Senin, 29 Agustus 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput
 Anggungan Perkutut

                                                                                                                edohaput

Bagian keduapuluh

     Tiga hari setelah Slamet menyaksikan Minil diberi kenikmatan oleh pak Lurah di rumahnya, Slamet datang ke rumah Minil. Sore itu mak Kurni sedang membungkusi tempe ditunggui Minil. " Kok tempenya cuma sedikit ta, yu Kurni ?" Tanya Slamet setelah ikut duduk di tikar yang digelar di lantai tanah. " Tadi dak sempat beli dele, Met. Karena ngantar Minil ke tukang jahit ". Jawab mak Kurni. " Wah den Lurah itu baik banget ya, Met ? Minil sudah dapet sepuluh potong kain bagus - bagus saja duitnya masih sisa. Malah kutangnya saja Minil beli tujuh bagus - bagus juga. Celana dalamnya beli sepuluh bagus - bagus, malah ada rendanya juga. Yang milihkan celana dalam Minil penjualnya lho. Met ?" Dengan bangganya mak Kurni cerita tentang belanjaan Minil yang duitnya dari pemberian pak Lurah. " Sudah dibawa ke penjahit semua ta yu, kain - kain Minil ?" Slamet bertanya. " Sudah semua, Met . Malah penjualnya kain kok, Met, yang milihkan tukang jahitnya. Tapi kayaknya ongkosnya mahal, Met !" Mak Kurni nerocos cerita. " Nah soal ongkos jahit dak usah kawatir, yu. Den Lurah sudah menyanggupi semua ongkos jahitnya. Gitu ta Nil ?" Slamet memalingkan muka kearah Minil. Dan Minil mengangguk setuju dengan ucapan Slamet. " Dan kedatanganku ini juga disuruh  den Lurah. Besuk malam Minil ditunggu den Lurah di rumahku mau dikasih uang ongkos jahitnya, yu. Kamu mau ta Nil besuk malam ke rumahku. Besuk malam tak jemput kok, Nil " Slamet kembali memandangi Minil. Dan Minil mengangguk tanda setuju." Wah baiknya den Lurah ya, Met, kepada rakyatnya yang miskin ini. Mudah - mudahan den Lurah panjang umur, murah rezeki, dan selalu baik ya, Met ". Mak Kurni memuji pak Lurah. Mak Kurni tidak tahu kalau malam itu Minil telah dijadikan mainan yang sangat menyenangkan oleh pak Lurah. Mak Kurni tidak tahu kalau anaknya semata wayang ini telah sangat menyenangkan pak Lurah lantaran sangat penurut ketika dipakai sebagai alat pemuas birahi. Malahan dengan begitu bangganya mak Kurni terus memuji pak Lurah. Mak Kurni juga tidak tahu kalau Slamet begundalnya pak Lurah ini menjadikan Minil umpan yang sangat menggairahkan. " Minil ini untung sekali ya, Met, bisa bertemu den Lurah lantaran terpeleset. Nil besuk malam kalau kamu diberi lagi uang oleh den Lurah jangan lupa kang Slamet diberi ?". Suruh mak Kurni pada Minil. Slamet cepat - cepat menjawab : " Jangan ....jangan ...dak usah. Uang itu untuk Minil. Aku sudah diberi kok oleh den Lurah. Malah kedatanganku kesini selain mengabari kalau den Lurah ingin ketemu Minil lagi besuk malam, juga disuruh den Lurah memberikan uang ini untuk yu Kurni ". Slamet meletakkan amplop tebal berisi uang. Dan lanjutnya : " Ini uang lima juta. Yu Kurni dimnita den Lurah agar membuat kamar mandi dan wese dan juga sekalian buat sumurnya ". Slamet mengeluarkan uang dari amplop. Mak Kurni hanya terlongo -longo. Selama hidupnya mak Kurni belum pernah melihat tumpukan uang sebanyak itu. Mata dan pikiran mak Kurni tak percaya. Apalagi uang itu bakal menjadi miliknya. " Benar ini, Met ?" Mak Kurni meyakinkan dirinya. " Benar, yu. Den Lurah kasihan kalau Minil yang sudah gede masih mandi di pancuran ". Slamet memberi penjelasan untuk meyakinkan mak Kurni. " Walah ...walah .... baiknya den Lurah. terus apa ya dan bagaimana aku membalasnya, Met ?". Raut muka mak Kurni menunjukkan kegirangan yang luar biasa. " Dak usah mikir membalas, yu. Terima saja uang ini dan segera laksanakan perintah den Lurah. Dah simpan uang ini. Besuk cari tukang batu. Kalau nanti kurang bilang saja den Lurah pasti memberi lagi ". Slamet dengan kalemnya menyuruh mak Kurni menyimpan uang yang ada dihadapannya. Mak Kurni menimang - nimang uang itu dan  sambil terus tersenyum. " Sudah aku pulang dulu, yu. Dan besuk malam aku jemput ya, Nil !"  Slamet bangkit dari duduk dan pergi. Minil mengangguk tanda setuju.
