Sabtu, 28 Mei 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                           edohaput

Bagian kesebelas
     Sukirban yang sudah dua tahun ditinggal Temi bekerja sebagai te ka we  pe er te di Malaysia tak banyak menemui masalah di rumah. Kehidupan sehari - harinya sebagai buruh tani dijalani dengan gembira. Anak laki - lakinya yang bernama Gadung yang masih berumur lima tahun tak banyak merepotkan dirinya. Walaupun tidak ada ibunya, anaknya tak banyak merengek dan tak banyak rewel. Uang kiriman dari Temi isterinya dimanfaatkan untuk memperbaiki rumah. Bahkan boleh dibilang Sukirban membuat rumah baru dengan uang hasil kiriman Temi. Setiap kali Temi mengirim pulang uang jumlahnya jutaan rupiah . Setiap tiga bulan sekali Sukirban ke kota mengambil uang kiriman. Baru dua tahun di Malaysia peningkatan kesejahteraan keluarga Sukirban begitu berubah. Warga pada bertanya - tanya berapa sih gaji pe er te di Malaysia ? Apalagi ahkir - ahkir ini uang yang dikirim pulang semakin bertambah banyak. Hal ini  menyebabkan banyak warga yang kepingin menjadi pe er te di Malaysia. Termasuk Turiyah adik kandung Temi. Keinginannya untuk menyusul kakaknya ke Malaysia menjadi tak terbendung. Ia juga berkeinginan punya banyak uang dan merubah nasib. Dari sejak kecil sampai umur mendekati dua puluh enam tahun begitu - begitu terus. Membeli baju saja susah. Apalagi emas perhiasan. Upah bekerja di sawah tak cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Maka Turinah sudah membulatkan tekat dan bahkan sudah berusaha mencari biaya untuk bisa pergi ke Malaysia. Turiyah termasuk perawan tua. Banyak pemuda ingin menikahi, tapi Turiyah ogah - ogahan. gadis - gadis dusun yang kawin muda hidupnya pada sengsara. Dibebani anak, harus bekerja, dan tak bisa menikmati hidup. Maka sampai mendekati umur dua puluh enam tahun Turinah masih tetap perawan.
     Satu malam di rumah Sukirban. Turiyah sudah berhasil menina bobokkan keponakannya, si Gadung ,anak mbakyunya, Temi. Setiap hari menjelang malam ya Turiyah lah yang selalu menemani Gadung. " Aku ini heran lho, kang ? Kang Kirban ini ditinggal mbakyu sudah dua tahun kok tenang saja. Kok kuat - kuatnya ta, kang ?", kata Turiyah sambil menyodorkan gelas teh di hadapan Sukirban yang duduk di lantai beralaskan tikar pandan yang dirangkap - rangkap agar tidak dingin. Yang diajak bicara diam saja tak bereaksi. Malah agak melengos dan tetap menikmati asap rokoknya yang mengepul tebal. " Dak kangen sama yu Temi pa, kang ?, kata Turiyah sambil ikut duduk di tikar. Karena memang tikar sempit maka duduknya Turiyah menjadi dekat dengan Sukirban. " Lha ya kangen ta, Yah. Tapi terus piye nyusul ke Malaysia, gitu ?", jawab Sukirban rada ketus tanpa melihat Turiyah yang tersenyum atas jawabannya. " Cuma heranku kang Kirban kok tahan ya ?", kata Turiyah lagi. " Tahan apa ? Tahan tidur sendiri ?", jawan Sukirban lagi - lagi dengan nada ketus dan seperti bertanya kepada Turiyah. " Lha ya itu kang yang saya maksud ", jawab Turiyah sambil melebarkan senyumannya dan sedikit bersuara. " Lha wong isteri tidak ada yang mau apa. Apa aku harus tidur sama  wedhus ", kata Sukirban semakin ketus dan tetap tidak mau menoleh ke adik iparnya. Turiyah dengan tetap tersenyum memandangi kakak