Minggu, 02 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                                 edohaput 

Bagian keduapuluhlima

     Partini tersadar. Partini menemukan dirinya telanjang bulat. Tubuhnya hanya tertutup selembar selimut. Partini melihat sekeliling. Yang ditemukan hanya pak Lurah yang sedang tersenyum sambil merokok duduk di kursi dekat dengan ranjang dimana dia terlentang di bawah selimut. Partini mencoba mengingat apa yang sebelumnya terjadi. Dirawat dan didandani di Salon. Makan nasi goreng di restoran. Lalu kembali naik mobil bersama pak Lurah dan Slamet. Lalu ke hotel. Partini hanya bisa mengingat sampai disitu. 
     Setelah beberapa saat pak Lurah membiarkan Partini bingung, pak Lurah mendekati Partini dan duduk di tepi ranjang. " Ni .... " Sapa pak Lurah lembut. Partini menatap mata pak Lurah mencoba mencari sesuatu disana. Partini ingin bertanya mengapa dirinya berada di ranjang dan telanjang. Mengapa dirinya merasa sangat capai. Mengapa ada rasa tidak seperti biasanya di kemaluannya. Mengapa ada rasa kesemutan di payudaranya. Tetapi mulutnya kelu. Dan perasaannya menjadi aneh. Pak lurah melanjutkan kalimatnya setelah Partini memalingkan wajahnya. " Coba kau raba lehermu, Ni !" Berkata lembut begitu pak Lurah sambil tersenyum. Partini meraba lehernya dan disana melingkar sebuah kalung. " Sekarang di pergelangan tanganmu, Ni ! " Kata pak Lurah lagi. Dan Partini merasa di kedua pergelangan tangannya ada gelang - gelang yang terpasang. Terasa gelang - gelang itu berat di tangannya. " Dan di jarimu, Ni !" Kembali pak Lurah berkata. Partini tersadar di kedua jari manisnya terpasang juga cicin. Kalung, gelang, dan cincin belum dilihat Partini. Karena semuanya masih di bawah selimut. Pak Lurah telah memakaikannya perhiasan itu sebelum Partini sempat tersadar." Bangun, Ni. Mandilah di kamar mandi itu " Kata pak Lurah sambil menunjuk pintu kamar mandi. Berkata begitu pak Lurah kemudian berdiri dan meninggalkan Partini sendirian di kamar.
     Slamet mengetuk pintu kamar dan langsung masuk. Slamet mendapati Partini telah rapi berpakaian. Slamet memperhatikan tubuh Partini. " Wah kalungnya besar banget, Ni. Waduh gelang - gelangnya juga besar. Walah cicinnya itu bagus banget, Ni !" Celoteh Slamet. Slamet sangat tahu perhiasan- perhiasan yang dikenakan Partini itu. Karena di toko emas dia-lah yang memilihkan. Dan pak Lurah telah mengeluarkan jutaan rupiah untuk itu. " Dan ini tas barumu, Ni. Tadi aku yang memilihkan di toko. Mudah - mudahan kau senang " Slamet mengulurkan tas ke tangan Partini. " Bukalah tas itu, Ni !" Partini membuka tas yang baru saja diberikan oleh Slamet. Partini melihat di dalam tas yang dipegangnya lembaran - lembaran uang ratusan ribu yang tak terhitung oleh mata. " Sudah ayo pulang !" Slamet menggandeng Partini keluar kamar.
     Seminggu setelah peristiwa di hotel itu, Slamet menemui Partini. " Ni, den Lurah ingin ketemu kamu. Nanti malam jam tujuh kamu kujemput. Den Lurah menunggu di rumahku " Kata Slamet yang tidak dijawab Partini. Partini hanya menatap mata Slamet. Dan tatapan Partini ini diterjemahkan oleh Slamet sebagai tatapan atas kebencian pada dirinya. Slamet merinding juga ditatap demikian. Tatapan yang mengandung arti menyalahkan. Tatapan yang dirasakan Slamet sebagai tatapan menyesalkan mengapa dirinya tega menjerumuskan Partini. Slamet menjadi kikuk. " Gimana, Ni ?" Tanya Slamet dengan suara parau karena perasaan yang tidak enak. Partini tidak menjawab hanya mengangguk sedikit sementara matanya tetap menatap Slamet dan menjadikan Slamet tak betah berlama - lama di hadapan Partini. " Ya gitu, Ni " Setelah bertakata begitu Slamet segera meninggalkan Partini dan mengayuh sepeda onthelnya kuat - kuat agar larinya kencang. Slamet ketakutan terhadap tatapan Partini.
