Kamis, 26 Mei 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut

                                                                                                                        edohaput

Bagian kesepuluh

     Sangat seringnya majikannya membawa perempuan pulang ke rumah besar dan disetubuhinya, membuat mak Temi bersangka - sangka bahwa majikannya ini termasuk orang yang nafsu birahi besar. Dalam waktu satu minggu sedikitnya dua kali majikannya membawa perempuan ke rumah besar untuk disetubuhinya. Dalam melakukan persetubuhan majikannya sangat tahan. Paling singkat setengah jam. Bahkan semalam biasa dilakukan dua kali senggama. Tak jarang mak Temi pagi - pagi ketika majikannya dan teman perempuannya sudah bangun, mak Temi masih bisa menemukan cairan sperma yang menetes di sofa. Dan sperma itu pasti sudah lebih dulu tumpah di kemaluan si perempuan kemudian baru menetes dari lubang kemaluan perempuannya di sofa. Mak Temi heran kadang ditemukannya tumpahan sperma itu begitu banyak. Mak Temi bersangka - sangka apakah orang keturunan India spermanya banyak. Sangkaannya dijawab sendiri. Orang tunggi besar, kelelakiannya besarnya kelewat ukuran. Yang diketahui mak Temi ukuran punya orang Indonesia biasa - biasa saja. Tetapi milik majikannya ini luar biasa. Besar, berurat, dan panjang. Ya lumrah kalau spermanya banyak. Mak Temi juga bersangka - sangka, besuk kalau majikannya ini yang oleh mak Temi disebut Tuan Muda nikah, isterinya pasti sangat dipuaskan.
     Majikannya yang oleh mak Temi dipanggil Tuan Muda ini berusia dua puluh delapan tahun. Dia bekerja sebagai direktur di perusahaan ayahnya Tuan Shing. Satu - satunya anak laki - laki Tuan Shing ini ya Tuan Muda ini. Ia dimanjakan. Apa keinginannya tak pernah ada yang ditangguhkan. Mak Temi sebenarnya belum lama di perkerjakan di rumah besar itu. Dulu yang diperkerjakan di rumah besar itu pe er te asal India. Tidak tahu mengapa mak Temi diminta menggantikannya. Mak Temi juga meresa beruntung diperkerjakan di rumah besar itu. Selain pekerjaan ringan, sering dapat ringgit dari para perempuan yang dibawa kesana oleh Tuan Mudanya, dan juga sangat sering pula mendapat ringgit dari Tuan Mudanya itu, yang gaya hidupnya amat royal. Makanan tak ada yang tak mewah dan tak enak. Maka tak heran kalau badan mak Temi jadi padat berisi. Mak Temi jarang keluar rumah. Yang namanya sebulan tubuhnya tersentuh matahari  belum tentu sepuluh kali. Maka kulit mak Temi menjadi putih agak pucat. Perlengkapan mandi mak Temi mengikuti majikannya. Apa yang dipakai majikannya dipakai juga oleh mak Temi, karena yang kemarin dibeli belum juga habis sudah membeli lagi. Sisa - sisanya untuk mak Temi. Maka tak ayal kalau tubuh mak Temi jadi bersih.
     Satu malam tuan mudanya datang ke rumah besar tidak bersama seorang perempuan. Tidak seperti biasanya malam itu tuan mudanya langsung masuk ke kamarnya, tidak di ruang tengah yang ada sofa - sofa dan teve kelewat lebar  itu. Sebentar kemudian keluar kamar dan memanggil Mak Temi. Mak temi tergopoh - gopoh mendekat ke sumber suara yang memanggilnya. " Tua Muda Rajiv memanggil saya ?", tanya mak Temi membungkuk - bungkuk hormat. " Ya Temi, badan awak rasa tak enak. Kau pijit badan awak, Temi ", kata Tuan Rajiv di depan pintu kamar. " Awak tak biasa pijit badan orang, Tuan ", jawab mak temi takut - takut. " Alaaa...sudah jangan suka alasan banyak kau, Temi. Nanti awak kasih kau ringgit, Temi. Sudahlah kau cuci tangan kau, terus kesini. Jangan lama - lama ". Tuan Muda Rajiv menutup pintu kamar dari dalam. Mak Temi tak bisa menolak. Bisa - bisa dipecat jika berani menolak permintaan tuannya. Mak Temi takut kena marah. Mak Temi