iparnya yang kelihatan sangat menikmati asap rokoknya. Di dalam hati Turiyah merasa kasihan juga kepada Sukirban. Sudah dua tahun lebih ditinggal isterinya bekerja di Malaysia. Turiyah tahu bahwa tidak mungkin seorang lelaki mampu menahan birahinya selama dua tahun. Lalu apa ya yang dilakukan kang Kirban kalau sedang kepingin ? Pikir Turiyah. " Kalau kang Kirban sedang ingat yu Temi dan kangen sama yu Temi lalu apa yang dilakukan kang Kirban, kang ? ", tanya Turiyah yang membuat sukirban mengerinyitkan dahinya dan dengan terpaksa menoleh memandang Turiyah. Yang dipandang tersenyum lebar. Menampakkan sebaris gigi atasnya yang putih karena habis disikat dengan odhol. " Pertanyaanmu malam ini kok aneh - aneh ta, Yah ?", jawab Sukirban dengan balik bertanya. " Pertanyaan gitu saja kok aneh ta, kang. Ya apa dak boleh aku tanya gitu. Ya sudah kalau dak boleh aku tak diam saja ". Berkata begitu Turiyah menutup senyumannya dan merubahnya dengan cemberut. Melihat Turiyah cemberut dalam hati Sukirban tertawa juga. Cantik juga Turiyah ini. Wajahnya sangat mirip Temi. Cuma agak berbeda pada hidungnya. Hidung Temi lebih mancung. Kalau punya Turiyah rada pesek. Tapi tahi lalat di dekat bibir Turiyah bagian bawah membuat Turiyah tampak lebih manis dari pada Temi isterinya. " Ya boleh saja kamu tanya - tanya begitu, tapi ya apa aku harus terus terang menjawab pertanyaanmu itu ", kata Sukirban sambil memandangi wajah Turiyah yang menunduk, cemberut dan mecucu. Merasa diperhatikan Turiyah pura - pura semakin cemberut. " Kamu mau dengar kalau aku menjawab yang sebenarnya aku lakukan jika aku sedang kangen sama mbakyumu ?", tanya Sukirban sambil terus memandangi Turiyah. " Mau ....mau.....mau...kang... !" Turiyah mendongakkan wajahnya dan kembali ceria. " Apa yang dilakukan, kang. Apa ? Apa kang ?" . Tiba - tiba Turiyah ngeyel. " Dasar cah edan, kayak gitu kok ditanyakan ", jawab Sukirban sambil memelototi Turiyah dan membuang abu rokok di asbak. " Ayo ta, kang. Cuma njawab gitu kok susah !", rengek Turiyah manja sambil terus tertawa. " Onani tau........!" , jawab Sukirban sambil mendekatkan wajahnya di wajah Turiyah dan menyemprotkan asap rokok di wajah Turiyah. Yang disemprot asap rokok jadi terbatuk - batuk dan tanganya dikibas - kibaskan di depan wajahnya. Setelah batuk - batuknya reda kembali Turiyah bertanya : " Onani itu apa ta, kang ?" Sukirban jadi gelagapan atas pertanyaan Turiyah ini. Mungkin benar Turiyah belum pernah tahu istilah onani. Maklum gadis dusun yang tak banyak memperoleh pengalaman pendidikan seksual. Turiyah ini memang benar - benar tidak tahu apa itu onani. Pikir Sukirban. Tapi terus kalimat apa yang tepat untuk menjelaskannya pada Turinah. Ahkirnya dengan nada jengkel Sukirban menyelaskan : " Onani itu ngocok ini, Nah ". Sambil Sikirban menunjuk yang ada di dalam sarungnya. " Ngocok sampai enak dan keluar maninya ... tau ....!". Habis mengucap kalimat itu Sukirban bangkit dari duduk dan mau meninggalkan Turiyah. Belum sempat berdiri  tegak, dengan cekatan tangan Turiyah sudah memegangi tangan Sukirban dan menariknya. Sukirban yang tidak siap ditarik ahkirnya jatuh dan tubuhnya menindih tubuh Turiyah. Dan hidung Sukirban sempat nempel di pipi Turiyah. Puntung rokok yang masih dipegang