      Partini menyesali dirinya. Ia telah tertipu. Lomba ratu luwes yang dijanjikan pak Lurah hanya bohong. Itu hanya akal bulus pak Lurah agar bisa membawanya ke kota dan memerawaninya di hotel. Rasa menyesal Partini membuatnya menjadi nekat. Ia tahu undangan pak Lurah di rumah Slamet tiada lain pasti hanya ingin menyetubuhinya. Partini akan nekat layani pak Lurah. Semua sudah kepanlang tanggung. Perawannya telah diambilnya. Dan kini pak Lurahnya itu akan mengulangi menyenggamainya. Partini siap. Partini nekat. Partini tak lagi memikirkan kemaluannya yang sebenarnya keperawanannya akan dipersembahkan untuk Darman yang dicintainya. Kini kemaluannya akan terus diberikan untuk kepuasan pak Lurahnya. Partini sudah tidak perduli lagi kepada Darman. Partini sudah tidak akan peduli lagi akan kehidupannya.
     Pak Lurah yang sejak sore sudah menunggu di rumah Slamet melihat Partini datang bersama Slamet, segera menjemputnya di depan Pintu. Pak Lurah sangat senang Partini mau datang. Berarti Partini tidak mempersoalkan kejadian di hotel itu. Dan Partini pasti tidak menyesalinya karena perhiasan dan uang yang telah diberikannya. Dan yang lebih penting Partini pasti akan mau disetubuhinya lagi. Pak Lurah segera menggandeng Partini dan dibawa  ke ruang tengah yang disana oleh Slamet telah dipersiapkan kasur dan sprei bersih. Pak Lurah menawarkan minum. Partini menyambutnya. Pak Lurah dan Partini duduk di ranjang sambil minum. " Kau cantik, Partini. Kau nati pasti menang di lomba ratu luwes " Pak Lurah membuka percakapan di sela - sela minum. " Saya sudah tidak tertarik lagi kok den, dengan lomba ratu luwes " Jawab Partini yang mengagetkan pak Lurah. " Lho nanti kalau menang hadiahnya besar lho, Ni " Kata pak Lurah lagi. " Lomba ratu luwes itu sebenarnya tidak ada kan, den ? " Tanya Partini yang semakin mengagetkan pak Lurah. Mengapa Partini tahu kalau ratu luwes itu hanya akal - akalannya. " Den Lurah sudah dapat perawan saya sekarang apalagi, den " Kata Partini yang didengarkan pak Lurah bagai bunyi petir yang menggelegar. " Den lurah jujur saja kalau den Lurah hanya ingin tubuhku kan, den ?" lanjutan kalimat Partini ini juga mengguntur di telinga pak Lurah. Pak Lurah terdiam sebentar menunduk dan kemudian menatap mata Partini. Yang ditatap membalas menatap. Slamet yang menyaksikan kejadian ini bingung. Mengapa Partini tiba - tiba berani. Mengapa Partini yang bodo itu tiba - tiba bisa mengucapkan kata - kata yang bisa menyudutkan pak Lurahnya. Dan Slamet melihat Partini berani sedemikianrupa menatap pak Lurahnya. Dan tatapannya penuh dengan arti sikap menantangnya. Mengapa Partini tiba - tiba bisa berubah jadi begini. Pak Lurah kemudian tersenyum, dan memegang tangan Partini. " Maafkan aku Partini. Aku mencintaimu. Aku menyukaimu. Dan apa yang akan kamu minta aku akan penuhi Partini " Kata Pak Lurah dan mencoba menarik tubuh Partini untuk dipeluk. Partini menurut. Partini kemudian dipeluk pak Lurah. " Apa yang kamu minta Partini ? Pasti aku penuhi " Bisik pak Lurah di telinga Partini. Partini tidak menjawab. Ia hanya mendongakkan wajah dan mulutnya menganga menantang untuk dikulum. Melihat wajah Partini yang cantik dengan mulut menganga pak Lurah tak tahan. Pak Lurah  yang tadi sempat kaget atas kata - katanya Partini, kembali menganggap Partini gadis cantik yang bodo, yang miskin, yang bisa dipermainkannya dengan sesuka hatinya. Melihat mulut Partini yang menganga  nafsu birahi pak Lurah tiba - tiba menggelora. Segera diciumnya bibir