Sabtu, 30 April 2011

Anggungan Perkutut

Anggungan Perkutut 

                                                                                                   edohaput 
Bagian ketiga 

      Perawat memberikan botol kecil kepada Darman. " Untuk apa botol ini, Bu ? " , tanya Darman. " Lha kamu tadi diperintah apa oleh polisi ? " , perawat malah balik bertanya. " Tidak diperintah apa - apa, Bu. Cuma saya dibawa keseni oleh polisi ". Darman bingung. Maklum orang desa. Darman tak punya pengalaman apa - apa tentang rumah sakit. Yang namanya rumah sakit ya baru kali ini Darman masuk. Penuh orang berbaju putih. Sibuk. Bau obat. Bau Karbol. Kereta dorong hilir mudik. Darman pusing. Mau muntah. Lebih memusingkan lagi botol kecil yang disodorkan perawat. Untuk apa. 
     Sehari sebelumnya Darman telah diberondong pertanyaan seputar hubungannya dengan Partini. Kadang Darman dibentak - bentak polisi. Kadang diancam. Darman sedih, dan hanya bisa menangis di dalam sel tahanan. Darman sadar bahwa ia di tahan karena diduga membunuh Partini. Darman betul - betul bingung. Mengapa polisi menduganya membunuh Partini. Mengapa cuma dirinya orang dari dusun yang dibawa polisi. Mengapa tak ada orang lain yang juga ikut diduga. Lalu kini di rumah sakit tiba - tiba botol kecil disodorkan tanpa penjelasa. 
     Darman masih melongo saja di depan perawat yang memberinnya botol. " Sudah sana cepat lakukan ! Dan segera bawa kemari !" , perawat setengah membentak Darman. " Saya harus lakukan apa, Bu. Saya benar - benar tidak tahu". Kali ini Darman tampak betul - betul bingung dan memelas. Perawat berdiri dari duduknya. Mendekati Darman. Dan membisikkan kata - kata yang sangat mengagetkan Darman. " Kamu ke kamar mandi di sebelah ini. Dan keluarkan manimu. masukkan sedikit di botol ini. Ngerti ? " , bisik perawat di telinga Darman. Karena kaget campur bingung Darman hanya bisa mengangguk. Karena juga tidak tahu mengapa harus mengeluarkan mani. Darman pun terlongo dan termangu. Dipandanginya botol di tangannya. Perasaannya gundah dan sedih. Apa - apaan ini semua. " Sudah sana ! Ngapain bengong saja !" , bentak perawat yang di dadanya ada papan nama yang bertuliskan DEWI. Dan tulisan itu sempat dibaca Darman. " Ya...ya..bu Dewi ". Darman tergagap dan segera menuju kamar mandi. 
      Setelah mengunci pintu kamar mandi Darman segera melepas celana. Diguyurkan air di punyanya. Kemudian mempermainkannya. Tak ada reaksi. Tak ada rasa geli. Semakin dipaksa malah semakin tak bisa. Sudah sepuluh menit. Darman gelisah. Keringatan. Apa - apaan ini. Untuk apa maniku. Mengapa harus aku. Pikiran yang berkecamuk  dan  bertumpuk di benaknya semakin membuat punyanya Darman mengecil. Dicobanya membayangkan punya Partini yang ia lihat merekah indah. Tetap juga tak berhasil. Darman putus asa.
     " Mana ? ", tanya perawat sambil melototi Darman. Darman meletakkan botol kosong di meja perawat. " Tak bisa, bu Dewi ", jawab Darman memelas. " Ini perintah polisi dik Darman. Jadi jangan main - main. Kamu bisa semakin kena masalah kalau kamu tidak bisa melaksanakan perintah ini ". Dewi menampakkan muka masam. Darman hanya bisa tertunduk sambil mengusap keringat di dahinya. " Kenapa tak bisa ? ", tanya Dewi pelan tapi garang. " Tak bisa hidup, bu Dewi ". Jawab Darman lirih tetap sambil menunduk. " Kenapa tak bisa hidup ? " , tanya Dewi lagi. Melihat wajah memelas Darman, dan keringat yang membasahi leher dan dahi Darman Dewi percaya kalau Darman benar tak bisa melakukannya. " Baik. Kantongi botol itu. Ikuti aku !" , perintah Dewi kepada Darman setengah berbisik. 