Sukirban jatuh di daster Turiyah. Bara apinya menyebar di daster Turiyah. Dengan cekatan  tangan Sukirban segera menyapu - nyapu bara api di daster Turiyah bagian depan. Pada saat menyapu - nyapu itulah tangan Sukirban tak sengaja mengenai buah dada Turiyah yang tak pakai kutang. Tangannya ke perut, ke pinggul, bahkan tangan Sukirban sempat pula menyentuh yang ada di selangkangan Turiyah. Turiyah hanya tertawa melihat kelakuan Sukirban. Sesaat kemudian Sukirban kembali duduk. " Gitu saja kok marah ta kang .....kang.....", Turiyah meledek. " Sudah ini minumanya di minum. Nanti keburu dingin. Untung tadi tak tersenggol kang Kirban. Kalau tersenggol kan tumpah. Aku lah yang repot buat lagi " ,  Kata Turiyah sambil mengulurkan gelas kepada  Sukirban. Sukirban minum dan menyulut rokok lagi. " Kok merokok terus ta, kang. Mbok sudah !", kata Turiyah sambil mau merebut rokok di tangan Sukirban. Sukirban berkelit dan menyulut rokok. Turiyah yang sejak tadi duduknya bersimpuh menselonjorkan kedua kakinya. Karena tikar memang sempit maka kedua kaki Turiyah persis berada di depan Sukirban dan bersinggungan dengan kaki Sukirban. " Tadi waktu aku mandi di pancuran kakiku digigit lintah lho, kang .....ini ..... " . Kata Turiyah sambil menarik dasternya ke atas sampai ke pangkal paha. " Ini kang bekasnya gigitan lintah " , Turiyah mengelus - elus pahanya yang disana ada bekas gigitan lintah. Sukirban tak mau melihat, kemudian hanya muncul kata - katanya : " Oooo .....makanya lain kali hati - hati. Lihat - lihat ada lintah dak ". Sukirban tak mau memperhatikan dan tetap merokok. Pandangannya pada foto Temi yang menggantung di dinding. " Ni.....lihat ta, kang. Dikasih tahu kok begitu ". Kata Turiyah sambil dongkol. Ahkirnya Sukirban melirik juga. Paha yang tidak putih tapi bersih. Sukirban mencoba tidak lagi melirik tapi melihat. " Ni....kang....pegang....kang... grenjel...benjol ta, kang bekas gigitannya ?" Berkata begitu sambil tangan Turiyah menggamit tangan Sukirban dan menempelkan di pahanya. Sukirban sebentar mengelus - elus bekas luka gigitan lintah yang membenjol kecil. Yang dielus - elus menggeliat. Karena ada rasa geli terhadap elusan tangan Sukirban, kaki Turiyah jadi agak nekuk ke atas. Pada saat kaki Turiyah di tekuk itulah sehingga daster tersingkap sampai ke perut, mata Sukirban terbeliak karena mendapatkan pemandangan yang aduhai. Ternyata Turiyah tidak memakai celana dalam. Melihat seperti itu Sukirban segera menarik tangannya dari paha Turiyah. Sementara itu Turiyah membiarkan dasternya tetap terbuka dan malah selangkangannya sedikit dibuka sambil mengelus - elus sendiri bekas gigitan lintah di pahanya. Sukirban jadi semakin jelas melihat apa yang ada di selangkangan Turiyah. Kemaluan yang persis milik Temi. Cuma sedikit berbeda dengan milik Temi. Rupa - rupanya milik Turiyah lebih ditumbuhi banyak rambut. Sukirban menelan ludah. Pikirannya melayang ke Temi yang jauh di Malaysia. Sedang apa Temi disana. Apakah Temi juga sedang ingat dirinya ? Turiyah terus mengelus bagian paha yang disana ada bekas gigitan lintah. Sukirban terus mencuri - curi pandang selangkangan Turiyah. Turiyah tahu apa yang sedang dicuri pandang oleh kakak iparnya. Sukirban jadi salah tingkah ketika yang ada di dalam sarungnya