     Sepeninggal Slamet. Minil masuk ke kamarnya. Pintu ditutup. Minil tiduran terlentang. Kakinya di kangkangkan. Tangannya menelusup masuk rok bawahannya. Dan mereba kemaluan. Kemaluannya dielus - elusnya sendiri dari luar celana dalammnya. Tangan yang lain meraba payudaranya. Minil merasakan nikmat. Ia bayangkan pak Lurah sedang mempermainkan kemaluannya, payudaranya, dan menciumi lehernya. Akankah besuk malam pak Lurah juga akan memepermainkannya lagi ? Minil memasukkan tangannya ke dalam celana dalamnya. Meraba bibir kemaluannya. Menusuk - nusukkan jarinya ke dalam liang pepeknya. Minil membayangkan dan teringat ketika menggenggam tongkat pak Lurah. Bagaiman kalau besuk malam pak Lurah menusukkan tongkatnya ke pepeknya ? Seperti apa ya rasanya ? Apakah lebih enak dari jari ?Minil malah menjadi semakin terangsang. Dan Minil semakin dalam menusukkan jarinya ke kedalaman kemaluannya. Dan memaju mundurkan seperti pak Lurah memainkan liang pepeknya. Mencari - cari di kedalaman kemaluannya yang apabila dikilik semakin geli dan membawa nikmat. Minil orgasme. Pepeknya basah. Minil kelelahan. Dan Minil ketiduran.
     Malam gelap. Dingin. Agak gerimis. Darman datang ke rumah mak Kurni. " Tumben, Man. Malam - malam datang ?" Sapa mak Kurni yang memang heran Darman berkunjung. Siang pun lewat di depan rumah Darman tak pernah mampir. Tapi kini tiba - tiba Darman datang malam - malam lagi. Ditanya mak Kurni Darman kaget dan bingung. Kedatangannya yang sesungguhnya adalah ingin menyelidik tentang uang pemberian pak Lurah. Tentang Minil. Tentang mak Kurni. Mak Kurni ini tahu tidak apa yang telah diperbuat pak Lurah terhadap anaknya. Darman tak segera menjawab pertanyaan mak Kurni. " Ada perlu penting ya, Man ?" Mak Temi lagi - lagi bertanya. Darman yang bingung menjawab sekenanya : " Dak penting kok, yu. Cuma disuruh simbok beli tempe sepuluh. Suk pagi tak punya lauk ". Darman menyampaikannya dengan sungguh - sungguh. Mak Kurni percaya : " Tapi tempenya belum jadi, Man . Tu barusan dibuat !" Mak Kurni menunjuk tempe yang ditaruh di tampah besar. " Dak papa, yu. Besuk kan ya jadi ta, yu ". Bahasa Darman diyakin - yakinkan agar mak Kurni tidak curiga. " Minil dimana, yu ?" Darman mengalihkan pembicaraan dan mencoba memancing mak Kurni dengan menanyakan Minil. Barangkali mak Kurni sudah dilapori Minil tentang perbuatan pak Lurah malam itu. Kalau Minil melaporkan perbuatan pak Lurah dirinya kepada maknya, pasti mak Kurni akan cerita banyak kepada dirinya. Tetapi yang terjadi sesungguhnya Minil tidak memberitahu maknya apa yang telah diperbuat pak Lurah pada dirinya. Minil tidak melapor karena Minil merasakan enak. Enak dipermainkan pak Lurah dan enak diberi duit. Minil sebenarnya menikmati apa yang diperbuat pak Lurah. Malahan Minil merindukannya. Ingin dibegitukan lagi. minil ketagihan. Minil gadis kencur yang tiba - tiba merasakan nikmatnya penthil diremas, kemaluan dikilik dan leher