Partini. Lama sekali pak Lurah mengulum bibir Partini. Dan Partini yang sudah nekat membalas permainan lidah pak Lurah. Partini secara ngawur juga menjulurkan lidahnya. Apakah yang dilakukannya itu benar sebagai balasan ciuman atau tidak Partini tak peduli. Yang jelas pak Lurahnya telah menjulurkan lidahnya dan membuatnya mulutnya geli, maka dibalasnya mulut pak Lurah dijuluri lidahnya. Pak Lurah kaget Partini membalas ciumannya. kekagetannya hanya berlasung sedetik karena setalh itu justru pak Lurah sangat menikmati juluran lidah Partini di mulutnya. Pak Lurah merebahkan Partini sambil terus mencium. Tangan pak Lurah sudah meremas payudara Partini. berganti - ganti penthil Partini memperoleh remasan dahsyat dari tangan pak Lurah. Partini yang sengaja tidak berbeha menyebabkan tangan pak Lurah sangat leluasa di penthil Partini. Tangan pak Lurah meluncur ke bawah mengarah ke selangkangan Partini. Bukan main kagetnya pak Lurah. Di selangkangan Partini pak Lurah menemukan kemaluan Partini tidak ditutup celana dalam. Kekagetan pak Lurah ini juga hanya berlangsung sedetik. Malah pikiran pak Lurah menjadi sangat senang. Berarti Partini memang sudah mempersiapkan diri untuk disenggamainya. Tanpa ampun kemaluan Partini segera menjadi permainan jari pak Lurah. Pertini merasakan kemaluannya geli luar biasa. Partini menggelinjang. Partini menikmati jari pak Lurah. Rok Partini telah lepas. Partini telanjang di pelukan pak Lurah. Pak Lurah melepaskan pelukannya, dan bergegas melepaskan bajunya, celana panjangnya dan kemudian celana dalamnya. Partini terlentang dengan kaki kangkang siap ditiduri. Tongkat pak Lurah mencuat. Bergegas pak Lurah segera melebarkan kangkangan kaki Partini. Ditubruknya Partini dan dalam sekejab tongkatnya telah menancap jauh ke kedalaman kemaluan Partini. Partini hanya bisa mendesah. " Aaaaaauuugghhhhh..... den..... !" Partini merasakan kemaluannya tertusuk benada besar, hangat, dan sangat membuat nikmat. Partini jadi lupa akan kejahatan pak Lurah. Yang dirasakan hanya enak. Eanak sekali di kemaluannya. Mendengar desahan Partini pak Lurah menjadi semakin kesetanan. Tanpa ampun kemaluan Partini segera dikocok dengan tongkatnya. Pompaannya tak berima. Pompaannya di kemaluan Partini sangat keras dan cepat. Partini menggeliat - geliat. Dadanya diangkat - angkat. Dan mulutnya terus mendesah. ".....Aaaaauuughh... den....aaaaahhhhh.... !" Partini tak dapat membendung rasa di kemaluannya. Partini melepaskannya. Partini orgasme. Partini mengangkat - angkat kakinya dan dilingkarkan dipinggul pak Lurah. Dengan sigap pak Lurah menelungkupkan tubuh Partini. Partini yang tengkurap diangkat pantatnya oleh pak Lurah. Kemaluan Partini menjadi terbuka dan tanpa ampun kembali tongkat pak Lurah menancap di kemaluan Partini dan dengan keras pula dipompakan. Tubuh Partini bergoyang - goyang maju mundur dan membuat sprei semakin awut - awutan. Kedua paha Partini dicngkam pak Lurah dan terus tubuh Partini ditarik dan didorong, sehingga tongkat pak Lurah keluar masuk di kemaluan Partini. Yang diperlakukan begitu hanya bisa mengaduh dan menjerit tertahan kenikmatan. Partini kembali orgasme. Kemaluannya sangat basah, sehingga suara kecipak - kecipak kemaluan Partini bisa didengar Slamet yang berada di dapur yang juga sedang malakukan onani sambil mengintip. Puas dengan posisi menembak kemaluan dari belakang, pak Lurah kembali menelentangkan tubuh Partini. Sebelum kembali menancapkan tongkatnya pak Lurah sempat mengelap kemaluan Partini dengan