berontak. Mengembang dan dirasakannya kaku. Tiba - tiba Turiyah mendongak dan menatap mata Sukirban, lalu katanya : " Kang....sebenarnya aku kasihan sama kang Kirban. Pasti kang Kirban kangen sama yu Temi. ....aku ...mau kok kang, melayani kang Kirban. Betul kang aku mau. Sekarang juga aku mau, kang. Biar kang Kirban tidak ngocok - ngocok lagi ....biar tidak onani ". Berkata begitu Turiyah sambil beringsut duduknya mendekatkan dirinya ke Sukirban. Sukirban kaget dengan ucapan Turiyah. " Hus ....jangan ....!", bentak Sukirban sambil tenggorokannya tersekat karena jantungnya berdegup. " Betul kok ....kang ....aku mau....". Kata Turiyah meyakinkan. " Yah....aku sangat kangen sama mbakyumu. Aku sangat ingin. Tapi jangan, Yah. Jangan. Kamu masih perawan. Keperawanan itu besuk kamu berikan ke suamimu. Jangan, Yah. Aku tidak mau ". Sukirban mencoba menasehati Turiyah. " Aku tahu, Yah. Kau kasihan kepadaku....tapi kamu nanti akan menyesal. Perawanmu bukan untuk aku, Yah. Tapi untuk suamimu nanti. " Nasehat Sukirban jadi panjang, padahal dirinya juga sudah dirasuki keinginan. Sukirban mencoba menahan nafsu dengan cara mengingat Temi yang telah berkorban demi keluarganya bekerja di Malaysia. Dan mencoba mengingat kalau yang ada dihadapannya ini adalah adik isterinya. Sukirban mencoba menekan gelegak birahinya dengan menyadarkan pikirannya. " Aku sudah tidak perawan lagi, kang. Perawanku telah kujual ". Kalimat yang satu ini sangat mengagetkan Sukirban. Tetapi yang keluar dari mulut Sukirban hanya : " Haaaaa ....?". Turiyah tetap menatap mata Sukirban dan kalimatnya dilanjutkan : " Benar , kang. Perawanku telah dibeli orang sepuluh juta. Ini Karena aku butuh uang untuk nyusul yu Temi ke Malaysia. Maaf ....ya kang. Semuanya akan aku ceritakan kepada kang Kirban. Tak seorangpun boleh tahu kang. Hanya kepada kang Kirban ini akan kuceritakan ".  Mendengar itu Sukirban tak mampu berkata - kata. Hanya isapan rokok dan pikiran yang melayang ke Temi lah yang ada. Kupingnya mendengar  susunan kalimat yang diucapkan Turiyah tetapi pikirannya ke Temi.
     Turiyah menyampaikan keinginannya pergi ke Malaysia sebagai te ka we kepada pak Joned. Pak Joned menetapkan biaya yang tak mungkin diadakan oleh Turiyah. Pak Joned adalah orang yang membawa Temi ke Malaysia. Temi bisa berangkat ke Malaysia  karena  dua ekor sapi Sukirban dijual untuk biaya. Maksud Turiyah pak Joned bisa meminjami uang untuk saratnya ke Malaysia dan nanti pinjamannya akan dibayar setelah ia bekerja disana. Toh gajinya bakal besar. Pasti bisa mengembalikan. Pak Joned  tidak bisa memenuhi permintaan Turiyah. Tetapi ia menawarkan jalan keluar bagi Turiyah. Kebetulan pak Joned yang pekerjaannya memang keluar masuk dusun mencari tenaga pe er te untuk dalam dan luar negeri ini sedang mendapat pesanan dari seorang bandot untuk mencarikan gadis perawan. Pak Joned menawarkan itu pada Turiyah. Turiyah yang memang sudah menggebu ingin menyusul kakaknya tak berpikir panjang. Asal keperawanannya dibeli seharga besar biaya untuk bisa ke Malaysia sebagai pe er te ia tidak keberatan. Apa arti sebuah keperawanan, pikirnya. Antara menyimpan keperawanan dengan keinginannya pergi ke Malaysia dan hasil yang bakal diperolehnya nanti dipikirannya tidak sebanding.
