak berani membantah.
    
                                       bersambung kebagian ketigapuluhsatu .........
    
     
     
     

Senin, 17 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                              edohaput 

Bagian keduapuluhsembilan 


     Tujuh hari setelah malam keperawanan Surinah terenggut oleh pak Lurah, Slamet datang menemui Surinah. Kedatangan Slamet sore itu disambut sikap memberengut Surinah. Surinah sangat menyesali atas kejadian malam itu. Yang membuat kemaluannya tak lagi perawan. Yang membuat Surinah malu terhadap diri sendiri. Mengapa malam itu begitu mudahnya ia melayani keinginan pak Lurah. Sampai detik Slamet datang setelah seminggu dari kejadian itu Surinah tetap tidak tahu kalau malam itu dirinya diperdaya dengan obat perangsang. Kejadian malam itu hanya Slamet-lah yang mengetahuinya. Dan Surinah tak ingin seorang pun tahu kalau dirinya pernah diperbuat oleh pak Lurah. Surinah malu. Tidak juga kepada maknya itu diceritakan. Semua dipendamnya untuk diri sendiri. Tak ada gunanya orang lain tahu. Justru olokanlah yang bakal di dapat kalau sampai ada orang tahu selain Slamet. 
     " Aku diminta untuk menyampaikan ini ke kamu, Rin. Terimalah " Kata Slamet sambil memberikan kotak kayu ukuran sedang kepada Surinah. Surinah tak bertanya dan menerima kotak kayu berukir dari tangan Slamet. Slamet duduk di kursi kayu tanpa dipersilakan oleh Surinah. Slamet menunggu reaksi. Surinah membuka kotak. Yang dilihat oleh Surinah pertama - tama handphone model terbaru. Surinah mengangkat hape. Surinah kemudian melihat bungkusan kain sutera merah. Surinah membuka bungkusan. Surina melihat gelang emas bertahtakan berlian, kalung emas dengan liontin besar bermata hijau jamrut. Dan Surinah juga melihat cincin bermata berlian. Surinah mengagumi benda - benda itu. Wajah yang sejak semula memberengut barangsur menjadi ceria. Melihat perubahan di wajah Surinah Slamet meberanikan diri berkata : " Rin, itu semua dari den Lurah. Sebagai tanda permohonan maaf den Lurah atas kejadian malam itu ". Surinah tidak menjawab kalimat Slamet. Wajahnya kembali memberengut tetapi tidak sememberungut ketika ia datang tadi. " Maunya den Lurah, apa kang ?" Tanya Surinah ketus. " Maunya den Lurah, e...e...anu... Rin...anu ... " Kalimat Slamet tergagap. " Anu apa, kang ? Yang jelas !" Kata Surinah tambah ketus.  " Anu, Rin... kalau Ririn mau datang di rumahku nanti malam, den Lurah mau kasih lagi perhiasan lebih banyak, Rin. Den Lurah mau ngomong sendiri, untuk minta maafnya, Rin " Kata Slamet takut - takut. Ririn tidak menjawab. Pikirannya melayang. Ia tahu ini pasti akal bulus den Lurah. Akal bulus den  Lurah yang ingin lagi menyenggamai aku lagi. Malam itu den Lurah pasti sangat menikmati pepekku. Ini kesempatan. Aku harus balas dendam. Aku harus bisa menguras habis harta den Lurah. Aku harus bisa. Den Lurah akan aku layani. Apa arti pepekku. Toh perawanku telah direnggutnya. Tak ada alasan aku tidak mau. Biarlah pepekku menjadi pemuas nafsunya. Asal hartanya terkuras. " Baik, kang. Katakan pada den Lurah aku mau datang !" Jawab Surinah masih dengan ketus. Byaaarr ! Hati Slamet berbinar. Sangat suka Slamet mendengar jawaban Surinah. Kantongnya bakal tebal oleh uang pemberian pak Lurah. Slamet berjingkrak dalam hati. " Kalau kamu mau, nanti jam tujuh aku jemput, Rin ". Kata Slamet masih tetap hati - hati. Slamet menyembunyikan kegembiraannya. Slamet takut kegembiraannya akan merubah pikiran Surinah. " Baik, kang. Jam tujuh !" Berkata ketus begitu Surinah meninggalkan Slamet. Dengan kotak di tangannya Surinah masuk kamar. Slamet berdiri dan segera meninggalkan rumah Surinah. 
     Jam setengah delapan Surinah tiba di rumah Slamet. Pak Lurah langsung menggandeng Surinah ke ruang tengah rumah Slamet. Ruang tengah yang selalu digunakan untuk menyenggamai Partini. Yang digandeng menurut saja. Pak Lurah mengansurkan bungkusan kain sutera merah. " Bukalah Rin. Itu milikmu ". Kata pak Lurah lembut sambil memegang tangan Surinah agar menerima bungkusan itu. Surinah membukanya. Dan melihat isinya sebuah kalung emas besar dengan liontin beramata merah delima. " Suka Rin ? " Bertanya begitu sambil pak Lurah memeluk tubuh Surinah. Surinah tidak berontak. Malah tubuhnya dilemaskan sehingga tubuhnya menjadi lentur di pelukan pak Lurah yang menyebabkan wajahnya menjadi terdongak dan bibirnya merekah terbuka. Bibir Surinah yang tidak tipis seperti bibir Partini. Bibir Surinah tebal tetapi begitu sensual. Tak ada laki - laki yang tidak ingin mencipoknya jika melihat bibir surinah yang sedang terbuka. Bibir yang selalu merah membasah bagai terolesi madu. Sebaris gigi yang tersusun rapi di balik bibir membuat bibir semakin menggoda pria. Apalagi jika Surinah tersenyum. Woow ! Tak kan kuat pria berlama - lama memandang  bibir yang di sudut kiri bawah terdapat tahi lalat kecil itu. Lebih - lebih di atas bibir indah itu ada hidung mancung mungil yang apa bila bibir itu dicium pasti akan tersentuh. Tidak menyia -nyiakan kesempatan pak Lurah langsung mencipok bibir Surinah. Dan tangannya terus meraba ke payudara. Surinah menikmati ciuman dan rabaan tangan pak Lurah di payudaranya. Pak lurah yang gemas terus meremas payudara Surinah yang besar dan kenyal. Tangan pak Lurah benar - benar menemukan mainan yang luar biasa menyenangkan. mainan yang membuat tongkatnya mendongak kaku, keras dan pegal. Selelai dengan payudara tangan pak Lurah melorot ke bawah dan menyingkapkan rok Surinah menuju selangkangan yang disana ada kemaluan Surinah yang menggunung dipenuhi bulu lebat. Mulut pak Lurah juga melorot kebawah menciumi leher Surinah yang di tengkuknya ditumbuhi bulu halus. Tangan pak Lurah yang sudah sampai di selangkangan menyentuh kemaluan Surinah dari Luar celana dalamnya. Mengelus - elusnya. Lagi - lagi Surinah tidak berontak. Malah kakinya dikangkang untuk mempermudah tangan pak Lurah masuk ke dalam celana dalamnya dan menyentuh kemaluannya. Sementara mulut pak Lurah terus menciumi leher Surinah, jari tangannya yang sudah di dalam celana dalam Surinah mulai menyibak - nyibakkan kelebatan rambut kemaluan Surinah dan menemukan bibir kemaluan yang terbuka karena Surinah berdiri kangkang di pelukannya. Jari tengah tangan pak Lurah menemukan lubang senggama yang basah dan segera menerobos masuk dan mengilik. Surinah meringis dan menggelinjang nikmat. " Sudah den .... Ririn .... tak tahan...den... ayo... den.... aaaahhhhhh ...! " Surinah mendesah dan melenguh. Mendengar Surinah mendesah - desah membuat pak Lurah semakin menggilakan jarinya di kemaluan Surinah. Surinah hanya bisa menggeliat, menggelinjang, dan orgasme. Pak Lurah menghentikan kegiatannya dan mengangkat tubuh Surinah ke ranjang. Memelorotkan celana dalamnya. Surinah terlentang kangkang tanpa celana dalam. Kemaluan nampak begitu menggoda. Besar, menggunung, dan berambut lebat. Tubuh Surinah tidak ditelanjangi pak Lurah. Karena dengan tidak telanjangpun semua sudah dengan mudah diraba dan dinikmati. Tidak lagi menunggu pak Lurah langsung memelorotkan celananya. Tongkatnya mencuat sangat kaku. Naik ke ranjang dan segera menindih tubuh Surinah yang memang sudah siap disetubuhi. Tongkat segera melesak masuk di kemaluan Surinah. Pertempuran dimulai. Ranjang bambu bederik, berderak - derak terayun - ayun dan selingi desahan Surinah yang sebentar - sebentar orgasme. Suara kecipak kemaluan Surinah yang membasah dan terus dikocok tongkat pak Lurah juga menghiasi ruang tengah rumah Slamet. 
     Slamet yang menyaksikan  adegan sejak awal tak kuat menahan. Ia segera keluar rumah menuju kandang kambing. Dibawanya kambing masuk ruang  belakang lewat pintu samping rumahnya. Dibukanya celana kolornya. Kambing yang sudah ditalikan di kaki meja segera didekati pantatnya. Kambing yang sudah sangat terbiasa dengan perbuatan Slamet tidak meronta. Mengembikpun tidak. Slamet dengan hati - hati menempelkan tongkatnya di pepek kambing. Anehnya kambing malah memundurkan pantatnya. Dan les ...... tongkat Slamet masuk di pepek kambing. Sangat hangat. Slamet yang terus mendengar desahan dan lenguhan Surinah serta ngos - ngosannya nafas pak Lurah semakin bernafsu. Pepek kambing terus disodoknya. Slamet menemukan kenikmatan, kehangatan, dan tongkatnya menemukan printil - printil di kedalaman pepek kambing yang membuat tongkat Slamet semakin lama semakin tambah kaku dan menggelembung karena merasakan sangat enak. Slamet sangat menikmati pepek kambingnya yang kakinya terus bergerak - gerak dan pantatnya mundur - mundur. Mungkin saja kambing itu juga orgasme. Dan setiap kali kambing bergerak agak brutal dan mendengus - dengus Slamet merasakan pepek kambing tambah basah. 
     Sementara di ruang tengah tubuh Surinah terayun - ayun dan sedang dipangku pak Lurah. Tubuh Surinah diangkat - angkat dan kemaluannya terus menancap - nancap di tongkat pak Lurah. Dan tak puas - puasnya payudara Surinah menjadi bulan - bulanan mulut pak Lurah. Selasai dengan memangku Surinah, pak Lurah menelungkupkan tubuh Surinah dan menyenggamai dari belakang. Paha Surinah dicengkeram erat dan ditarik didorong maju mundur. Posisi pak Lurah yang duduk bersimpuh dengan mudah menancap keluarkan tongkatnya di kemaluan Surinah yang bibirnya menjadi semakin tebal karena gosokan yang hebat. Surinah menjerit - njerit tertahan. Jeritan kenikmatan. Surinah lagi - lagi sampai ke puncak. Selesai dengan posisi itu pak Lurah kembali menelantangkan tubuh Surinah. Kemudian menancapkan lagi tongkatnya di kemaluan Surinah yang sangat licin dan basah. Paha surinah dirapatkan. Dan pada saat itulah pak Lurah dengan kekuatan tenaga penuh menggenjot kemaluan Surinah. Pak Lurah ingin sampai ke puncak. Yang diperbuat begitu menjadi semakin tak karuan. Karena kemaluannya sangat luar biasa geli, meradang dan sangat luar biasa rasa tak terkatakan. Merasakan itu Surinah hanya bisa terbeliak matanya, dan mengaduh sambil tangannya memeluk tubuh besar yang menindihnya. " Rin.....terimalah maniku Rin.....Rin.... nikmati maniku....Riiiiiiiiiiiiin !" Melenguh begitu pak Lurah menancapkan dalam - dalam tongkat di kedalaman kemaluan Surinah. " Den .... ayo...aduuuuuuh....den..... !" Surinah merasakan kedalaman kemaluannya ada keleler - keleler hangat sangat enak dirasakan. Surinah mengelinjang hebat. Pak Lurah kejang - kejang di atas tubuh Surinah. Ranjang berderak - derak sangat keras karena kelenjotannya dua tubuh di atasnya.
      Slamet yang masih asyik dengan pepek kambing pun sudah tak tahan. Slamet tahu pak Lurahnya sudah sampai. Maka Ia pun harus segera sampai di pepek kambing. Tongkat yang sudah begitu mengembang di pepek kambing tiba - tiba menjadi sangat nikmat. Maninya tertumpah di pepek kambing. Dan Slamet hanya bisa melenguh pendek. " Oh....kambing....kambingku.....aaaaughhh !" 
     Suasana kembali sepi. Dengan hati - hati pak Lurah menarik tongkatnya dari kemaluan Surinah. Surinah masih lagi - lagi mendesah. Dari kemaluan Surinah keluar dan meleleh mani pak Lurah. Surinah membiarkannya mani pak Lurah membasahi bibir kemaluannya. Surinah menikmati kehangatannya, menikmati kebasahannya. 
     Sementara di ruang belakang Slamet menuntun kambingnya keluar dan mengembalikannya ke kandang. Dari pepek kambing terlihat mani Slamet  membasahi bibir pepek kambing dan menetes - netes di lantai tanah rumah Slamet. 