takut dipecat. Mak Temi ke kamar mandi. Sampai di kamar mandi mak Temi segera melepasi pakaiannya dan cepat - cepat mandi. Ia takut badannya bau tak sedap tercium tuan mudanya. Selesai mandi mak Temi ganti baju. Dipakainya baju daster panjang tipis bersih dan bergegas ke kamar Tuan Rajiv. Sampai di depan pintu kamar mak Temi ragu. Ada menjalar perasaan takut. Pikirannya bertanya - tanya. Benarkah tuan mudanya hanya akan minta dipijit ? Benarkah tuan mudanya capai karena seharian di kantor ? Jangan - jangan ini akal bulus tuan mudanya. Tuan mudanya sangat doyan bersenggama jangan - jangan ini jebakan tuan mudanya yang mempunyai niat menyetubuhinya. Bagaimana cara melawan tuan mudanya kalau sangkaannya benar. Mampukah mengelak ? Di rumah besar ini hanya dia dan tuan mudanya. Mak Temi jadi mengurungkan niatnya mengetuk pintu kamar. Ia jadi merinding dan jantungnya berdegup. Belum selesai mak Temi bersangka - sangka , dari dalam kamar tuanya bereteriak : " Temiiiii !". Mak Temi ahkirnya mengetuk pintu kamar. " Masuk !" Suara Tuan Rajiv dari dalam kamar. Mak Temi  membuka pintu. Tuan mudanya tiduran tertelungkup di ranjang besar dan mewah mengenakan kimono. Mak Temi bisa melihat kaki tuan mudanya yang besar dan ditumbuhi bulu - bulu yang melebat. " Naiklah ke ranjang, Temi. Ayo segera pijiti awak !". Berkata begitu Rajiv tetap tak merubah posisi tidurannya yang tengkurap. Mak Temi takut - takut naik ke ranjang. Belum pernah seumur hidupnya mak Temi merasakan empuk dan mentulnya ranjang semewah itu. Ranjang ini pasti sangat mahal harganya. Tanah dan rumahnya di dusun dijual pun belum tentu seharga dengan ranjang ini., pikirnya. Spreinya, selimutnya, kelambunya semuanya halus dan mewah.
     Mak Temi naik di ranjang bersimpuh dan mulai memijit. Jari - jarinya ditekankan kuat - kuat di kaki Rajiv. Rajiv mengaduh. " Jangan kau tekan kencang - kencang, Temi. Sedikit - sedikit saja ", kata tuan Rajiv sambil tangannya menggapai - gapai dan singgah di paha mak Temi. Mak Temi mengurangi tekanan pijitannya. " Nah gitulah, Temi. Rasa enak sekarang ", kata Rajiv sambil menepuk - nepuk paha mak Temi. Tangan Rajiv tetap di atas paha mak Temi. Mak Temi tak berani menyingkirkannya. Mak Temi terus memijit berganti ganti kaki tuannya dipijit. Yang kanan yang kiri. Setiap ketemu bagian yang terasa geli dan agak sakit , Rajiv mengaduh dan tangannya  yang ada di atas paha mak Temi menekan - nekan paha mak Temi dan mencengkeramamnya. Mak Temi jadi bergerak - gerak agak menjauh, tetapi tangan Rajiv mengejarnya. Pijitan mak Temi mulai naik ke punggung. Mak Temi jadi tidak bisa lagi duduk bersimpuh tapi setengah berdiri lututnya sebagai tumpuan. Tangan Rajiv ahkirnya jatuh ke kasur. Dan ketika pijitan mak Temi rada keras di pantat,  tangan Rajiv jadi bisa  mencari alasan  masuk ke daster mak Temi dan mencengkeram lembut paha mak Temi. Sekali lagi mak Temi tak berani menolak. Ia membiarkan tangan tuannya memegangi pahanya. Mencengkeram - mencengkeramnya dan malah berani nekat mengelus - elusnya. Tangan tuanya bergerak naik ke selangkangannya. " Jangan tuan ..... jangan ....geli ...." , kata mak Temi yang tidak didengarkan Rajiv. Mak Temi tahu tuannya tak mengenakan celana dalam ketika pijitannya sampai ke pantat . Selesai pijitan di punggungnya Rajiv membailikkan posisi tengkurapnya menjadi terlentang. Betapa kagetnya mak Temi,  kelelakian tuanya mencuat dari celah baju kimononya. Besar, panjang, berurat dan ujungnya agak kecil tapi kepangkal semakin membasar. " Dada awak dipijit, Temi." , kata Rajiv sambil terus tangannya tak lepas dari paha mak Temi. Mak Temi terus memijit bagian dada Rajiv. Rajiv minta tangan mak Temi terus turun