      Darman berjalan membututi Dewi. melewati lorong. kemudian turun tangga, belok ke kanan, dan sampailah di tempat yang sepi. " Masuk !", perintah Dewi setelah membukakan pintu kamar mandi di sana. Sangat jarang orang memakai kamar mandi itu karena letaknya bersebelahan dengan kamar mayat. Mereka berdua sudah berada di dalam kamar mandi. Dewi mengunci pintu. " Buka celanamu !". Darman melaksanakan perintah Dewi. Setelah celana terlepas Darman sandaran ke dinding kamar mandi. " Kamu belum pernah berhubungan dengan perempuan ?". Darman menggeleng. " Jujur ?" Darman mengangguk. " Jadi kamu masih perjaka ?" Darman mengangguk. Jiwa keibuan Dewi mulai mengalir di hatinya. Rasa iba dan kasihan terhadap Darman muncul. Dewi mendekati Darman. Kancing baju blusnya dibuka. Darman bisa melihat buah dada yang tidak besar tapi juga tidak kecil tertutup beha. Dewi juga memelorotkan celana dalamnya tanpa melepas rok bawahannya. Kemudian menempel rapatkan punggungnya ke tubuh Darman. " Lakukan sesukamu dik Darman, tapi jangan lama - lama ". Berkata begitu Dewi mengarahkan tangan kiri Darman ke pepeknya. Dan tangan kanan Darman ke buah dadanya. " Ciumi leherku dik Darman, ayo..." . Darman jadi tak ingat apa - apa lagi. Pikiranya terpusat di tangan yang mempermainkan pepek yang terus membasah dan buah dada yang sudah mulai ngendor. Tangan Dewi bergerak kebelakang meremas - remas punyanya Darman. Masing - masing jadi terlena. Hanya desahan dan geliatan yang ada di dalam kamar mandi itu. Sepuluh menit berlalu adegan berhenti. Dewi meminta botol yang dikantongi Darman. " Keluarkan sedikit manimu dik, jangan tumpahkan semua !", perintah Dewi. " Caranya bagaimana, bu Dewi ? " , tanya Darman. " Udah ayo aku kocok. Kalau dah mau keluar bilang ". Bisik dewi. Tangan kanan Dewi mengocok punya Darman, tangan kirinya memegangi botol. Dewi sangat paham bentuk penis yang segera akan mengeluarkan mani. Maka kocokannya di pelankan. Kedut - kedut di penis Darman menandai mani mau tumpah. Desahan - desahan Darman juga menandakan itu.  Dan meleleh lah cairan diujung penis Darman. Dengan sigap Dewi segera memasukkan cairan itu kedalam botol dan segera ditutupnya. " Tahan dik, jangan tumpahkan semua manimu " . Darman berusaha menahan tumpahnya mani. Darman merasakan nikmat luar biasa ketika menahan tumpahnya mani. Dengan sigap pula tangan Dewi mengambil air dingin dan segera diusapkan ke penisnya Darman. Begitu kena air dingin mani yang sudah siap nyemprot keluar melorot lagi ke dalam. Dewi segera mengambil posisi nungging. Kedua tangannya bertumpu di bibir kamar mandi, pantatnya disodorkan ke Darman. " Dah ayo masukkan ! pompa kuat - kuat dan semprotkan manimu kedalam pepekku !" perintah Dewi. Tanpa ragu - ragu Darman menempelkan ujung penisnya di bibir pepek Dewi. Dengan sekali tekan punyanya Darman habis ditelan pepeknya Dewi. Dewi mendesah. 
     Tak disangka tak dinyana Dewi menemukan yang sudah selama hampir dua tahun tak dirasakannya. Suaminya yang menderita diabet akut tak lagi bisa memenuhi nafsu biologisnya. Untuk memenuhi hasratnya selama ini dewi melakukannya sendiri. Saat siang mampir ke pasar membeli terung. Malamnya ketika anak - anak dan suaminya sudah terlelap Dewi membungkus terung dengan kondom. Dengan itu Dewi bisa pula orgasme berkali - kali. 