                                                                bersambung kebagian ketigapuluh ............

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 


                                                                                                                                   edohaput 


Bagian keduapuluhdelapan 


     Selesai makan siang kembali Slamet diajak masuk ruang interogasi. Slamet mendapat sebungkus rokok mahal, sebotol minuman, dan beberapa buah jeruk. " Mas Slamet santai saja. Kami para polisi hanya ingin lagi mendengar cerita mas Slamet. Cerita tentang Surinah. Kami yakin mas Slamet pasti tahu. Bukankah begitu, mas Slamet ? " Polisi mengahkiri kalimatnya dengan bertanya yang dijawab Slamet dengan anggukan ragu. Slamet tak lagi bisa berbohong. Slamet tak lagi bisa menghindar. Slamet yang bodo. Slamet yang tidak berpengalaman dengan polisi, Slamet yang takut polisi, Slamet yang bingung ahkirnya kembali meluncurkan cerita. Cerita tentang Surinah alias Ririn. 
     Setelah kematian Partini, mata keranjang pak Lurah beralih ke Surinah yang cantik. Surinah kembang dusun kedua setelah Partini. Surinah anak mak Temi hasil hubungan gelap dengan tuan Rajiv ketika menjadi pe er te di Malaysia. Surinah alias Ririn yang berkulit hitam manis dengan wajah mirip gadis India. Surinah alias Ririn yang bertubuh sintal padat berisi dengan seluruh bagian kulit tubuh ditumbuhi bulu halus. Surinah yang banyak menarik perhatian pemuda dusun. Surinah yang dikagumi Mursinu pemuda dusun yang kaya raya. Surinah yang pernah dipeluk, diciumi, dan kemaluannya pernah dipermainkan dikilik oleh Mursinu di warung sembakonya. Pak Lurah terus mengincar Surinah. Dengan berbagai cara pak Lurah terus mencoba mendekati Surinah. Pak Sukirban yang sebenarnya bukan ayah Surinah dari sisi biologis selalu didekati pak Lurah. Pak Sukirban yang juga salah satu pekerja pengolah tembakau milik pak Lurah, selalu mendapat pekerjaan yang ringan tetapi dengan upah besar dari pak Lurah. Bahkan burung perkutut kesangan pak Lurah  telah juga diberikan kepada pak Sukirban. Strategi pak Lurah ini rupanya berhasil. Pak Lurah menjadi sangat dekat dengan keluarga pak Sukirban. Dengan begitu pak Lurah dengan mudah mendekati Surinah. 
     Satu malam ketika pak Lurah tahu pak Sukirban dan mak Temi orang tua Surinah sedang bepergian ke rumah Gandung anak pertamanya, dengan diikuti Slamet pak Lurah bertandang ke rumah Surinah. Surinah yang di rumah sendirian menerima kedatangan pak Lurah dan Slamet dengan suka cita. Suka cita karena memang pak Lurah adalah juragan ayahnya yang sangat baik terhadap ayahnya, juga karena Surinah merasa tersanjung malam itu didatangi pak Lurah. Tersanjung karena yang datang adalah pak Lurah yang begitu dihormat warganya mau datang dan mengobrol dengan dirinya yang hanya anak pak Sukirban pekerjanya pak Lurah. Setelah mengobrol cukup lama dan menikmati teh yang disuguhkan Surinah,  pak Lurah mulai tidak tahan melihat tubuh Surinah. Baju Surinah yang agak longgar di bagian dada dan sedikit melotrok kebawah menyebabkan pak Lurah sesekali melihat payudara Surinah yang besar tak berkutang. Apalagi Surinah yang memang gadis radak slebor, sehingga kadang - kadang duduknya agak menantang. Menyebabkan pak Lurah bisa melihat paha Surinah yang ditumbuhi bulu halus. Pak Lurah mulai bernafsu yang sulit ditahan. Dan pak Lurah menemukan strategi untuk dapat memegang tubuh Surinah. Pak Lurah mengatur strategi. " Oh ...ya..Rin. Perkutut pemberianku itu oleh bapakmu digantung dimana ?" Tanya pak Lurah yang sebanarnya sudah tahu dimana perkutut itu digantung. " Digantung di rumah belakang, den. Kata bapak kalau di ruang depan kasihan karena selalu terang. Jangan - jangan perkutut dak bisa tidur ". Jawab Surinah menirukan bapaknya. " Wah kadang - kadang aku juga kangen dengan suaranya, Rin. Yuk diantar ke rumah belakang, Rin. Biar aku bisa melihatnya lagi ". Kata pak Lurah sambil berdiri dari duduk. " Di belakang gelap, den " Jawab Surinah. " Ya lampunya kamu nyalakan nanti, Rin " Kata pak Lurah sambil melangkah dan menggamit tangan Surinah agar mengikutinya. Surinah tak bisa menolak. Dengan menuntun Surinah pak Lurah berjalan melewati longkang yang hanya diterangi lampu pijar lima wath menuju rumah belakang. Sampai di rumah belakang yang hanya merupakan ruang terbuka, Surinah menyalakan lampu yang juga hanya lima wath. Begitu lampu menyala dan burung perkutut melihat tuannya datang langsung manggung merdu sekali. " Tu, Rin. Begitu melihat aku perkutut itu langsung manggung kan ? " Surinah tidak menjawab. Hanya tersenyum manis sekali. Senyuman yang membuat pak Lurah tiba - tiba jantungnya berdebar. Senyuman seorang gadis dusun yang cantik. Pak Lurah kembali menggamit tangan Surinah diajak mendekati kurungan yang di dalamnya ada perkutut yang sedang manggung merdu. " Lho kok kurungannya sudah rusak gitu, Rin ?" Tanya pak Lurah. " Bapak mungkin tak punya duit untuk beli kurungan baru, den ". Jawab Surinah. Pak Lurah merogoh saku celana panjangnya dan mengeluarkan dua lembar pecahan ratusan ribu. " Ni, Rin. Berikan bapakmu. Biar dipakai untuk beli kurungan burung !" Kata pak Lurah sambil menempelkan lembaran uang di telapak tangan Surinah. Telapak tangan yang dirasakan oleh pak Lurah lembut dan halus. Dan kembali pak Lurah merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan segepok lembaran uang pecahan ratusan ribu dan kembali ditempelkan di telapak tangan Surinah : " Dan ini buat kamu Rin !" Surinah kaget. Ditangannya ada segepok uang yang dirasakan sangat tebal. Dan ketika sesaat Surinah melihat uang segepok yang di tangannya, semuanya adalah pecahan ratus ribu. Banyak sekali ! Pikir Surinah. " Kok buat saya, den ? " Tanya Surinah bingung. " Ya buat kamu. Buat beli baju dan kebaya baru. Minggu depan kamu akan aku jadikan penerima tamu di temu matennya Parno ! Dan kamu harus terlihat cantik, Rin. Kalau belum cukup besuk kutambah !" Parno adalah keponakan pak Lurah yang minggu depan jadi manten. Dan keluarga Parno melaksanakan hajatan bersar - besaran. Maklum orang kaya. Surinah yang menerima begitu banyak uang dari pak Lurah. Surinah bingung. Belum sempat kebingungannya hilang, tiba - tiba tubuhnya telah dipeluk pak Lurah. Dan tanpa memberi kesempatan Surinah untuk berpikir dan menemukan kesadarannya, pak Lurah telah mencium bibir Surinah. Surinah merasakan kehangat bibir pak Lurah. Dan tiba - tiba tubuhnya merasa ada rasa nyaman di peluk dan dicium. Hal seperti ini pernah terjadi ketika Mursinu memeluknya dan menciumnya. Saat itu juga Surinah merasakan enaknya dicium Mursinu. Surinah sekilas jadi teringat peristiwa denga Mursinu. Pelukan pak Lurah semakin kuat dan ciuman bibir pak Lurah di bibirnya semakin ganas. Surinah tak bisa berontak. Ahkirnya Surinah malah menikmati dan secara tidak sadar mengikuti alur ciuman pak Lurah. Mendapat respon, pak Lurah menjadi semakin nekat. Tangannya turun dan meraba payudara Surinah. Merasakan payudaranya digenggam dan diremas halus Surinah semakin lupa. Karena tiba - tiba di hatinya ada rasa senang dan di payudaranya ada rasa geli nikmat. Surinah sangat terangsang. Ia tidak tahu jika ditubuhnya sebenarnya telah mengalir obat perangsang yang tadi secara cepat oleh pak Lurah diteteskan di minuman Surinah, ketika Surinah membawa nampan kembali ke dapur. Ketika menjajikan minumam untuk pak Lurah dan Slamet Surinah sempat kembali ke dapur mengembalikan nampan. Saat itulah pak Lurah meneteskan perangsang di minuman Surinah. Ketika kembali duduk dan mengobrol dengan pak Lurah dan Slamet, Surinah menenggak hampir separo lebih minumannya. Dia minum untuk menghormati pak Lurah dan Slamet sebagai tamunya yang juga meminum minuman yang disuguhkannya. Surinah begitu terangsang. Sentuhan - sentuhan pak Lurah yang baru sampai di payudaranya diinginkannya lebih menyentuh di bagian lain. Kemaluannya terasa begitu gatal. Begitu meradang. Begitu ingin ada sesuatu yang menyentuhnya. Surinah merapat - rapatkan pahanya menahan rasa dikemaluannya yang terasa geli walaupun belum ada sentuhan. Rasa geli, gatal, dan meradang adalah pengaruh obat perangsang yang sudah aktif mempengaruhi seluruh tubuhnya. Pak Lurah sangat tahu kalau obat perangsangnya sudah bekerja. Pak Lurah sengaja mempermainkan Surinah yang kelabakan. Pahanya dirapat - rapatkan seolah ingin menggeseknya sendiri kemaluannya. Pantatnya dimaju - majukan sehingga merapat ke pinggul bagian depan pak Lurah yang disana ada tongkat pak Lurah yang sudah menggelembung kaku, dan tonjolannya bisa dirasakan Surinah. Sengaja pak Lurah tidak menyentuh kemaluan Surinah. Pak lurah sangat tahu kalau kemaluan Surinah disentuh dia akan segera nikmat dan orgasme. Pak Lurah ingin Kemaluan Surinah akan disentuh dengan tongkatnya. Kalau sekarang surinah orgasme jangan - jangan nanti Surinah berontak ketika akan diperawaninya, karena telah lebih dulu kemaluannya orgasme dan dia sadar akan kejadian. " Kita kekamarmu, Rin. Biar bisa sambil tiduran ". Kata pak Lurah sambil terus merangkul tubuh Surinah. Yang dirangkul tanpa menjawab malah terus bergerak berjalan menuju rumah depan, dimana disana ada kamar Surinah. Pengaruh obat perangsang begitu hebat. Surinah malah ingin segera disetubuhi. Rasa di kemaluannya tak tertahankan. Ingin ada yang segera menggarapnya. Masih tetap dirangkulan pak Lurah Surinah membuka pintu kamar dan keduanya segera ditelan kamar yang akan menjadi saksi hilangnya sebuah keperawanan gadis cantik mirip Hemamalini.