ke perut. Sambil memijit mak Temi sesekali melirik kelelakian Rajiv yang mencuat dan kadang - kadang bergerak. Kini mak Temi yakin kalau tuan mudanya menginginkan tubuhnya. Tuan mudanya sudah tanpa malu - malu lagi mengelus - elus pahanya. Menampakkan kelelakiannya. Mak Temi  tinggal menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan ia bakal tak bisa menolak. Tangan Rajiv semakin berani. Terus bergerak dan sudah sampai pada mengelus - elus kemaluan mak Temi. Bahkan jari - jarinya sudah semakin nakal menyibak - nyibakkan celana dalam mak Temi. Tak ayal mak Temi pun jadi terangsang. Pijitan tangannya di tubuh Rajiv tak lagi menekan karena mak Temi malah terlena oleh rasa kemaluannya yang mulai enak disentuh - sentuh tuan Rajiv. Ketika tangan mak Temi sampai ke perut Rajiv. Rajiv mulai semakin nekat. Pantatnya dinaik - naikkan agar kelelakiannya tersentuh tangan mak Temi. Ketika jari Rajiv telah menelusup di celana dalam mak Temi dan disana sudah bermain, ia minta mak Temi memegang kelelakiannya. Mak Temi ragu. Ma Temi takut. Dan tangannya tetap saja berputar - putar di perut Rajiv. Rajiv kemudian menyodokkan jarinya semakin dalam di kemaluan mak Temi dan meremas bibir kemaluan mak Temi dengan agak keras. Mak Temi berjingkat. Mak Temi tanggap juga kalau remasan itu sebagai tanda perintah agar ia segera memegang kelelakian Rajiv. Mak Temi dengan pelahan memegang kelelakian Rajiv. Rajiv menggeliat keenakan dan merangkul tubuh mak Temi. Mak Temi ambruk di dada Rajiv dengan tetap kemaluannya ditusuk jarinya Rajiv. Mak Temi menjadi hilang rasa takutnya. Tuan mudanya tak lagi - lagi perlu disopan - santuni. Tuan mudanya telah mengobok - obok kemaluannya. Di hati mak Temi menjadi tak ada lagi majikan dan pembantu. Yang ada sekarang Temi yang terangsang dan Rajiv yang bernafsu.
     Ditilik dari segi usia Tuan Rajiv sebenarnya lebih tua dari mak Temi. Rajiv berumur dua puluh delapan tahun. Mak Temi kawin dengan pak Sukirban dalam usia delapan belas tahun. Maklum gadis dusun muda - muda mesti sudah dikawinkan. Dua tahun kemudian mempunyai anak laki - laki. Anak laki - lakinya berumur lima tahun ia berangkat ke Malaysia menjadi te ka we sebagai pe er te. Di Malaysia dua tahun sebagai pe er te mak Temi tidak lama kemudian di tempatkan di rumah besar Tuan Shing. Dan bertemu selalu dengan Tuan Rajiv. Jadi pada waktu itu mak Temi baru berusia dua puluh tujuh tahun dan Rajiv berusia dua puluh delapan tahun. Usia laki - laki mau pun usia perempuan pada saat - saat kuat - kuatnya dan ingin - inginnya  selalu melakukan persetubuhan.
     Tangan Temi menggenggam kuat kelelakian Rajiv. Sebentar kemudian dikendorkan. Sebentar kemudian  lagi dikuatkan, lalu telapak tangannya digerakkan dari atas sampai ke pangkal kelelakian Rajiv.dan bergerak  pula kebalikkannya.  Rajiv melenguh. Merasakan telapak tangan Temi. Setiap kali Rajiv melenguh jarinya menjadi semakin masuk ke dalam kemaulan Temi. Temi menggelinjang. Buah dadanya yang masih tertutup daster bergesekan dengan dada Rajiv. Tangan kanan Rajiv terus bermain di selangkang Temi semetara tangan kirinya berusaha melepas daster Temi dan berhasil. Temi tinggal mengenakan celana dalam. Dengan satu tangan kirinya rajin berhasil menarik tubuh Temi ke atas tubuhnya. Tangan Temi yang memegang kelelakian Rajiv terlepas. Begitu juga tangan kanan Rajiv yang tadi di selangkangan Temi kini berpindah ke pantat Temi setelah berhasil memelorotkan celana dalam Temi. Temi telanjang di atas tubuh Rajiv. Buah penthilnya menempel di dada Rajiv yang berbulu lebat. Sangat geli dirasakan Temi sampai seluruh kulitnya merinding. Tubuh Rajiv berguling. Temi berganti di bawah Rajiv. Sebentar