Rabu, 29 Juni 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput
Anggungan Perkutut 
                                                                                                                                        edohaput

Bagian keenambelas

     Surinah terus tumbuh seiring dengan bergulirnya waktu. Tumbuh menjadi seorang gadis dusun yang cantik. Seorang gadis dusun yang tak berwajah gadis dusun pada umumnya. Surinah anak pak Sukirban yang sama sekali tak mirip dengan bapaknya. Surinah berhidung mancung, mata bulat, rambut tumbuh lebat hitam mengkilat, dan berperawakan tinggi semampai. Sangat berbeda dengan bapaknya yang berhidung pesek, rambut tumbuh jarang dan merah, dan berperawakan cenderung pendek. Kulit Surinah hitam manis. Tangan dan kakinya, bahkan seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu halus. Alisnya tebal menghiasi matanya yang lebar dan berpupil hitam legam. Surinah sangat mirip dengan gadis India. Bibir Surinah sedikit tebal tetapi sangat sensual. Giginya putih rata dan rapat. Lehernya jenjang tak seperti leher bapaknya yang pendek karena seringnya kepalanya dibebani keranjang rumput. 
     Seperti halnya Partini dan gadis dusun lainnya Surinah selepas es em pe tak lagi meneruskan pendidikannya.  Pekerjaan Surinah membantu emboknya jaga warung sembako yang dirintis orang tuanya sejak ia masih dalam kandungan. Seperti halnya Partini Surinah juga menjadi kembang dusun. Banyak perjaka dusun yang mengkhayalkannya. Ingin menikahinya. Bahkan ada yang secara terang - terangan mengatakan kepada Surinah. Tetapi Surinah belum ingin nikah. Satu hari mak Temi, mboknya meminta Surinah agar mau menanggapi keseriusan Mursinu : " Mas Mursinu kurang apa ta, Rin. Dia anak orang kaya. Malah dia sendiri ya sudah jadi juragan. Kenapa ta, Rin  ? Kalau banyak menolak jangan - jangan kamu malah jadi perawan tua lho ". Kata - kata maknya yang sangat sering diucapkannya itu tak pernah digubris Surinah yang karena kecantikannya maka orang memanggilnya dengan nama panggilan Ririn. Nama panggilan yang paling baik di dusun. Surinah tahu kalau Mursinu mendua hati. Mursinu menyukai Partini dan juga menyukai dirinya. Berkali - kali Mursinu mengajaknya main ke kota. Dirinya tak pernah mau. Apalagi setelah terdengar selentingan Partini yang pernah diajak Mursinu ke kota ternyata diajak ke kamar hotel. Ketika Partini menolak malah Partini dibawa ke hutan karet dan akan diperkosa. Selentingan itu ia dengar dari mulut Darman. Surinah berstatus ekonomi lebih baik dibandingkan Partini anak mbok Sargini si penjual nasi pecel. Maka para  lelaki dan khusunya para  pemuda dusun lebih berhati - hati memperlakukannya dari pada perlakuan mereka pada Partini. Apalagi Surinah ini lebih judes dan sedikit galak. Berbeda dengan Partini yang murah senyum, supel dan ramah. Satu - satunya pemuda yang terus berusaha dan berani mendekat hanya Mursinu. Pemuda dusun lain paling hanya bisa menyapa dan mengkhayal. Mursinu dengan kekayaannya bisa mempengaruhi orang tua Surinah. Dengan kekayaannya Mursinu bisa pamer kepada Surinah. 
     Satu hari sepulang dari usahanya memperkosa Partini yang terpaksa gagal, Mursinu mampir ke warung sembakonya Surinah. Karena Partini jelas dan telah terang - terangan menolaknya,  maka tujuan ahkir ya kepada Surinah.  Tak berhasil merayu Partini, kini harus berhasil merayu Surinah. Di pikiran Mursinu calon isteri kalau tidak Partini ya Surinah. 