     Hari masih pagi Turiyah diboncengkan pak Joned ke kota. Sesampainya di kota Turiyah sudah dijemput mobil bagus dan dibawa ke sebuah hotel berbintang. Turiyah gadis desa yang lugu, berpakain serba wagu, dan ditangannya menenteng tas kresek hitam berisi pakaian, menjadi perhatian pegawai hotel. Setelah pak Sopir sebentar di resepsionis Turiyah dibawa naik lif ke lantai tujuh. Pak Sopir meninggalkan Turiyah yang terkagum - kagum dengan kamar hotel yang begitu mewah. Tempat tidur mewah. Kamar mandi mewah. Lemari mewah. Turiyah membuka gordin. Alangkah terkejutnya dengan pemandangan di luar. Rumah - rumah, jalan raya, mobil - mobil tampak kecil ada di bawahnya. Turiyah tak bisa merasakan ketika dirinya dibawa dengan lif tadi ke lantai tujuh. Turiyah sempat bingung kepana dirinnya tiba - tiba berada di tempat yang begitu tinggi. Belum sempat berlama - lama dengan kebingungannya pintu kamar hotel di buka orang. Orangnya masih muda dengan seragam merah - merah, pakai topi. Dan orang itu membungkuk - bungkuk sangat hormat kepada Turiyah. Orang itu membawa kereta dorong yang di atasnya ada berbagai botol minuman dan makanan dan buah - buahan yang sebelumnya tidak pernah dilihat Turiyah. Dan orang itu segera pergi. Kebingungan Turiyah semakin menjadi. Apa ini ? Turiyah mengamati apa yang ada di atas kereta dorong itu. Tak berani memegangnya. Turiyah meneliti satu - satu mulai dari buah - buahan, botol minuman, sampai makanan yang ada di piring besar. Belum lagi semua dapat detilitinya kembali pintu kamar dibuka orang. Kali ini yang masuk orang berperawakan sedang, berkepala botak, disisi kiri kanan botaknya rambutnya memutih. Hanya memakai kaos oblong, di lehernya ada sebuah kalung, dan bercelana pendek yang panjangnya hampir mencapai lutut.  Bersandal kulit. Dan orang itu tersenyum kepada Turiyah. Turiyah salah tingkah. Orang inikah yang akan membeli keperawanannya ? Belum sempat berpikir yang lain - lain, orang itu menjabat tangan Turiyah dan tidak melepaskannya. " Kamu Turiyah ya ?" Turiyah mengangguk. " Aku yang akan membeli perawamu, Turiyah. Kamu boleh ?" Turiyah mengangguk. Orang itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan amplop coklat dan berisi. Dengan tangan kirinya amplop itu diulurkan ke tangan kiri Turiyah, karena tangan kanan mereka berjabatan. " Itu sepuluh juta. Cukup ?" Turiyah mengangguk. " Namaku Kongko. Panggil aku om kongko, ya ?" Turiyah mengangguk. " Sudah sekarang kamu mandi. Bersihkan badanmu. Aku tunggu.". Turiyah mengangguk dan pergi ke kamar mandi. " Pintunya jangan ditutup Turiyah, nanti aku juga mau mandi !" , perintah om Kongko.
     Di kamar mandi Turiyah melepasi pakaian sampai ke celana dalamnya. Turiyah mencari - cari kran air. Susah. Semua tak diketahui cara kerjanya. Biasanya dia mandi di pancuran dekat sawah. Tak perlu susah mencari kran air yang bisa mengalirkan air. Turiyah memutar - mutar kran. Dan air mengalir Turiyah mandi. Dari luar kamar mandi om Kongko mengamati tubuh telanjang Turiyah. Buah dada yang kencang menggunung dengan puting yang kecil. Pantat yang gempal padat. Dan ketika Turiyah membungkuk om Kongko melihat kemaluan Turiyah yang tercepit diantara sintalnya kedua pahanya yang bersih. Om Kongko menelan ludah. Kemudia ia melepas celananya. Termasuk celana dalamnya. Tongkatnya yang masih lembek di elus - elusnya sambil terus memperhatikan tubuh Turiyah. Perlahan - lahan mulai mengembang dan kaku. Dilihatnya Turiyah yang sedang menyabuni buah dadanya, kemudia perutnya, kemudian selangkangannya. Di selangkangan sabun agak lama berputar - putar dan Turiyah memundur - mundurkan pantatnya, mungkin geraknya sabun disitu membuat geli kemaluannya. Tongkat om Kongko sudah kaku. Terus om Kongko mempermainkannya. Nikmat. Enak. Pegal. Apalagi sambil menikmati pemandangan gadis perawan telanjang yang sedang mandi yang sebentar lagi bakal dinikmati keperawanannya.

                                                                      bersambung kebagian keduabelas ..........