dicium. " Dak tahu, Man. Ketiduran barangkali. Sepulang Slamet dari sini sore tadi, Minil terus masuk kamar dan nampaknya dia tidur ". Jawab mak Kurni jujur. " Slamet sore tadi kesini ta, yu ?" Tanya Darman. Wah ini bakal dapat informasi lagi ! Pikir Darman. " Sendiri, yu ?" Darman mencoba memancing agar mak Kurni cerita. " Ya sendiri, Man. Kedatangannya kesini disuruh pak Lurah lho, Man !" Mak Kurni mengucapkan kalimat ini dengan penuh bangga. Seolah ingin mengatakan kalau keluarganya begitu diperhatikan pak Lurah. " Disuruh apa Slamet sama den Lurah, yu ?" Tanya Darman terus memancing. Harapan Darman mak Kurni akan cerita banyak. " Tu besuk malam den Lurah ingin ketemu Minil lagi. Kata Slamet Minil mau dikasih ongkos jahitan ". Mak Kurni lugas menerangkan. " Ongkos jahitan ?" Darman pura - pura tidak tahu. Padahal semua kejadian telah dikantonginya. " Iya, Man. Kemarin malam lusa tu Minil dikasih uang agar beli beberapa potong kain. Lalu disuruh menjahitkan. Den Lurah kasihan sama Minil yang roknya sudah pada compang - camping. Den Lurah itu kan dulu itu menolong Minil ketika terpeleset sehabis mandi di pancuran. Terus Minil dipinjami jaket den Lurah. Terus Minil disuruh ke rumah Slamet malam - malam dan Minil dikasih uang banyak untuk beli baju ". Darman berpura - pura manggut - manggut. " Malahan besuk malam Minil disuruh lagi ke rumah Slamet. Den Lurah mau kasih uang untuk ongkos jahitannya ". Darman terus manggut - manggut dan memasang wajah seolah - olah kagum dan heran. " Den lurah itu baik banget ya, Man ? Perhatian sekali sama orang miskin kaya saya ini ". Darman semakin manggut - manggut. Darman merasa yakin  mendapatkan informasi yang sangat baik. Darman tak perlu memancing - mancing. Mak Kurni malah sudah menggelontorkan informasi yang dibutuhkannya. " Ya....ya...den Lurah memang sangat baik, yu ". Timpal Darman mengiyakan kalimat mak Kurni dengan semangat. Tujuannya mak Kurni agar terus cerita. " Malah den lurah nyuruh saya buat sumur, buat kamar mandi dan wese. Agar Minil tak lagi mandi di pancuran ". Mak Kurni jadi sombong atas perhatian yang diberikan pak Lurah. " Lha uangnya, yu ?" Darman bertanya. Yang kali ini bertanya sungguh - sungguh karena memang belum tahu. " Ya... dari den Lurah ta, Man ". Jawab mak Kurni semakin sombong. " Den lurah ?" Darman mencari penegasan. " Lima juta, Man ! Cukup kan kalau untuk bikin sumur dan kamar mandi ?" Mak Kurni semangat. " Cukup ....cukup, Yu ! Tapi ..... tapi.... mengapa ya,yu, den Lurah kok semurah itu, ya ? Jangan - jangan den Lurah suka sama yu Kurni ". Darman mulai menggoda mak Kurni. Darman tahu persis uang lima juta itu adalah uang penutup mulut mak Kurni. Agar ia nantinya tidak mempermasalahkan jika Minil  dijadikan  perempuan simpanan oleh pak Lurah. " Ah jangan edan, Man ! Masak den Lurah suka sama aku ! Kamu jangan edan, Man ......Man.... !" Mak Kurni tiba - tiba genit. " Lho yu Kurni ini janda muda, ta ? Sebetulnya yu Kurni ini ayu lho, yu. Cuma karena tidak terawat dan hanya jualan tempe yan kayak gini jadinya. Coba kalau didandani, ya kara bidadari ". Godaan Darman ini menyasar. Karena ternyata mak Kurni jadi bersikap malu - malu kucing. " Lha kalau yu Kurni mau aku ya mau lho, yu ". Darman semakin nekat menggoda, karena Darman tahu yang digoda ternyata semakin tergoda. " Ah ....kamu aja Man.....Man... laki - laki banci ! Tuh sudah segitu tua belum berani kawin ! Tak bisa ya, Man ..?"  Mak Kurni balas menggoda Darman. " E....jangan tanya, yu. Punyaku besar, panjang, bisa kaku banget, dan atos lho, yu !" Pembicaraan mulai miring dan tak fokus. " Lha terus untuk apa kalau tak ada isteri ?" Mak Kurni juga semakin nekat menggoda. " Dikocok sendiri ya, Man ?" Berkata begitu mak Kurni tertawa nyekikik. Telak Darman kena hantaman kalimat mak Kurni yang terahkir. Darman tak kalah akal : " Ya ...mumpung ada janda cantik, .... ya kesitu aja arahnya .. !" Kalimat - kalimat godaan ini tak urung mendorong nafsu birahi mereka muncul. Darman sang perjaka yang sedang masanya menggebu, mak Kurni yang telah lama ditinggal mati suami. Ditambah suasana malam yang sepi, dingin dan gerimis. Karena omongan - omongan  itu mak Kurni yang sudah lama tak merasakan kehangatan tiba - tiba kemaluannya terasa ada rasa gatal - gatal dan membasah. " Sudah ah ....Man, bikin gatelan saja ". Mak Kurni keceplosan. " Apanya yang gatel, yu. Sini tak garuk - garuk !" Goda Darman yang semakin menjurus. " Ah ...edan ...kamu .. !" Berkata begitu mak Kurni berdiri dari duduk di lantai. Entah karena disengaja atau memang beneran mak Kurni yang mencoba berdiri tapi karena memang sudah terlalu lama duduk tiba - tiba terhuyung ke arah Darman. Darman yang juga duduk di tikar yang igelar di lantai tanah dengan sigap menangkap tangan mak Kurni. Mak Kurni yang ditangkap tangannya malah seperti ditarik dan ahkirnya jatuh di tubuh Darman. Keduanya ambruk. Darman tak menyia - nyiakan keadaan. Tangannya langsung ke penthil mak Kurni. Dan langsung diremas walaupun dari luar baju. Dan kaki Darman menjepit tubuh mak Kurni. Mak Kurni yang dijepit Darman yang hanya pakai sarung merasakan ada sesuatu yang kaku menyodok pahanya. Mak Kurni mendengus bernafsu. Darman tahu mak Kurni bernafsu tangannya langsung beralih meraba kemaluan mak Kurni walaupun masih dari luar daster mak Kurni. " Aaaah... jangan edan, Man... ". Berkata begitu mak Kurni sambil nafasnya tersengal. Darman yang sudah juga sangat bernafsu, semakin meneruskan kegiatannya. Tangannya masuk rok dan langsung ke selangkangan mak Kurni dan segera menemukan sesuatu yang basah, empuk, kenyal, kemaluan mak Kurni. Mak Kurni tak pernah mengenakan celana dalam. Lantaran tak punya. Mak Kurni sangat menikmati jari - jari tangan Darman. Rasa gatalnya di kemaluan hilang, berganti rasa geli nikmat. Kemaluan yang sudah lebih dari setahun tak dijamah. Mak kurni terus menggeliat. " Man ....ayo...Man ....aku tak tahan ... !" Mak Kurni merintih. Darman tanggap. Sarung dilepas. Celana dilepas. Dan tongkat mencuat. Dengan sigap pula mak Kurni menelanjangi diri. Minil yang sejak sore tertidur di kamar terbangun mendengar suara ribut - ribut. Minil bangun dan mencoba mengintip dari pintu yang sdeikit terbuka. Manil terkesiap. Maknya terlengtang kangkang. Minil melihat kemaluan maknya yang besar. Berambut lebat sedang di masuki jari tangan Darman. Dan Minil sangat jelas melihat tongkat Darman yang mencuat dan sedang dipegang - pegang maknya. " Ayolah ...Man...masukkan ....masukkan ...Man... !" Pinta mak Kurni. Darman mengangkangi tubuh mak Kurni. Dan tongkat Darman sudah berada persis di depan kemaluan mak Kurni. Minil terus melihat. Dan Minil dengan jelas bisa melihat tongkat Darman menusuk kemaluan maknya. Dan maknya mendesah : " Aaaaaaaaahhhh ....Man..... !" Desahan nikmat itu terdengar pula di telingan Minil. Minil jadi ingat pak Lurah. Apakah kemaluannya besuk malam juga akan dihujam seperti itu oleh pak Lurah ? Minil merapatkan paha karena dikemaluannya terasa ada yang mau menetes. Darman terus menyerang kemaluan mak Kurni dengan tongkatnya. Nafas mereka memburu. Desahan demi desahan terus terdengar. Setiap kali mak Kurni orgasme desahan dan rintihannya sangat membuat Minil ingin kemaluannya juga diperbuat seperti itu. Tikar dilantai tak lagi rapi. Kedua membuat tak beraturan lagi. Suara kaki mak Kurni yang terus menjejak - jejak tikar begitu kemresek. Masih juga ditimpali suara paha yang beradu. Terdengar pula suara kecipak kemaluan mak Kurni yang basah diserang tongkat Darman. Sambil duduk di paha mak Kurni dan memaju mundurkan tongkatnya di kemaluan mak Kurni Darman tak henti - hentinya meremas, memilin punting penthil mak Kurni. Darman melepas tongkatnya dari kemaluan mak Kurni. Membalikkan tubuh mak Kurni. Mak Kurni tengkurap Darman memasukkan tongkat ke kemaluan mak Kurni dari belakang. Mak Kurni menggerak - gerakkan pantatnya maju mudur. Darman melenguh - lenguh. Kembali mak Kurni ditelentangkan. Darman kembali menghunjamkan tongkatnya. Semakin cepat saja Darman memompa. Semakin cepat .....semakin cepat .... dan semakin cepat ..... dan Darman menjerit tertahan : " Y u u u u u u u u u ....... aaagggghhhh......!" Darman menusukkan tongkat menghujam dalam sekali di kemaluan mak Kurni. " Man.....Maaaaaaaaaannnnn .... eessss.... aahhgg.... !" Darman dan mak Kurni orgasme bersama. Sementara itu dua jari tangan Minil telah masuk di kemaluannya sendiri dan Minil juga tak bisa menahan : " Aaaaaauuuuugghhhhh .... !" Pepek Minil bagai bocor. Airnya deras mengalir membasahi pahanya. Setelah itu suasana kembali sepi. Yang terdengar hanya suara angin yang menggesekan dedaunan di luar rumah dan suara jatuhnya titik air dari langit menjatuhi genting.

                                                                       bersambung kebagian keduapuluhsatu ........