     Hari itu sudah sore,  menjelang matahari terbenam. Mursinu memarkir motornya persis di depan warung mak Temi mboknya Surinah. Warus sepi. " Kok sepi, Rin. Make kemana ? ", tanya Mursinu kepada Surinah yang lagi duduk menunggu pembeli. Sore itu Surinah hanya mengenakan kaos dan rok pendek. Surinah wangi karena habis mandi. Kaos Surinah tak berlengan, sehingga buah dadanya yang besar sedikit nampak apabila lengannya diangkat. Rok pendek Surinah di atas lutut, sehingga ketika duduk pahanya dapat dilihat. " Simbok dan bapak lagi nengok lik Samijo yang sakit di rumahnya, mas ", jawab surinah kalem. " mas Mursinu mau beli apa ?", lanjut Surinah. Mursinu mengeluarkan lima lembar uang ratus ribu dan diberikan ke Surinah. "Banyak amat duitnya, mas ! Apa saja ta yang mau dibeli mas Mursinu ? ", tanya Surinah. Surinah tidak kaget. Sudah sering Mursinu berbuat sombong sedemikian rupa,  yang dibeli cuma rokok uangnya mesti lembaran ratusan ribu. Kesombongan Mursinu ini diam - diam tidak disukai Surinah. Tetapi karena Mursinu pembeli maka tetap dilayani dengan baik oleh Surinah. " Sudah terima dulu uangnya nanti tak sebut apa yang aku mau beli ". Berkata demikian sambil Mursinu masuk ke ruangan dimana Surinah lagi duduk dan juga ikut duduk di situ dan Mursinu nekat duduk dan memepet Surinah. Surinah bergeser menjauh. Tetapi dengan cepat tangan Mursinu menggamit tangan Surinah, sehingga Surinah menjadi tak bisa menjauh dari posisi duduknya Mursinu. " Lho mas Mursinu ini mau beli apa ? Aku kan harus melayani ta, mas ? ", sambil Surinah mencoba melepaskan tangan yang digenggam Mursinu. " Sabar ta, Rin. Nanti aku sebut yang aku mau beli. Duduk - duduk dulu kenapa ", kata Mursinu tetap menggamit tangan Surinah. " Ini sudah sore, mas. Warung mau tutup. Aku dah capek seharian tunggu warung ", jawab Surinah. " Nanti aku bantu nutup warung, Rin. Tenang saja ! "  Berkata begitu Mursinu sambil merangkul pundak Surinah. " Dengarkan ya, Rin. Aku tak ngomong. Sebenarnya aku ini sudah sangat ingin bertemu seperti ini sama kamu. Tetapi kalau kamu aku ajak ketemuan selalu saja menolak. Aku ini sungguh - sungguh lho, Rin. Sungguh mau memperistri kamu. Aku sudah bilang sama bapakmu dan juga makmu kalau aku segera akan melamarmu. Percayalah, Rin. Aku ingin membahagiakan kamu sekeluarga. Hartaku cukup untuk hidup keluarga kita sampai tiga turunan tanpa kita harus bekerja bersusah payah. Kalau kita masih mau bekerja harta kita nanti tak bakalan habis, Rin.  Apalagi ! Percayalah kepadaku. Hidup kita bakal senang ". Surinah yang tadinya mau berontak dari rangkulan tangan Mursinu, mendengar omongan Mursinu yang menyentuh perasaan kewanitaannya menjadikan dirinya malah melemas.   Mukanya tertunduk. Hati wanitanya tersentuh. Tangannya yang sedari tadi memegangi lima lembar uang lembaran ratusan ribu tampak gemetar. 