     Slamet menyaksikan itu. Slamet merasa kasihan juga kepada Surinah yang lupa. Surinah yang dipengaruhi obat perangsang. Surinah yang sejam lagi pasti akan menangis menyesali kemaluannya yang sudah tak lagi suci. Keperawanannya direnggut tongkat besar, panjang, hitam berurat yang menyemburkan mani kental dalam jumlah banyak. Mendengar mulai terdengar desahan dari dalam kamar tak urung Slamet jadi bernafsu pula. Tongkatnya menggelembung dan kaku. Slamet membayangkan yang sedang terjadi di dalam kamar. Slamet membuka celananya yang di dalam sarung. Ia mulai berbuat swalayan terhadap tongkatnya. Sementara lenguhan Surinah dari dalam kamar memacu birahinya.
     Di dalam kamar pak Lurah telah berhasil melucuti semua yang dikenakan Surinah. Surinah yang telah telanjang terlentang kangkang. Payudaran menyembul besar dengan puting hitam. Perutnya rata dengan pusar agak menyembul. Di bawah pusar tumbuh rambut ikal lebat hitam legam. Seluruh kemaluan Surinah tertutup rambut lebat. Pak Lurah yang sudah tak lagi ada benang yang menempel di tubuhnya, telah berada di atas Surinah dan sedang mengarahkan tongkat ke kemaluan Surinah. Tongkat tertempel di kemaluan Surinah yang sebenarnya bibirnya telah membuka namun tertututp rambut, jadi tidak nampak. Pak Lurah menempelkan ujung tongkatnya.  Dirasakan pak Lurah ternyata pepek Surinah telah basah. Telah basah karena sangat bernafsunya surinah karena obat perangsang. Surinah ingin sekali segera kemaluannya tersentuh. Surinah sudah tak tahan. Pak Lurah menelungkup memeluk Surinah. Dada pak Lurah merasakan hangatnya, dan masih kenyalnya penthil Surinah yang besar. Kembali bibirnya mulai mengulum lagi bibir Surinah dan pantatnya menekan maju mendorong tongkatnya yang mulai menusuk kemaluan Surinah. Surinah mendesah ketika separo panjang tongkat pak Lurah mulai masuk dan menikmati kedalaman pepek perawan. Melepaskan ciuman di bibir, pak Lurah berlaih ke leher Surinah dan sementara itu pantatnya semakin menekan dan bleeess......precet .... semua tongkat pak Lurah ditelah kemaluan perawan Surinah. Pada saat itulah Surinah menjerit tertahan, matanya terbeliak, mulutnya menganga dan dadanya terangkat. Surinah merasakan sakit di kemaluannya. Terasa di dalam kemaluannya ada gajah masuk dan memenuhi rongga kemaluannya. Pak Lurah membiarkan tongkatnya tenggelam. Tidak menggerakkannya. Yang bergiat justru mulutnya yang dari leher turun ke penthil Surinah. Surinah merasakan penthilnya dikulum, dan disedot - sedot putingnya, serayang semakin melayang. Rasa geli puting payudaranya menjalar kebawah ke kemaluannya yang di dalamnya ada benda hangat besar, kaku mememunuhi rongga, dan menekan bagian kedalaman kemaluan yang enak rasanya di tekan. Geli di puting yang menjalar ke kemaluan terus bertambah. Mulut pak Lurah yang semakin menggila di puting penthil menyebabkan geli di kemaluan Surinah tak tertahankan. Surinah hanya bisa menggeliat di pelukan erat pak Lurah dan melenguh hebat. Karena kali pertamanya menikmati rasa enak dikemaluannya. " Aaaaaaaaauuuuughhhh...... aaaaagggggghhhhhh .... ". Tahu Surinah Orgasme sedikit tongkat digerakkan maju mundur dan itu membuat Surinah semakin merasakan sensasi di kemaluannya. Lagi - lagi "...aaaaauuugghhhh .....aaaaagghhhhh .... " Sambil tubuhnya meronta nikmat. Dan kemaluannya terbasahi cairan kenikmatan yang baru pertama kali mengucur begitu banyaknya. Merasakan kemaluan Surinah begitu basah pak Lurah mulai menggerakan tongkatnya. Terasa licin, hangat dan basah namun tetap menjepit. Maklum kemaluan perawan. Ketika pak Lurah mulai bergiat dengan tongkatnya, Surinah merasakan kemaluannya perih. Selaput daranya terobek - robek oleh kulit kamaluan pak lurah yang banyak sekali tonjolan urat. Surinah merintih dan menitikkan air mata karena perihnya. Pak Lurah tahu itu. Maka ia menghentikan kegiatan tongkatnya. Dibiarkan tongkatnya di kedalam pepek Surinah yang sempit dan disana ada yang sangat enak dirasakan pak Lurah. Mulut Surinah yang diserang pak Lurah. Dengan lidahnya pak Lurah mempermainkan mulut Surinah. Lidah pak Lurah yang panjang telah mengelus - elus dan menekan - nekan langit - langit mulut Surinah. Rasa geli nikmat kembali dirasakan di mulut oleh Surinah. Rasa perih  di kemaluan tertindah rasa nikmat di mulut. Surinah melupakan rasa perih di pepek. Pak Lurah tahu itu, maka dengan perlahan tongkatnya kembali maju mundur. Dan semakin lama frekwensi maju mundurnya semakin cepat. Surinah yang terus oleh pak Lurah digarap mulutnya, penthilnya, lehernya, kupingnya semakin tak merasakan perihnya di kemaluan. Bahkan rasa perih telah berubah menjadi geli. Kemaluannya kembali meradang, serasa semakin menebal dan serasa semakin besar saja yang ada di dalamnya, dan serasa semakin menekan - nekan saja di bagaian - bagian yang apabila tersentuh tongkat sangat enak dirasakan. Surinah kembali tak tahan dan ..." Aaaaaaauugghhhhh ..... aaaaaauhhggg ...." Surinah menggelinjang hebat. Kakinnya terangkat - angkat ke atas dan dadanya menyembul - nyembul, pantatnya tak kalah hebat geraknya, maju - maju menyebabkan tongkat pak Lurah semakin tertelan. Dan setelah itu kembali tongkat pak Lurah  diguyur cairan hangat yang sangat menikmatkan. Kemaluan Surinah menjadi sangat licin. Nafas pak Lurah semkin memburu. Mendengus bagai banteng marah. Pantat semakin cepat bergerak maju mundur. Tongkatnya menacap - keluar, menancap - keluar lagi di kemaluan Surinah dan semakin lama semakin ganas. Pak Lurah tak lagi ingat kalau yang sedang digarapnya adalah kemaluan perawan. Yang ada hanya rasa nikmat, enak luar biasa. Perasaannya telah hilang. Tinggal nafsunya yang ada. Dan tongkatnya tanpa ampun menggenjot kemaluan perawan Surinah. Yang di bawah pak Lurah Surinah hanya bisa berkelonjotan tak tahu lagi apa yang sedang terjadi. Yang dirasakan Surinah hanya antara sakit dan nikmat. Tubuhnya bergoyang - goyang  karena hentakan tongkat pak Lurah. Mulutnya terus melenguh, mendesah dan mengaduh. Dan semakin ganas saja pak Lurah menancap keluarkan tongkatnya di kemaluan Surinah. Ranjang berderak - derak, berderit seirama persenggamaan yang hebat. Dan tak lama kemudian kaki pak Lurah mengejang. Wajahnya mendongak. Tongkatnya yang ada di dalam kemaluan Surinah telah sangat meradang. Saluran maninya telah penuh dan menambah menggelembungnya tongkat. Dan ...." Oh.... Surinah ...Surinah...Rin..... Ririiiiiiiiiiiiiiiiin !".  Tongkat pak Lurah menyemburkan mani yang luar biasa banyak di kemaluan perawan surinah. Surinah Merasakan itu. Merasakan air mani pak Lurah yang hangat meleleh di dalam kemaluannya.  Air mani yang membasahi bagian terdalam kemaluannya. Air mani yang membuat tambah geli kemaluannya. Dan kembali kemaluannya tak bisa menahan nikmat. " Aduuuuuuh...den.... den Luraaaaahh !" Tak kalah hebatnya tubuh surinah berekenjotan penuh nikmat.
     Slamet yang mendengar semuanya juga semakin tak bisa menahan maninya untuk menyembur. Desahan Surinah. Deru nafas pak Lurahnya, serta derak dan derit ranjang membuat bayangan Slamet terhadap yang di dalam kamar begitu menambah gairah onaninya. Dan   " ......aaaahhhh.... ! Haaaaauuggh ...! " Mani Slamet menyemprot - nyemprot  tumpah di sarung dan sebagian yang lain muncrat di  kursi tempat duduknya.