tubuh Temi tertindih tubuh Rajiv. Rajiv mengangkat sedikit tubuhnya dan tangan kirinya diselipkan di bawah punggung Temi dan sedikit tubuh Temi diangkat. Sehingga Temi agak mendongak dan reflek mulutnya sedikit terbuka. Melihat bibir Temi terbuka Rajiv langsung mengulumnya. Lidah masuk dan menyodok - nyodok seluruh kedalaman mulut Temi. Temi yang belum pernah merasakan ciuman yang demikian tak tahu harus bagaimana. Cuma yang dirasakan ada rasa geli yang dirasakan sampai di kemaluannya. Sekilas Temi bingung. Yang dicium dan diobok - obok mulutnya dengan lidah kok kemaluannya ikut - ikutan merasakan gelinya. Merasakan kegelian dimulutnya saja sudah tak karuan, masih ditambah penthilnya diremas - remas Rajiv dengan tangan kanannya. Temi hanya bisa megap - megap karena susah bernapas karena ciuman buas, dan di bagian dadanya gelinya tak tertahankan kerana penthilnya diremas - remas, tak ada gerakkan lain bagi dirinya keculali mengelinjang dan berkelenjotan. Belum lagi yang dirasakan pahanya. Disana ada benda kaku, besar, hangat  menempel dan menggosok - gosok pahanya. Berhenti mencium bibir Temi mulut Rajiv dengan buasnya melorot ke bawah menghisap - hisap kedua puting penthil Temi. Edan geli sekali ! Edan nikmat sekali ! Edan enak sekali ! hanya itu yang bisa terlintas di pikiran Temi. Temi merontak kenikmatan. Wal hasil tak sengaja selangkangannya membuka. Patat Rajiv  berailih dari menindih paha kini jadi berada diantara paha Temi. Kelelakian Rajiv yang sudah sangat kaku, dan dirasakan oleh Rajiv sangat pegal, secara tak sengaja ujungnya menyentuh - nyentuh bibir kemaluan Temi yang membasah. Setiap kali bibir kemaluannya tersentuh oleh ujung kelelakian Rajiv Temi mendesah. Temi sudah tak tahan kemaluannya sudah sangat ingin dimasuki benda yang kaku,  besar, panjang, berurat dan hangat milik Rajiv. Rajiv tahu yag dirasakan Temi, maka dia malah mempermainkannya. Disentuh - sentuhkan ujung tongkatnya di kemaluan Temi. Setiap ujung tongkat Rajiv menyentuh ,Temi mengangkat - angkat pantat dan melebarkan kangkangannya sambil mendesah desah. Desahan memohon untuk segera dimasuki. Maklum sudah dua tahun Temi tak disetubuhi. Yang dirasakan Temi hanya kemaluannya pegal, geli, gatal, dan basah. Ada rasa di dalam kemaluannya meradang ingin rasanya segera digosok - gosok. Temi selintas membayangkan tongkat Rajiv yang begitu. Betapa dahsyatnya. Rajiv terus bermain penthil, dari penthil ke leher, dari leher mulut kembali ke bibir Temi yang terus mendesah. ah ...uh...ah. Rajiv menemukan wanita yang benar - benar membuatnya bernafsu. Tidak seperti wanita - wanita berpengalaman yang sering dibawanya. Temi wanita lugu tapi sangat membangkitkan nafsu. Rajiv lama - lama tak kuat menahan birahinya. Temi yang kangkangannya semakin saja melebar membuat Rajiv dengan mudah meyodokkan kelelakiannya ke kemaluan Temi yang membasah. Kemaluam yang dua tahun tak disenggamai. Dirasakan Rajiv liangnya sangat sempit. Pelahan Rajiv menekankan pantatnya maju. Temi terbeliak matanya menatap Rajiv. Rajiv terus mendorong. Temi Mendesah menggelinjang. Gelinjangan Temi membuat tongkat Rajiv agak terkilir. Rajiv merasakan nikmat dan terus mendorong kelelakiannya dan amblas masuk semua. Saat itu Temi hanya bisa memejamkan mata dan . Aaaaahhhhhhhggggg !...... Rajiv membiarkan tongkatnya di dikedalaman kemaluan Temi. Ia menikmati kedalaman kemaluan Temi. Ada yang berkedut - kedut, ada yang merinding halus. Ada yang seperti menjilati. ada yang hangat - hangat. Ada yang seperti memelintitr  - melintir. Yang seperti itu akan lebih terasa jika Temi tak tahan dan menggeliatkan pantatnya. Sekarang Rajiv bersiap memompa. Kedua tangannya memeluk tubuh