     Suasana di luar warung semakin temaram. Sinar matahari yang hampir tenggelam tak lagi tampak. Apalagi di sekeliling rumah Surinah ditumbuhi pohon - pohon besar yang rimbun. Orang datang ke warung pada sore begitu biasanya sudah tak lagi ada. Mursinu tahu itu. Ia semakin menjadi memiliki kesempatan untuk merayu Surinah gadis dusun cantik yang wajahnya mirip gadis India, gadis dusun yang diimpikannya. Gadis dusun yang selalu ada dikhayalnya ketika onani. Gadis dusun yang buah dadanya besar, pantatnya sintal dan bibirnya sensual. Tahu Surinah termakan rayuannya Mursinu segera berdiri dan mengeluarkan dompetnya dan menguras isinya dan segera dijejalkan di tangan Surinah. Surinah kaget. Tapi tak bisa berbuat banyak dan hanya bisa menggenggam lembaran - lembaran uang ratusan ribu yang ditangannya terasa begitu tebal. Lampu di warung belum sempat dinyalakan. Suasana jadi agak gelap. Bagi yang rabun ayam sudah tidak mungkin mampu melihat. " Mas Mursinu mau beli apa ini kok uangnya banyak sekali, mas ? ", tanya Surinah yang mulai tahu maksud Mursinu. Untuk apa uang sebanyak itu diberikan ke dirinya. Surinah hanya bisa bingung. " Sudah itu untuk kamu. Besuk untuk beli hape sama beli rok baru ". Berkata begitu Mursinu sambil memegang kepala Surinah dan membelai rambut Surinah yang tebal sampai kepundak. Mendengar kata hape pikiran Surinah melayang ke hape yang sudah sejak lama diinginkannya. Belum banyak orang di dusun itu  memiliki hape. Hape di dusun itu masih langka dan merupakan barang mewah. Diketahuinya orang yang sudah membawa - bawa hape di dusun  hanya pak Kadus,  pak Tuman, dan orang - orang kaya saja. Surinah berangan memilkinya. Memainkannya. Kata hape itulah yang membuat Surinah seperti terhipnotis tanpa bisa berbuat banyak menurut saja ketika Mursinu menarik tubuhnya hingga berdiri dari duduk dan memeluknya. Surinah tak lagi berlogika. Mursinu memeluknya dan mendongakkan wajahnya dan mencium bibirnya. Surinah menjadi tak ingat sedang ada dimana. Matanya terpejam dan merasakan ada kehangatan di bibirnya. Merasakan ada sesuatu yang bermain di dalam mulutnya. Ada rasa geli campur enak nikmat di bibirnya. Dan baru kali itulah Surinah merasakan bibirnya dicium seorang laki - laki. Mursinu sedikit mengendorkan pelukan tangan kirinya di punggung Surinah, dan tangannya kanannya sudah tak kuat lagi menahan keinginannya untuk mencari -cari milik Surinah yang selalu dibayangkannya. Tangan kanan Mursinu menyusup lewat bawah kaos Surinah dan bergerak ke atas mendapat buah dada Surinah. Surinah kaget dan meronta. Mursinu memperat pelukannya. Surinah mau berucap. Tak bisa mulutnya terus dicium Mursinu. Surinah mengurungkan niatnya meronta ketika tiba - tiba ada rasa enak luar biasa dirasakan dadanya. Geli, tergetar - getar nikmat. Kenikmatan di buah dadanya yang diremas, ditekan - tekan, dan dipilin - pilin putingnya oleh tangan Mursinu dan kenikmatan di bibir dan mulutnya menjalar ke kemaluannya.  