     bersambung kebagian keduapuluhsembilan ...........................

Jumat, 14 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                                        edohaput


Bagian Keduapuluhtujuh 

     Tak dinyana Partini bakal hamil. Tak disangka Partini bakal meminta pertanggungjawaban. Uang dan perhiasan emas yang mengalir ke Partini sudah cukup banyak. Uang dan perhiasan yang diberikan itu oleh pak Lurah dimaksudkan sebagai pembayaran atas jasa Partini yang telah melayaninya. Kalau saja Partini tidak hamil barangkali apa yang diberikan pak Lurah telah lebih dari cukup sebagai ganti keperawanannya  dan pelayanannya selanjutnya. Tetapi ternyata Partini hamil. Partini menuntut lebih. Tidak hanya materi. Tetapi Partini menuntutnya juga untuk bertanggungjawab. Itu berarti kalau harus bertanggungjawab maka pak Lurah harus menikahi Partini. Isteri sudah tiga. Mungkinkah nambah satu lagi ? Lalu apa kata isteri pertamanya. Lalu tuntutan apa yang akan diminta isteri keduanya. Lalu apa juga yang bakal diminta isteri ketiganya. Ketika dulu pak Lurah mau menikahi isterinya yang ketiga, isteri pertama dan kedua meminta bagian masing - masing  dua hektar sawah ladang. Lha kalau sekarang mau nikah lagi. Dan isteri - isterinya meminta bagian yang demikian pula lagi apa yang akan diberikannya. Kini hampir semua sawah ladang telah berganti pemilik. Dulu miliknya. Kini hampir sebagian besar sawah ladang telah atas nama isteri - isterinya. Tetapi kalau Partini tidak dinikahi lantas mana tanggungjawabnya. Dan satu saat nanti ketika anak yang dikandung Partini lahir, dan Partini berteriak kalau ini adalah anak pak Lurah, betapa malunya dirinya. Pak Lurah cemas. Pak Lurah gundah. Pak Lurah gelisah. Kenapa dulu Partini tidak diingatkan agar tidak hamil. Kenapa dulu disetiap persenggamaan,  Partini tidak diberikannya pil anti hamil. Nasi sudah jadi bubur. Semua sudah terlanjur.
     Di rumah pak lurah. Malam telah melewati pukul sebelas. Slamet memenuhi panggilan pak Lurah. " Met, .... malam ini rencana kita ..... kita laksanakan !" Kata pak Lurah tertahan. Hanya di dengar Slamet. " Gimana Met, sudah kau selidiki keadaannya ? " Pak Lurah bertanya. " Sudah, den. Malam ini mbok Sargini tidur di warung. Partini di rumah sendiri ". Slamet memberi penjelasan kepada pak Lurah dengan suara lirih yang hanya di dengar pak Lurah. " Kalau begitu kita berangkat sekarang saja, Met !" Pak Lurah berdiri dan menyambar botol kecil di meja kemudian dimasukkan di saku jaketnya dan melangkah keluar rumah. Slamet mengikuti dari belakang. Di luar rumah sepi. Gerimis membasahi tanah dan membuat udara pegunungan yang dingin menjadi semakin dingin. Pak Lurah diikuti Slamet menuju rumah Partini.
     Di rumah Partini belum tidur. Ia sengaja menunggu pak Lurah yang mau datang tengah malam. Tadi sore Partini sempat kawatir karena Darman datang di rumahnya dan menyatakan ingin tidur di rumah Partini. Kalau ada Darman bakalan tak terjadi persenggamaan yang sudah direncanakan pak Lurah. Memang tak biasanya pak Lurah mengajaknya bersenggama di rumah Partini. Biasanya rumah Slamet yang selau digunakan untuk ajang. Tapi pak Lurah menghendaki di rumahnya. Partini tidak menolak. Partini berprasangka baik. Barangkali pak Lurah malam ini akan menyampaikan maksudnya untuk menikahinya. Sejak sore Partini mempersiapkan kamarnya. Dibersihkan. Diganti spreinya. Disapu lantainya. Diberinya sedikit wewangian. Mbok Sargini tak curiga. Kesibukan Partini sore itu tidak menarik perhatiannya. Mbok Sargini sibuk dengan persiapan kudapan   warungnya.
     Tengah malam telah lewat. Partini membukakan pintu untuk pak Lurah yang telah mengetuk pintu dengan sangat pelan. Diikuti Slamet pak Lurah memasuki rumah Partini. " Mbokmu tidur di warung, Ni ?" Tanya pak Lurah dengan suara pelan. " Ya, den " Jawab Partini pendek. " Mana kamarmu, Ni. ? " Tanya pak Lurah sambil melihat sekeliling. Partini menunjuk kamarnya dan berjalan menuju kamarnya diikuti pak Lurah. Slamet memposisikan diri tiduran di kursi kayu sambil merokok. Partini menutup pintu kamar setelah pak Lurah masuk. Mata Partini menumbuk tatapan mata Slamet. Slamet tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya. Partini melototi Slamet dan menutup pintu kamar. Partini tidak lagi malu desahan kenikmatannya bersenggama di dengar Slamet. Partini bahkan tidak lagi malu telanjang badan di depan Slamet. Karena Partini tahu apa yang dilakukannya pasti juga disaksikan Slamet. Di mata Partini Slamet adalah orang yang telah tahu segalanya. Tahu lekuk - lekuk tubuhnya. Tahu berapa kali dia orgasme setiap kali bersenggama dengan pak Lurah. Tahu berapa dia dikasih duit pak Lurah. Tahu apa saja perhiasan yang telah diberikan pak Lurah. Slamet tahu segalanya tentang dirinya.
     Di dalam kamar pak Lurah segera memeluk Partini dan menciumi leher Partini. " Sabar, den. Saya lepas dulu pakaian ". Pak Lurah melepas pelukan dan Partini segera telanjang penuh. Begitu juga pak Lurah segera menelanjangi diri. Partini terlentang di ranjang. Pak Lurah segera menubruknya. Mulut partini segera dilahap pak Lurah. Sementara jari - jari tangannya telah bermain di selangkangan Partini. Bibir kemaluan Partini disibak - sibakkan menggunan jari. Partini merapatkan paha karena geli nikmat. Pak Lurah mencoba membuka lagi paha Partini agar kangkang. Tongkat pak Lurah sudah berada di genggaman Partini. Pak lurah terus menciumi partini dari mulut, ke leher, ke payudara ranum dan kenyal, kembali ke mulut sambil terus jari tengahnya mengilik kemaluan Partini yang mulai membasah karena nikmat. Sementara Partini terus tangannya menggamit - gamit dan memijit - mijit tongkat pak Lurah. Keduanya saling melenguh. Menggelinjang. Penuh nikmat diawal persenggamaan. Kurang lebih sepuluh menit adegan bergumul saling cium dan saling permainkan kemaluan. Pak Lurah mengehentikan kegiatan. Tangannya meraih botol kecil yang sudah dipersiapkan. " Ni, kamu minum ini biar yang kita lakukan tambah nikmat dan tidak cepat lelah. Tadi aku sudah minum dari rumah ". Kata pak Lurah berbohong sambil membuka tutup botol kecil. Tanpa curiga Partini yang sudah kerasukan kenikmatan dan ingin kenikmatannya bertambah - tambah langsung menenggak habis cairan yang ada di dalam botol kecil itu dan kembali terlentang kangkang siap disenggamai. Pak Lurah segera menindih tubuh Partini dan memasukkan tongkatnya di kemaluan Partini yang terbuka karena kangkangannya. Pak