     Seiring maninya sudah diujung penis dan kedut - kedutannya serasa sudah tak bisa ditahan Darman memaju mundurkan tongkatnya di antara bibir kemaluan Dewi dengan cepat dan kuat. Rasa nikmat luar biasa dirasakan Darman. Baru pertama kalinya punyanya berada di dalam kelamin seorang perempuan. Semua rasa terkonsentrasi di penis. Napas Darman sangat memburu. Dewi yang dipompa kuat dan cepat juga tak luput merasakan nikmatnya kelamin laki - laki yang ereksi kokoh dan berkedut - kedut. Dewi mendesah. Darman mengerang. Mereka berdua orgasme. Darman menancapkan kuat - kuat tongkatnya kedalam pepek Dewi. Dan menyemprotkan mani. Pantat dewi bergerak - gerak merasakan punyanya Darman yang mentok menyudul - nyundul di dalam dan menyemprotkan cairan hangat. 
     Dari rumah sakit Darman dibawa polisi kembali ke tahanan. Polisi yang menunggui Darman tidak sama sekali curiga terhadap Darman yang cukup lama berurusan dengan perawat laborat. Darman masih teringat apa yang baru saja dilakukannya dengan bu Dewi. Bu Dewi yang setengah baya. Yang tak secantik Partini namun pepeknya masih terasa sempit. Pepek bu Dewi yang ditumbuhi rambut lebat dan berbibir tebal mengembang tak lepas - lepas dari pelupuk mata. Tak ayal dalam perjalanan pulang di mobil tahanan punyanya Darman menjadi kaku lagi. 
     Setelah tiga hari diotopsi oleh dokter forensik jenasah Partini diantar ke dusun untuk dimakamkan. Hasil otopsi diserahkan oleh tim dokter kepada polisi. Diketahui bahwa Partini sedang dalam keadaan hamil dua bulan. Tidak diketemukan unsur kekerasan phisik. Partini dinyatakan meninggal karena kram jantung. Dokter memperkirakan partini saat senggama mengalami orgasme hebat yang menyebabkan otot - otot jantungnya kram.  Sidik  jari juga sudah ditemukan di tubuh Partini. Tetapi itu sidik jari siapa masih menjadi tanda tanya besar. Yang masih juga menjadi tanda tanya adalah sperma siapa yang masuk di kemaluan Partini saat itu. Kalau itu sudah terdeteksi akan terkuaklah siapa yang patut disangka sebagai pembunuh Partini. 
     Rupanya Darman Masih akan terus ditahan oleh polisi. Darman masih terus diinterogasi. Darman bercerita jujur. Tanpa ada yang ditutup - tutupi. Pengalamannya bersama partini diceriterakan kepada polisi apa adanya. Polisi berusaha keras mengorek apa yang dialami Darman dengan Partini maupun apa yang diketahui Darman tentang partini. Polisi memperoleh banyak keterangan dari Darman seputar kegiatan  Partini sehari - hari. Siapa saja orang yang suka dengan Partini, siapa saja yang tidak menyukai Partini, dan hubungan Partini dengan warga dusun, semua diceriterakan dengan gamblang oleh Darman. 
     Diperoleh keterangan dari Dari Darman orang - orang yang patut dicurigai sebagai biang keladi meninggalnya Partini. Yang pertama Samidi. Pemuda dusun yang sudah cukup umur, belum berani kawin lantaran tidak mempunyai pekerjaan tetap. Yang kedua Mursinu pemuda anak orang kaya, sudah berwiraswasta sebegai pedagang cengkih. Ketiga pak Tuman duda kaya, dermawan, berpostur tubuh tinggi besar. Keempatnya Tiong keponakan babah Ong yang sering menginap di rumah Partini saat musim pengerjaan perajangan tembakau. Di dusun itu saat musim tembakau menjadi ajang pengerjaan perajangan dan pengolahan tembakau sampai  temuat di keranjang.  

                                                               bersambung kebagian keempat .....