Temi. Mulutnya persis di penthilnya Temi. Kakinya tidak lurus dan  sedikit membengkok dan lututnya bertumpu. Sehingga nanti genjotannya kuat dan tongkat bisa melesak masuk ke dalam kemaluan setiap kali pompaan turun. Setelah posisi terbenahi dan siap Rajiv memberi aba - aba kepada Temi : " Temi .... siap ya.....kita bercinta.....ya ....Temi....". Berkata begitu Rajiv mulai memompa. Pantatnya maju mundur. Merasakan tongkat Rajiv mulai bergerak di kemaluannya kaki Temi mengejang, karena menjalarnya  rasa nikmat dari kemaluannya ke seluruh bagian tubuhnya tak terbendung. " Oh....tuan......tuan....tuan....Rajiv....aahhh....tuan !" Temi mendakap tubuh Rajiv kuat - kuat. Semakin lama genjotan Rajiv semakin cepat dan penthil Temi tak luput diserangnya. Temi tak tahan : " tuuu....ahhhhh....tuuuuaaaannnnnnnnn ! Temi orgasme. Temi berkelenjotan tak karuan,  sprei di bagian kaki Temi jadi awut - awutan oleh ulah kaki Temi yang tak berhenti bergerak. Kemaluan Temi tiba - tiba basah sekali. Rajiv mencabut tongkatnya dari kemaluan Temi. Ujung bawah kimononya dilapkan di kemaluan Temi. Kembali tongkat melesak masuk. Terasa sempit. Digenjot cepat. Temi menggelinjang bagai cacing kepanasan. " Oh....tuuuuu.....tuuaaaaaan.....aaaaahhhhh.....lagi......ah.....tuuuuaaaaaaan !" Kaki Temi diangkat melingkar di pinggul Rajiv. Rajiv menjadi tidak leluasa memompa. Rajiv menurunkan kaki temi dan mencopot lagi tongkat dari kemaluan Temi yang kembali sangat basah. Dengan kimononya lagi Rajiv mengusap kemaluan Temi yang merekah merah dan bibir kemaluannya menjadi semakin tebal karena gosokan tongkat Rajiv. Rajiv membalikkan tubuh Temi. Kini Temi tengkurap. Dengan kedua tangannya rajiv sedikit mengangkat pantat Temi. Kaki Temi sedikit di kangkangkan dan tongkat Rajiv sudah tertempel di kemaluan Temi. Rajiv memasukkan tongkat dan memompanya kuat - kuat dan cepat. Rasa nikmat yang tak tertahankan dirasakan Temi. Kepala Temi hanya bisa menggeleng ke kiri kenan dengan cepat dan kadang - kadang mendongak. Tangan kuat - kuat menggenggam bantal dan guling yang ditemukan. Mulutnya menggigit kuat kain sprei. Dirasakan geli luar biasa. Nikmat luar biasa. Pompaan Rajiv bagai larinya kuda liar semakin cepat dan semakin kuat. Rajiv kini merasakan di tongkatmya ada yang mau meledak. Ujung kelelakiannya serasa mengembang mau pecah. Rajiv tak tahan : Temi......Temi.......ayo.....Temi....Tem ....Temiiiiiiiiiiiiiii .....!", Rajiv mendekap tubuh Temi sangat kuat dan menekankan tongkat ke bagian yang paling dalam di kemaluan Temi dan menyentuh sesuatu yang membuat nikmat luar biasa. Kaki Rajiv mengejang kuat. Kepala dibenamkan di pungung Temi. Tangan mendekap Temi kuat - kuat. Semetara itu Temi merasakan kemaluannya menyesak bagai kemasukan benda yang sangat besar. Rasanya kemaluannya tak kuasa menampung benda besar yang luar biasa menikmatkan ini. Temi tak tahan. Didalam kemaluannya terasa dialiri cairan kenthal hangat meleleh memenuhi sentero bagaian dalam kemaluannya, terutama bagian yang terdalam seolah - olah disemprot - semprot cairan kenthal hangat. Temi mendongak mengakat kepalanya sedikit mengangkat punggungnya dan memundurkan pantatnya sehingga tongkat Rajiv sangat dalam masuk dikemaluan dan Temi merasakan ada dibagian paling dalam di kemaluannya yang tersundul dan tertekan dan tak terbayangkan rasanya . : Oh... tuan .....tuuuuuuuuuaaaaaaaaaannn !" Temi orgasme berbarengan dengan keluarnya mani Rajiv yang masih tersisa. Keduanya berkelenjotan dan ahkirnya lunglai terhempas. Suasana jadi sepi dan mereka tertidur dalam kepuasan yang tak terhingga.

                                                              bersambung kebagian kesebelas ......