Lurah memeluk tubuh Partini dan terus memompakan tongkatnya, menikmati kemaluan Partini. Tongkatnya seperti biasanya serasa dijepit. Hangat dan tergesek lubang senggama yang sampai kekedalamannya yang ada hanya rasa enak luar biasa dirasakan di tongkatnya. Sebaliknya Partini terus meronta menggelinjang kemaluannya menerima sodokan tongkat besar, kaku, dan panjang. Setiap kali sodokan tongkat pak Lurah mengenai bagian di dalam kemaluannya yang sensitif Partini tak kuasa menahan. "  Aduh, den .....enak sekali ....deeeennn ...deennn Lurah ......! " Partini orgasme. Setiap kali orgasme pepek Partini menjadi sangat basah dan kalimat itu pula yang didesahkan. Pada saat itu lah pak Lurah kemudian menarik tongkatnya dari kemaluan Partini yang seolah - olah tak ingin lepas dari tongkat pak Lurah dan mengelap kemaluan Partini. Kemudian tongkat disodokkan lagi. Begitu seterus berulang terjadi. Setiap kali tongkat pak Lurah dicabut untuk mengelap kemaluan Partini yang banjir cairan kenikmatan, Partini merasakan kemaluannya kosong. Ingin segera lagi dijejali. Dan begitu dijejali lagi Partini   merasakan kemaluannya dipenuhi benda hangat, kenyal, kaku, menyodok - nyodok seluruh bagian kedalaman kemaluan yang dirasakan enak luar biasa. Dan ketika lagi - lagi ujung tongkat menyentuh yang diharapkan oleh Partini terus tersentuh, Partini merapat - rapatkan pahanya menahan kegelian nikmat kemaluannya yang ingin terus .. terus.. terus dirasakan.   Tubuh Partini dibolak - balik. Disenggamai dari depan, dari belakang, miring, bahkan tubuh Partini diangkat - angkat sambil kemaluannya ditancap - tancapkan di tongkatnya. Pada saat - saat seperti itu lah kedua kaki Partini hanya bisa menendang - nendang tak karuan dan tubuhnya mendongak - dongak sementara tangannya mencengkeram bahu pak Lurah karena saking nikmatnya di kemaluan. Kemaluannya sangat geli tak tertahankan. Rasa geli yang tidak dikehendaki berahkir. Rasa geli yang tidak diinginkannya hilang. Rasa geli yang terus dinikmatinya sambil melenguh - lenguh. menggeliat - geliat, mendesah - desah, dan menggoyang - goyangkan pantatnya.
     Pengaruh cairan dari botol kecil yang diminum Partini mulai terasa. Partini merasakan tubuhnya mulai lemas dan berangsur tak berdaya. Dadanya terasa sesak susah bernapas. Dan rasa itu semakin menjadi. tubuhnya mulai tak merasakan apa - apa. napasnya semakin tersengal. Partini hilang kesadaran. Partini meronta tapi tak bisa bersuara. Mata Partini terbeliak. Mulut megap - megap. Sementara itu Pak Lurah semakin cepat memompakan tongkat. Partini yang sangat susah mengambil napas semakin didekap pak Lurah. Partini berhenti bernapas. Di saat itulah pak Lurah tanpa ampun menggenjot kemaluan Partini kuat - kuat dan tubuhnya kejang hebat, kakinya menjejak - jejak ranjang kuat - kuat, dan maninya menyembur di kemaluan Partini yang sudah tak bernyawa. " Partini .....maafkan aku, Ni .....Partini.....N i i i i i i i i " Kemudian pak Lurah ambruk di tubuh Partini.
     Kejadian ini  tercatat sebagai hari ahkir hidup Partini. Hari telah masuk senin tanggal dua puluh lima April duaribu sebelas. Hari naas Partini yang sedang dalam keadaan hamil dua bulan. Partini anak mbok Sargini. Partini yang keturunan babah Ong. Partini yang cantik. Partini kembang dusun. Partini yang masih muda belia. Partini yang saling sayang dan saling cinta dengan Darman. Partini yang diinginkan oleh para pemuda desa untuk diperistri. Partini yang telah menjalani hidup dalam segala kekurangan. Partini yang belum sempat berbahagia. Partini yang sampai menjelang ahkir hayatnya hanya sebagai pemuas nafsu birahi orang yang tidak bisa menahannya. Partini yang bernasib malang dan berujung pada kemalangan pula.
     Malam itu dengan diam - diam dan hati - hati pak Lurah dan Slamet meninggalkan rumah Partini dengan kepuasan dan kelegaan. Meninggalkan jasat Partini yang telanjang tak bernyawa. Pak Lurah puas karena telah terlampiaskan nafsu birahinya. Pak Lurah telah lega tidak bakal lagi dituntut Partini untuk bertanggungjawab. Karena Partini telah mati dibunuhnya. Tiada rasa sesal sedikitpun ada di perasaan pak Lurah. Justru  pak Lurah bergembira karena kembali merdeka. Tidak ada yang mengancam kehidupannya. Sebelum berpisah di ujung jalan yang gelap pak Lurah memegangi tangan Slamet. Slamet merasakan telapak tangannya dijejali uang. " Rahasiakan kejadian ini,  Met. Tak ada yang boleh tahu selain kita berdua, Met ". Kata pak Lurah yang dijawab dengan anggukan oleh Slamet. Pak Lurah dan Slamet masing - masing segera mengambil langkah cepat pulang ke rumah karena hujan mulai jatuh.
     " Begitulah, pak. Kejadian yang sebenarnya tentang Partini ". Kata Slamet mengahkiri ceritanya tentang Partini. Wajahnya menunduk tak berani menatap para polisi yang ada di ruangan itu untuk mendengarkan cerita Slamet. Slamet sangat tahu kalau dirinya juga ikut andil bersalah terhadap kematian Partini. Slamet sangat menyesal mengapa cerita itu begitu saja mengalir keluar dari mulutnya. " Trima kasih, mas Slamet kamu telah menceriterakan tentang matinya Partini. Selama ini kami para polisi hanya kebingungan saja. Kematian Partini menjadi teka - teki kami. Tetapi setelah mas Slamet bercerita , semua menjadi jelas. Trima kasih, mas Slamet. Baik, mas Slamet, kita istirahat dulu. Nanti kita lanjutkan lagi ". Kata polisi yang di depan duduknya ada laptop.
     Hari sudah siang. Slamet memperoleh makan siang. Walaupun lauk serba daging, tetapi rasa makan siang di siang itu di lidah Slamet terasa pahit. Ia sangat menyesal mengapa mulutnya meluncurkan cerita yang bakal menyeret pak Lurahnya berhadapan dengan polisi. Susah rasanya nasi tertelan. Jantungnya berdetak keras ketika membayangkan betapa marahnya pak Lurahnya bila suatu saat mengetahui ia telah membocorkan rahasia yang telah disepakati untuk disimpan. Slamet sangat bingung. Apa yang harus diperbuatnya nanti jika pak Lurahnya sampai berhadapan dengan polisi. Nasi sudah jadi bubur, yang terjadi terjadilah. Begitu ahkirnya Slamet mengambil kesimpulan. Setelah para polisi tahu peristiwa apa yang menyebabkan Partini mati, para polisi pasti akan memintanya untuk bercerita tentang Surinah alias Ririn yang juga mati di tangan pak Lurahnya. Slamet sangat bingung. Pasti setelah makan siang ini para polisi itu  akan terus menanyainya. Slamet tak mungkin bisa menghindar.

                                        bersambung kebagian keduapuluhdelapan ..........