Surinah secara refleks merapatkan pahanya karena dirasakan  dari kemalauannya ada cairan yang rasanya mau mengalir keluar. Dan Surinah sudah merasakan bibir kamaluannya basah. Dia belum tahu rasa apa itu di kemaluannya tapi enak sekali. Dan rasa seperti itu sering pula dirasakan ketika mimpi basah. Tapi yang kali ini lebih enak dari ketika mimpi basah. Mursinu tahu kalau Surinah menikmati permainannya. Jangankan seorang gadis lugu seperti Surinah. Pe es ka yang sudah banyak berpengalamanpun  bisa dikalahkan Mursinu. Mursinu sangat berpengalaman dalam bidang mengalahkan wanita. Ia jago mencium bibir. Ia jago mempermainkan buah dada. Dan jarinya sangat jago mengilik kemaluan wanita. Jari Mursinu tak jarang membuat kelabakan para pe es ka yang dikencaninya. Mursinu tahu kalau Surinah nikmat di kemaluannya, maka tanpa menunggu lama tangan kanannya yang di buah dada Surinah cepat melorot ke bawah lewat bawah rok pendek Surinah langsung keselangkangan  Surinah yang merapat pahanya.  Surinah kaget lagi dan sadar kalau kemaluannya akan diraba Mursinu. Belum pernah kemaluannya diraba lelaki. Dia sendiripun jarang merabanya  kalau tidak sehabis pipis. Memang pernah pada satu malam Surinah mengelus - ngelus kemaluannya sendiri. Dan ketika kemaluannya mulai meradang, Surinah mengejang dan kemaluannya tiba - tiba membasah dan dirasakan itu enak sekali dan menyebabkan tidurnya pulas.  Surinah gadis enam belas tahun yang tidak banyak tahu tentang sex. Kekagetan Surinah diwujudkan dengan memundurkan pantatnya dan mencoba menjauhkan kemaluannya dari tangan Mursinu. Tetapi kekagetanya tiba - tiba lenyap ketika lehernya merasakan kegelian nikmat yang tak terkira ketika mulut Mursinu menyerang lehernya. Kenikmatan di lehernya menjadikan Surinah lupa akan pahanya yang merapat dan dengan mudah didorongkan oleh tangan Mursinu untuk kangkang.  Dan mulut Surinah hanya bisa mendesah ....aaaaaaagggghhhhhhhh ...... ! ketika jari Mursinu berhasil menyibakkan celana dalam Surinah dan jari tengahnya yang panjang berhasil pula masuk ke liang kewanitaan Surinah dan mengilik hebat. Saat itu Surinah tak lagi ingat apa - apa tubuhnya serasa bergetar dan melayang. Dan tangan Surinah hanya bisa mencengkeram dan memeluk tubuh Mursinu sampai - sampai lembaran uang ratusan ribu berjatuhan ke lantai. Surinah merasakan kemaluannya sangat enak luar biasa dan dirasakan celana dalamnya telah basah kuyub oleh cairan yang dikeluarkannya. Mursinu yang sangat bernafsu sempat bingung. Di situ tak ada tempat untuk merebahkan Surinah. Maksud hatinya tongkatnya akan dikeluarkan dari celana dan ditusukkan dikemaluan Surinah. Ruangan warung yang sempit tak memungkinkan dan tongkatnya juga sudah tak sabar. Rasanya sudah tidak mungkin ditahan. Maka jalan satu - satunya untuk memperoleh kenikmatan hanya memepetkan tongkatnya yang masih ada di dalam celana ke paha Surinah dan menggoyang - goyangkannya. Dan ....." Riiiiiiiiinnnnnn ......... aaauuuuuuggggghhhh.... !"  Mursinu memeluk tubuh Surinah erat sekali. 
     Suara motor Darman dan tukang ojek lainnya yang mengantarkan mak Temi dan pak Sukirban pulang dari menengok Samijo yang sakit mengagetkan Surinah dan Mursinu. Mereka segera melepaskan saling peluknya. Mursinu segera menyambar dua bungkus rokok dan keluar dari warung. Surinah memunguti lembaran uang ratusan ribu yang bertebaran di lantai dan memasukkan di saku roknya. " Lho mas Mursinu ta ?", sapa mak Temi ramah. " Ya mak mampir beli rokok ", jawab Mursinu terus menuju motornya. " Ndak duduk dulu mas ! " , teriak mak Temi. " Iya ...mbok duduk dulu di rumah, mas ! ", timpal pak Sukirban. " terima kasih mak ...pak....lain kali saja sudah malam ... !, jawab Mursinu sambil melarikan motornya dan masih dirasakan tongkatnya berkedut dan memuntahkan sisa maninya di dalam celana.


                                                  bersambung kebagian ketujuhbelas ........