sprei yang sudah sangat tidak beraturan. Yang dilap kemaluannya hanya bisa meringis - meringis geli. Tongkat kembali menancap. Karena lendir di kemaluan Partini hilang karena dilap, kemaluan Partini menjadi seret lagi. Pak Lurah merasakan sempitnya kemaluan Partini. Kemaluan yang sangat terasa menjepit. Kemaluan yang masih penuh berbagai rasa di kedalamannya. Pak Lurah merapatkan paha Partini. Dengan posisi berjongkok kemudian pak Lurah kembali memompa kemaluan Partini dengan keras. Partini yang disenggamai dengan posisi ini menjadi semakin kelabakan karena kemaluan menjadi semakin menjepit tongkat pak Lurah yang besar, keras dan sangat kaku karena viagra. Partini tak tahan. Kemaluannya merasakan enak yang luar biasa. Geli yang amat sangat. Semua sisi kemaluannya, mulai dari bibir kemaluannya sampai dengan kedalaman kemaluannya semua tersentuh dan tergosok tongkat pak Lurah. Dirasakannya di dalam kemaluannya sangat  meradang bagai mau pecah dan : " Deeeeeeeennnnnn ...... aaauugggghhhhh.. ..aaahhhhh..... !" Partini menggelinjang hebat. Partini lagi - lagi sampai ke puncak. Tubuh Partini kemudian lunglai. Pak Lurah tak peduli, tak  berhenti memompa. Pak Lurah juga ingin mencari nikmat yang semakin mulai memuncak di penisnya. Maninya telah menumpuk semakin menggelembungkan tongkatnya. Pak Lurah mengganti posisi. Tak lagi berjongkok tetapi tengkurap bertumpu pada kedua tangannya yang ada di samping kirin kanan tubuh Partini. Dan kakinya selunjur ke belakang. Dengan demikian pak Lurah menjadi bisa semakin keras menyodokkan tongkat di kemaluan Partini yang telah berulang orgasme dan basah, licin, tetapi menambah nikmatnya tongkat pak Lurah. Napas pak Lurah semakin memburu. Keringat semakin mengucur. Dan wajahnya semakin memerah menahan rasa nikmat. Nikmat menyenggamai kemaluan gadis belia. Kemaluan yang masih begitu rapat. " Partini ....." Pak Lurah menatap wajah Partini yang terus menggeleng ke kiri ke kanan karena menahan rasa kemaluannya yang enak tak terperikan. Sekilas Partini menatap wajah lelaki yang penuh nafsu yang sedang menyenggamai kemaluannya. Yang sedang menyodok - nyodokan tongkat di kemaluannya. " Ayo ....Ni.... sekali lagi .... Ni ....sama ....sama...Ni !" Berkata begitu pak Lurah semakin mempercepat sodokannya. Dan dengan sigap pak Lurah mengangkangkan kaki Partini dan memposisikan pinggulnya di antara paha Partini dan menancapkan habis tongkatnya di kemaluan Partini. Tangannya memeluk tubuh Partini sangat erat. " Ni....sekarang....sekarang ..Ni.....Partini ........N i i i i i i i i i i .....!" Pak Lurah semakin menancapkan tongkatnya yang sebenarnya sudah habis tertelan kemaluan Partini. Pak Lurah seakan ingin seluruh tubuhnya masuk di dalam kemaluan Partini dan merasakan kenikmatannya. Di saat yang bersamaan Partini merasakan kemaluannya bagai tidak muat lagi menelan tongkat pak Lurah yang berkedut - kedut dan rasa hangat serta keleler - keleler mani pak Lurah yang tertumpah di kemaluannya, membuat kemaluan Partini merasakan sensasi yang luar biasa. Geli yang tak tertahankan. Dan di saat itulah kedua tubuh yang sedang bertumpuk itu saling berkelonjotan dan menimbulkan derik keras ranjang bambu tempat mereka berada di puncak senggama. Bersamaan dengan itu pula Slamet menjerit nikmat. Kemaluannya yang ada di dalam buah ketimun memuntahkan maninya. Buah mentimun pecah karena sodokan tongkat Slamet yang menggelembung hebat.

                                                bersambung kebagian keduapuluh enam .......