                           

Rabu, 05 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                                edohaput 

Bagian  Keduapuluhenam

     Sejak peristiwa di rumah Slamet itu, kejadian - kejadian berikutnya terus berulang. Pak Lurah yang  ingin terus dapat menikmati tubuh Partini mendapat sambutan dari partini yang juga terus ketagihan. Ruang tengah rumah Slamet juga terus - menerus menjadi ajang pertempuran antara Pak Lurah dan Partini. Persenggaman keduanya penuh sensasi. Penuh kenikmatan. Dan berahkir dengan kepuasan. Partini sengaja menyerahkan tubuhnya untuk terus sebagai pemuas nafsu pak Lurah. Bale - bale bambu yang terus berderak ketika di atasnya pak Lurah sedang mencumbu Partini menjadi saksi bisu keganasan pak Lurah dalam bersenggama. Persenggamaan yang selalu berlangsung hebat itu  tidak ada orang yang tahu kecuali Slamet, karena dilakukan malam hari dan dengan sembunyi - sembunyi. Mbok Sargini maknya Partini tidak ambil pusing terhadap apa yang dilakukan anaknya. Yang ada di pikiran mbok Sargini hanya uang dan perhiasan yang semakin menumpuk di tangannya. Partini tak suka perhiasan. Partini tak suka uang. Buat apa uang ada di tangannya. Yang ada di pikiran Partini hanya ingin menguasai pak Lurah. Partini telah berketatapan kalau pun harus menjadi isteri ke empat pak Lurah Partini bersedia. Partini sangat mendendam atas perbuatan pak Lurah yang telah menipunya. Partini ingin pak Lurah merasakan akibatnya atas perbuatannya yang menipu dirinya. Partini ingin pak Lurahnya menderita. Partini ingin pak Lurah memperoleh malu. Partini ingin pak Lurahnya tercemar. Maka Pertini ingin hamil. Dan Partini akan membuka aib kalau anak yang dikandungnya adalah anak pak Lurah. Ketegaan dan kekejian pak Lurah terhadap dirinya akan dibalasnya. Pak Lurahnya telah merusak masa depannya. Pak Lurahnya telah merusak yang sebenarnya dicita - citakan Partini untuk dipersembahkan kepada Darman.
     Partini yang murah senyum kini telah berubah menjadi Partini yang mudah marah. Partini yang ramah kini telah berubah menjadi Partini yang  judes. Partini yang selalu ceria berganti menjadi Partini yang selalu berwajah murung. Partini yang mudah bergaul menjadi Partini yang tertutup. Ketertutupan Partini ini juga berlaku bagi Darman. Dulu sebelum ini terjadi apapun yang dilakukannya diberitahukannya kepada Darman. Sekecil apapun peristiwa menimpa dirinya Darman-lah yang pertama - tama diberitahu. Tetapi kini semua rahasia antara dirinya dengan pak Lurah dirahasiakannya terhadap Darman. Partini tidak ingin Darman tahu. Partini sangat paham betapa sedihnya Darman jika tahu peristiwa - peristiwa yang dialaminya dengan pak Lurah.
     Satu hari ketika Darman menemuinya di rumah, Partini sedang muntah - muntah. Perutnya mual. Dan bulan  yang lalu Partini sudah tidak lagi datang bulan. Partini hamil. " Masuk angin ya, Par ?" Tanya Darman sambil memegangi tengkuk Partini dan dipijit - pijit. Dengan kasar Partini menepiskan tangan Darman yang memijit - mijit tengkuknya. Darman kaget sekali. Belum pernah selama hidupnya mendapat perlakuan kasar seperti itu dari Partini. " Sudah, kang. Sana pergi tak usah ngurusi aku ! Ini urusanku. Masuk angin yang urusanku. Tidak masuk angin ya urusanku. Kang Darman pergi saja sana !" Dengan judesnya Partini mengusir Darman. " Par .... tak keroki ya, kalau masuk angin, yo ...... " Kata Darman lembut dan menampakkan rasa sayangnya. " Dak usah ! Kang Darman pergi saja ! Aku dah tak suka sama kang Darman. Pergi sana, kang !" Berkata begitu Partini sambil melototi Darman dan Pertini mencoba menampakkan wajah kebencian kepada Darman. Partini mencoba merubah penampilannya yang selalu manja dan jujur di depan Darman. Partini mencoba menampil wajah marahnya. Walaupun di dalam hatinya ingin berteriak minta tolong kepada Darman. Ingin ia memeluk tubuh Darman dan menangis di dada Darman. Mengungkapkan kesedihannya. Dengan mencoba meyikapi Darman dengan sikap yang judes, marah, seolah - olah sangat benci, Partini berharap Darman tidak lagi menyukainya. Kemudian menjauhinya. Partini ingin Darman melupakannya. Partini ingin Darman sakit hati atas sikapnya kemudian menjauhinya. Tak lagi sangat memperhatikannya. Partini tidak ingin Darman tahu apa yang sedang dialaminya. Partini tidak ingin Darman sangat kecewa atas dirinya. Partini tidak ingin Darman yang sangat menyayanginya menjadi sedih dan sangat menyesalkan apa yang terjadi pada dirinya. " Kamu itu kenapa ta, Par . Tiba - tiba kok jadi seperti ini ? Ada apa, Par ...?" Tanya Darman dengan lembut dan dengan tatapan mata yang penuh keheranan. " Sudah kang, kang Darman pergi saja ! Saya bilang kang Darman pergi ! Pergi dari rumahku, kang.....pergi ...!" Bentak Partini dengan nada yang sungguh kasar. Darman pergi dengan perasaan bingung. Tetapi ketika hendak meninggalkan Partini Darman mencoba menemukan apa yang sedang dirasakan Partini di kedalam mata Partini. Darman yang memang sejak kecil mengerti tabiat Partini,  tidak bisa ditipu. Ternyata Partini tidak mampu menyembunyikan perasaan cintanya, kasihnya, dan sayangnya kepada Darman. Mulutnya bisa membentak. Sikapnya bisa kasar. Tetapi sorot mata yang selalu jujur  tak bisa menipu Darman. Darman tahu Partini sedang dirundung kemalangan.
     Matahari belum seluruhnya tenggelam di balik gunung. Langit agak mendung. Slamet datang menemui Partini yang sudah kesekian kalinya. Kedatangan Slamet tak lain dan tak bukan untuk meminta Partini datang ke rumahnya, karena sudah ditunggu pak Lurah yang sudah siap untuk bersenggama. Pak Lurah yang sudah menelan viagra. Pak Lurah yang sudah mempersiapkan diri dengan stamina prima untuk bersenggama. Untuk memuaskan diri dengan tubuh muda penuh kenikmatan. Kali ini Partini menolak. Sudah sejak beberapa hari  belakangan, Partini telah menyiapkan surat untuk pak Lurah. Surat itu berisi pemberitahuannya bahwa dirinya hamil dan minta pak Lurah bertanggungjawab atas perbuatannya. " Maaf, kang Slamet. Saya malam ini tak bisa memenuhi panggilan den Lurah. Capai dan pusing sekali, kang. Tolong surat ini saja sampaikan ke den Lurah " Kata Partini bohong. Petang itu Partini tidak capai dan tidak pusing. Tetapi Partini ingin pak Lurahnya membaca suratnya. Karena ia tak akan mampu mengucapkannya di hadapan pak Lurahnya. Darman pergi dan bocengan sepeda onthelnya  kosong tanpa Partini duduk disana.
     Pak Lurah sangat kecewa Slamet pulang tanpa Partini. Hanya amplop yang dibawa Slamet. " Apa ini, Met ?" Tanya pak Lurah ketika menerima amplop surat dari Partini. " Surat dari Partini, den " Jawab Slamet . " Partini capek dan pusing, den. Jadi tidak bisa memenuhi panggilan den Lurah malam ini " Lanjut Slamet. " Aduh, Met. Aku sudah terlanjur menelan viagra. Gimana ini, Met. Anuku sudah terlanjur  hidup. Aduh, Met. Gimana ini ?" Pak Lurah kebingungan. Viagra telah membuat tongkat pak Lurah ereksi hebat. Sangat kaku. Mengembang sangat besar. Kalau tidak segera digunakan rasanya pegal sakit. Mau pulang dan ditancapkan di isterinya ? Tidak mungkin. Isteri pertama sedang meriang. Isteri kedua baru saja melahirkan anak pertama. Isteri ketiga sedang menstruasi. Pak Lurah bingung. " Aduh gimana, Met ? " Tanya pak Lurah. Yang ditanya tidak bisa memberi solusi. Mau meminta pak Lurah pulang agar menggunakan tongkat untuk isteri Slamet tidak berani. Itu berarti mengusir pak Lurahnya. Mau usul untuk pergi ke kota mencari pe es ka tidak mungkin karena pak Lurah tidak membawa mobil. Mau menyarankan agar pak Lurah onani saja tidak mungkin berani. Slamet tak bisa apa - apa. Slamet terdiam di hadapan pak Lurah dan hanya menunduk tak berani memandang wajah pak Lurahnya.   Tidak memperoleh jawaban dari Slamet, pak Lurah Gelisah " Aduh, Met. mani ini kalau tidak jadi keluar aku pusing banget, Met !" Kata pak Lurah sambil meraba tongkatnya yang sudah sangat kaku di dalam celananya. " Kambingmu, Met ! Bawa Kemari !" Perintah pak Lurah. Slamet tanggap. Ia segera berdiri dari duduk dan segera ke kandang kambing.
     Di luar rumah hujan mulai turun. Setengah berlari Slamet menuntun kambing di bawa masuk ke rumah. Slamet memilih kambing betina yang paling besar. Kambing ini pun pernah juga dipakai oleh Slamet untuk melampiaskan birahinya. Kaming oleh Slamet langsung dibawa ke ruang tengah. Pak Lurah sudah siap. Celananya sudah dilepas. Dan tongkatnya sudah mencuat. Sempat Slamet sedetik menatap tongkat pak Lurahnya yang memang sudah sangat kaku. Pantas pak Lurahnya tak tahan. Slamet segera menalikan kambing di kaki ranjang. Setelah itu Slamet meninggalkan pak Lurah di ruang tengah bersama kambing betinanya yang paling besar, gemuk, dan muda. Pak Lurah mendekati kambing dan dengan tangannya yang besar dan kuat segera mencengkeram pantat kambing dan mengangkatnya. Sehingga kambing hanya bertumpu pada kedua kaki depannya. Dengan demikian kambing tidak bisa bergerak dan meronta. Pak Lurah mengarahkan tongkatnya ke pepek kambing. Ujung tongkatnya menyentuh bibir pepek kambing. Sebentar pak Lurah menggosok - gosokkan ujung tongkat ke pepek kambing. Kemudian pak Lurah mulai memajukan pantatnya dan memundurkan pantat kambing. Terdengar suara ...precet ...precet ...precet ...yang berasal dari pepek kambing. Tongkat pak Lurah mulai masuk di pepek kambing. Dan sebentar kemudian suluruh tongkat pak Lurah tertelan pepek kambing. Pak lurah merasakan tongkat sangat hangat. Kedalaman pepek kambing lebih hangat dari pepek perempuan. Dan di kedalaman pepek kambing tidak ada yang menggerenjal seperti pepek perempuan. Hanya ada rasa halus, hangat dan menjepit tongkat. Tetapi jepitannya juga membuat tongkat terasa nikmat. Di kedalam pepek kambing tak ada yang meradang seperti kemaluan perempuan. Tak ada yang kasar - kasar menggelikan ujung tongkat. Tetapi kehangatannya yang melebih kedalaman kemaluan perempuan membuat tongkat yang memasukinya merasakan enak luar biasa. Pak Lurah mulai memompa. Bibir pepek kambing-lah yang sangat enak dirasakan oleh Pak Lurah. Bibir pepek kambing dirasakan pak Lurah begitu menjepit. Kambing mengembik ketika pak Lurah mulai dengan kuat memompa. Sebentar kemudian kambing tak lagi mengembik hanya saja kaki belakangnya yang terangkat bergerak - gerak menendang - nendang. Mungkin kambing merasakan pepeknya enak juga. Barangkali karena seringnya kambing ini disetubuhi Slamet, sehingga pepeknya sudah terbiasa dengan tongkat manusia. Dibenak pak Lurah yang terbayang adalah pepek Partini. Pak Lurah terus memompa. Semakin cepat dan semakin cepat. Pak Lurah tidak ingin berlama - lama dengan pepek kambing.  Pak Lurah ingin maninya segera tertumpah, dan pegal - pegal di tongkatnya segera hilang. Hangatnya di kedalaman pepek kambing dan jepitan bibir pepek kambing yang dirasakan sangat nikmat mempercepat tongkat pak Lurah siap menyemburkan mani. Beberapa saat kemudian setelah kurang lebih sepuluh menit tongkatnya menggarap pepek kambing, kaki pak Lurah mengejang menahan rasa geli nikmat di tongkatnya yang sudah memuncak. Dimundurkannya pantat kambing dan dimajukannya kuat - kuat pantatnya sendiri sehingga tongkatnya menancap sangat dalam di pepek kambing. Disaat itulah pak Lurah menjerit kenikmatan. Maninya menyembur di kedalaman pepek kambing. " Partin i i i i i i i i ..... aduh .... N i i i i i i i i i i i i i ..... !" Tubuh pak Lurah bergetar dan mengejang nikmat. Setelah beberapa saat pak Lurah melepaskan cengkeramannya di pantat kambing. Terdengar suara ....precet ....ceplok .... tongkat pak Lurah lepas dari pepek kambing. Dan di pepek kambing mani pak Lurah keluar dan meleleh - leleh membasahi pepek.
     Slamet menyajikan teh panas di ruang depan. Pak Lurah membuka surat Partini. Pak Lurah sangat terkejut. Karena kehamilan Partini sangat tidak diharapkan. Apalagi ternyata Partini juga menuntut tanggungjawabnya. Pak Lurah gundah. Pak Lurah gelisah. Dan pak Lurah cemas.

                                                       bersambung kebagian keduapuluhtujuh ........


  
     

Minggu, 02 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                                 edohaput 

Bagian keduapuluhlima

     Partini tersadar. Partini menemukan dirinya telanjang bulat. Tubuhnya hanya tertutup selembar selimut. Partini melihat sekeliling. Yang ditemukan hanya pak Lurah yang sedang tersenyum sambil merokok duduk di kursi dekat dengan ranjang dimana dia terlentang di bawah selimut. Partini mencoba mengingat apa yang sebelumnya terjadi. Dirawat dan didandani di Salon. Makan nasi goreng di restoran. Lalu kembali naik mobil bersama pak Lurah dan Slamet. Lalu ke hotel. Partini hanya bisa mengingat sampai disitu. 
     Setelah beberapa saat pak Lurah membiarkan Partini bingung, pak Lurah mendekati Partini dan duduk di tepi ranjang. " Ni .... " Sapa pak Lurah lembut. Partini menatap mata pak Lurah mencoba mencari sesuatu disana. Partini ingin bertanya mengapa dirinya berada di ranjang dan telanjang. Mengapa dirinya merasa sangat capai. Mengapa ada rasa tidak seperti biasanya di kemaluannya. Mengapa ada rasa kesemutan di payudaranya. Tetapi mulutnya kelu. Dan perasaannya menjadi aneh. Pak lurah melanjutkan kalimatnya setelah Partini memalingkan wajahnya. " Coba kau raba lehermu, Ni !" Berkata lembut begitu pak Lurah sambil tersenyum. Partini meraba lehernya dan disana melingkar sebuah kalung. " Sekarang di pergelangan tanganmu, Ni ! " Kata pak Lurah lagi. Dan Partini merasa di kedua pergelangan tangannya ada gelang - gelang yang terpasang. Terasa gelang - gelang itu berat di tangannya. " Dan di jarimu, Ni !" Kembali pak Lurah berkata. Partini tersadar di kedua jari manisnya terpasang juga cicin. Kalung, gelang, dan cincin belum dilihat Partini. Karena semuanya masih di bawah selimut. Pak Lurah telah memakaikannya perhiasan itu sebelum Partini sempat tersadar." Bangun, Ni. Mandilah di kamar mandi itu " Kata pak Lurah sambil menunjuk pintu kamar mandi. Berkata begitu pak Lurah kemudian berdiri dan meninggalkan Partini sendirian di kamar.
     Slamet mengetuk pintu kamar dan langsung masuk. Slamet mendapati Partini telah rapi berpakaian. Slamet memperhatikan tubuh Partini. " Wah kalungnya besar banget, Ni. Waduh gelang - gelangnya juga besar. Walah cicinnya itu bagus banget, Ni !" Celoteh Slamet. Slamet sangat tahu perhiasan- perhiasan yang dikenakan Partini itu. Karena di toko emas dia-lah yang memilihkan. Dan pak Lurah telah mengeluarkan jutaan rupiah untuk itu. " Dan ini tas barumu, Ni. Tadi aku yang memilihkan di toko. Mudah - mudahan kau senang " Slamet mengulurkan tas ke tangan Partini. " Bukalah tas itu, Ni !" Partini membuka tas yang baru saja diberikan oleh Slamet. Partini melihat di dalam tas yang dipegangnya lembaran - lembaran uang ratusan ribu yang tak terhitung oleh mata. " Sudah ayo pulang !" Slamet menggandeng Partini keluar kamar.
     Seminggu setelah peristiwa di hotel itu, Slamet menemui Partini. " Ni, den Lurah ingin ketemu kamu. Nanti malam jam tujuh kamu kujemput. Den Lurah menunggu di rumahku " Kata Slamet yang tidak dijawab Partini. Partini hanya menatap mata Slamet. Dan tatapan Partini ini diterjemahkan oleh Slamet sebagai tatapan atas kebencian pada dirinya. Slamet merinding juga ditatap demikian. Tatapan yang mengandung arti menyalahkan. Tatapan yang dirasakan Slamet sebagai tatapan menyesalkan mengapa dirinya tega menjerumuskan Partini. Slamet menjadi kikuk. " Gimana, Ni ?" Tanya Slamet dengan suara parau karena perasaan yang tidak enak. Partini tidak menjawab hanya mengangguk sedikit sementara matanya tetap menatap Slamet dan menjadikan Slamet tak betah berlama - lama di hadapan Partini. " Ya gitu, Ni " Setelah bertakata begitu Slamet segera meninggalkan Partini dan mengayuh sepeda onthelnya kuat - kuat agar larinya kencang. Slamet ketakutan terhadap tatapan Partini.
      Partini menyesali dirinya. Ia telah tertipu. Lomba ratu luwes yang dijanjikan pak Lurah hanya bohong. Itu hanya akal bulus pak Lurah agar bisa membawanya ke kota dan memerawaninya di hotel. Rasa menyesal Partini membuatnya menjadi nekat. Ia tahu undangan pak Lurah di rumah Slamet tiada lain pasti hanya ingin menyetubuhinya. Partini akan nekat layani pak Lurah. Semua sudah kepanlang tanggung. Perawannya telah diambilnya. Dan kini pak Lurahnya itu akan mengulangi menyenggamainya. Partini siap. Partini nekat. Partini tak lagi memikirkan kemaluannya yang sebenarnya keperawanannya akan dipersembahkan untuk Darman yang dicintainya. Kini kemaluannya akan terus diberikan untuk kepuasan pak Lurahnya. Partini sudah tidak perduli lagi kepada Darman. Partini sudah tidak akan peduli lagi akan kehidupannya.
     Pak Lurah yang sejak sore sudah menunggu di rumah Slamet melihat Partini datang bersama Slamet, segera menjemputnya di depan Pintu. Pak Lurah sangat senang Partini mau datang. Berarti Partini tidak mempersoalkan kejadian di hotel itu. Dan Partini pasti tidak menyesalinya karena perhiasan dan uang yang telah diberikannya. Dan yang lebih penting Partini pasti akan mau disetubuhinya lagi. Pak Lurah segera menggandeng Partini dan dibawa  ke ruang tengah yang disana oleh Slamet telah dipersiapkan kasur dan sprei bersih. Pak Lurah menawarkan minum. Partini menyambutnya. Pak Lurah dan Partini duduk di ranjang sambil minum. " Kau cantik, Partini. Kau nati pasti menang di lomba ratu luwes " Pak Lurah membuka percakapan di sela - sela minum. " Saya sudah tidak tertarik lagi kok den, dengan lomba ratu luwes " Jawab Partini yang mengagetkan pak Lurah. " Lho nanti kalau menang hadiahnya besar lho, Ni " Kata pak Lurah lagi. " Lomba ratu luwes itu sebenarnya tidak ada kan, den ? " Tanya Partini yang semakin mengagetkan pak Lurah. Mengapa Partini tahu kalau ratu luwes itu hanya akal - akalannya. " Den Lurah sudah dapat perawan saya sekarang apalagi, den " Kata Partini yang didengarkan pak Lurah bagai bunyi petir yang menggelegar. " Den lurah jujur saja kalau den Lurah hanya ingin tubuhku kan, den ?" lanjutan kalimat Partini ini juga mengguntur di telinga pak Lurah. Pak Lurah terdiam sebentar menunduk dan kemudian menatap mata Partini. Yang ditatap membalas menatap. Slamet yang menyaksikan kejadian ini bingung. Mengapa Partini tiba - tiba berani. Mengapa Partini yang bodo itu tiba - tiba bisa mengucapkan kata - kata yang bisa menyudutkan pak Lurahnya. Dan Slamet melihat Partini berani sedemikianrupa menatap pak Lurahnya. Dan tatapannya penuh dengan arti sikap menantangnya. Mengapa Partini tiba - tiba bisa berubah jadi begini. Pak Lurah kemudian tersenyum, dan memegang tangan Partini. " Maafkan aku Partini. Aku mencintaimu. Aku menyukaimu. Dan apa yang akan kamu minta aku akan penuhi Partini " Kata Pak Lurah dan mencoba menarik tubuh Partini untuk dipeluk. Partini menurut. Partini kemudian dipeluk pak Lurah. " Apa yang kamu minta Partini ? Pasti aku penuhi " Bisik pak Lurah di telinga Partini. Partini tidak menjawab. Ia hanya mendongakkan wajah dan mulutnya menganga menantang untuk dikulum. Melihat wajah Partini yang cantik dengan mulut menganga pak Lurah tak tahan. Pak Lurah  yang tadi sempat kaget atas kata - katanya Partini, kembali menganggap Partini gadis cantik yang bodo, yang miskin, yang bisa dipermainkannya dengan sesuka hatinya. Melihat mulut Partini yang menganga  nafsu birahi pak Lurah tiba - tiba menggelora. Segera diciumnya bibir Partini. Lama sekali pak Lurah mengulum bibir Partini. Dan Partini yang sudah nekat membalas permainan lidah pak Lurah. Partini secara ngawur juga menjulurkan lidahnya. Apakah yang dilakukannya itu benar sebagai balasan ciuman atau tidak Partini tak peduli. Yang jelas pak Lurahnya telah menjulurkan lidahnya dan membuatnya mulutnya geli, maka dibalasnya mulut pak Lurah dijuluri lidahnya. Pak Lurah kaget Partini membalas ciumannya. kekagetannya hanya berlasung sedetik karena setalh itu justru pak Lurah sangat menikmati juluran lidah Partini di mulutnya. Pak Lurah merebahkan Partini sambil terus mencium. Tangan pak Lurah sudah meremas payudara Partini. berganti - ganti penthil Partini memperoleh remasan dahsyat dari tangan pak Lurah. Partini yang sengaja tidak berbeha menyebabkan tangan pak Lurah sangat leluasa di penthil Partini. Tangan pak Lurah meluncur ke bawah mengarah ke selangkangan Partini. Bukan main kagetnya pak Lurah. Di selangkangan Partini pak Lurah menemukan kemaluan Partini tidak ditutup celana dalam. Kekagetan pak Lurah ini juga hanya berlangsung sedetik. Malah pikiran pak Lurah menjadi sangat senang. Berarti Partini memang sudah mempersiapkan diri untuk disenggamainya. Tanpa ampun kemaluan Partini segera menjadi permainan jari pak Lurah. Pertini merasakan kemaluannya geli luar biasa. Partini menggelinjang. Partini menikmati jari pak Lurah. Rok Partini telah lepas. Partini telanjang di pelukan pak Lurah. Pak Lurah melepaskan pelukannya, dan bergegas melepaskan bajunya, celana panjangnya dan kemudian celana dalamnya. Partini terlentang dengan kaki kangkang siap ditiduri. Tongkat pak Lurah mencuat. Bergegas pak Lurah segera melebarkan kangkangan kaki Partini. Ditubruknya Partini dan dalam sekejab tongkatnya telah menancap jauh ke kedalaman kemaluan Partini. Partini hanya bisa mendesah. " Aaaaaauuugghhhhh..... den..... !" Partini merasakan kemaluannya tertusuk benada besar, hangat, dan sangat membuat nikmat. Partini jadi lupa akan kejahatan pak Lurah. Yang dirasakan hanya enak. Eanak sekali di kemaluannya. Mendengar desahan Partini pak Lurah menjadi semakin kesetanan. Tanpa ampun kemaluan Partini segera dikocok dengan tongkatnya. Pompaannya tak berima. Pompaannya di kemaluan Partini sangat keras dan cepat. Partini menggeliat - geliat. Dadanya diangkat - angkat. Dan mulutnya terus mendesah. ".....Aaaaauuughh... den....aaaaahhhhh.... !" Partini tak dapat membendung rasa di kemaluannya. Partini melepaskannya. Partini orgasme. Partini mengangkat - angkat kakinya dan dilingkarkan dipinggul pak Lurah. Dengan sigap pak Lurah menelungkupkan tubuh Partini. Partini yang tengkurap diangkat pantatnya oleh pak Lurah. Kemaluan Partini menjadi terbuka dan tanpa ampun kembali tongkat pak Lurah menancap di kemaluan Partini dan dengan keras pula dipompakan. Tubuh Partini bergoyang - goyang maju mundur dan membuat sprei semakin awut - awutan. Kedua paha Partini dicngkam pak Lurah dan terus tubuh Partini ditarik dan didorong, sehingga tongkat pak Lurah keluar masuk di kemaluan Partini. Yang diperlakukan begitu hanya bisa mengaduh dan menjerit tertahan kenikmatan. Partini kembali orgasme. Kemaluannya sangat basah, sehingga suara kecipak - kecipak kemaluan Partini bisa didengar Slamet yang berada di dapur yang juga sedang malakukan onani sambil mengintip. Puas dengan posisi menembak kemaluan dari belakang, pak Lurah kembali menelentangkan tubuh Partini. Sebelum kembali menancapkan tongkatnya pak Lurah sempat mengelap kemaluan Partini dengan sprei yang sudah sangat tidak beraturan. Yang dilap kemaluannya hanya bisa meringis - meringis geli. Tongkat kembali menancap. Karena lendir di kemaluan Partini hilang karena dilap, kemaluan Partini menjadi seret lagi. Pak Lurah merasakan sempitnya kemaluan Partini. Kemaluan yang sangat terasa menjepit. Kemaluan yang masih penuh berbagai rasa di kedalamannya. Pak Lurah merapatkan paha Partini. Dengan posisi berjongkok kemudian pak Lurah kembali memompa kemaluan Partini dengan keras. Partini yang disenggamai dengan posisi ini menjadi semakin kelabakan karena kemaluan menjadi semakin menjepit tongkat pak Lurah yang besar, keras dan sangat kaku karena viagra. Partini tak tahan. Kemaluannya merasakan enak yang luar biasa. Geli yang amat sangat. Semua sisi kemaluannya, mulai dari bibir kemaluannya sampai dengan kedalaman kemaluannya semua tersentuh dan tergosok tongkat pak Lurah. Dirasakannya di dalam kemaluannya sangat  meradang bagai mau pecah dan : " Deeeeeeeennnnnn ...... aaauugggghhhhh.. ..aaahhhhh..... !" Partini menggelinjang hebat. Partini lagi - lagi sampai ke puncak. Tubuh Partini kemudian lunglai. Pak Lurah tak peduli, tak  berhenti memompa. Pak Lurah juga ingin mencari nikmat yang semakin mulai memuncak di penisnya. Maninya telah menumpuk semakin menggelembungkan tongkatnya. Pak Lurah mengganti posisi. Tak lagi berjongkok tetapi tengkurap bertumpu pada kedua tangannya yang ada di samping kirin kanan tubuh Partini. Dan kakinya selunjur ke belakang. Dengan demikian pak Lurah menjadi bisa semakin keras menyodokkan tongkat di kemaluan Partini yang telah berulang orgasme dan basah, licin, tetapi menambah nikmatnya tongkat pak Lurah. Napas pak Lurah semakin memburu. Keringat semakin mengucur. Dan wajahnya semakin memerah menahan rasa nikmat. Nikmat menyenggamai kemaluan gadis belia. Kemaluan yang masih begitu rapat. " Partini ....." Pak Lurah menatap wajah Partini yang terus menggeleng ke kiri ke kanan karena menahan rasa kemaluannya yang enak tak terperikan. Sekilas Partini menatap wajah lelaki yang penuh nafsu yang sedang menyenggamai kemaluannya. Yang sedang menyodok - nyodokan tongkat di kemaluannya. " Ayo ....Ni.... sekali lagi .... Ni ....sama ....sama...Ni !" Berkata begitu pak Lurah semakin mempercepat sodokannya. Dan dengan sigap pak Lurah mengangkangkan kaki Partini dan memposisikan pinggulnya di antara paha Partini dan menancapkan habis tongkatnya di kemaluan Partini. Tangannya memeluk tubuh Partini sangat erat. " Ni....sekarang....sekarang ..Ni.....Partini ........N i i i i i i i i i i .....!" Pak Lurah semakin menancapkan tongkatnya yang sebenarnya sudah habis tertelan kemaluan Partini. Pak Lurah seakan ingin seluruh tubuhnya masuk di dalam kemaluan Partini dan merasakan kenikmatannya. Di saat yang bersamaan Partini merasakan kemaluannya bagai tidak muat lagi menelan tongkat pak Lurah yang berkedut - kedut dan rasa hangat serta keleler - keleler mani pak Lurah yang tertumpah di kemaluannya, membuat kemaluan Partini merasakan sensasi yang luar biasa. Geli yang tak tertahankan. Dan di saat itulah kedua tubuh yang sedang bertumpuk itu saling berkelonjotan dan menimbulkan derik keras ranjang bambu tempat mereka berada di puncak senggama. Bersamaan dengan itu pula Slamet menjerit nikmat. Kemaluannya yang ada di dalam buah ketimun memuntahkan maninya. Buah mentimun pecah karena sodokan tongkat Slamet yang menggelembung hebat.

                                                bersambung kebagian keduapuluh enam .......