Jumat, 27 Januari 2012

Pengakuan

cerita dewasa edohaput
Pengakuan Satu 
                                                                                                                        edohaput


     Uang yang bakal saya hamburkan untuk memperoleh cerita pengakuan yang akan saya tuliskan ber-seri ini pasti tidak akan sedikit. Saya hamburkan uang bukan tiada guna. Sangat berguna. Berguna bagi diri saya sendiri dan mungkin berguna untuk anda pembaca, dan mungkin juga akan sangat berguna bagi mereka yang menyampaikan pengakuannya kepada saya. 
   Cerita ini tidak fiktif. Nyata adanya.Hanya saja saya membumbuinya dengan bahasa yang halus, sopan, dan penuh kesantunan agar lebih bisa menyentuh rasa. Siapa tahu anda pembaca dermawan, kemudian mau menghubunginya dan mau mengulurkan tangan untuk dirinya. Karena saya tahu persis canda dan tawanya adalah duka nestapanya. Dan air matanya adalah kepiluan lubuk hati yang tak tergapai oleh siapapun kecuali oleh dirinya sendiri. 
     Saya akan tulis ber-seri cerita pengakuan tentang hilangnya atau terenggutnya sebuah keperawanan perempuan. Dan pengakuan - pengakuan itu akan saya peroleh dari mereka yang saat ini sedang menjalani kehidupan sebagai wanita pe es ka. Mohon maaf jika nanti interval posting cerita pengakuan yang satu dengan yang berikutnya cukup panjang. Hal ini sudah saya perkirakan, sebab selain waktu saya ketemu dengan mereka, juga karena keuangan saya, dan juga tidak setiap pe es ka mau secara jujur mengaku dan mau memberikan pengakuan peristiwa terenggutnya keperawanan mereka.
     Saya akan membatasi terhadap pe es ka yang bisa saya korek pengakuannya. Saya menetapkan sarat. Yang pertama pada tahun dua ribu sebelas ini belum berusia tiga puluh tahun. Yang kedua berwajah cantik ( menurut saya ). Yang ketiga berpendidikan serendah - rendahnya sekolah menengah tingkat pertama. Dan yang paling penting mau jujur mengaku. Untuk yang terahkir ini pasti sangat tidak gampang. Tetapi saya semangat untuk mengejar itu. Tentu saja demi anda dan mungkin demi mereka. 
     Dan apabila saya menuliskan ponsel mereka diahkir cerita, mohon tolong jangan berbuat iseng. Jangan melecehkannya. Tetapi jika anda pembaca mau dan mampu, tolonglah mereka. Menolong bukan harus dengan materi, melainkan kata - kata bijak anda yang tidak menggurui, mungkin sangat dibutuhkan. Jika anda mengajaknya berkencan, jangan ingkari. Perlakukan dia dengan kasih sayang. Jangan siksa batin dan raga dia. Berikan lebih dari tarif yang dimintanya. Perlakukan dia dengan baik. Dia adalah juga manusia yang barangkali saat ini sedang terdesak dan tersesat.
     
Pengakuan Satu

     Saya tiba di kawasan pantai Parang Kusuma Bantul Yogyakarta masih sore. Mobil saya parkir di penitipan kendaraan. Saya bergegas ke pantai untuk sekedar menyentuh air laut. Hari kamis tanggal sembilan juni dua ribu sebelas. Malam Jum'at. Pantai Parang Kusuma pada setiap malam jum'at dan utamanya malam jum'at kliwon banyak dikunjungi orang untuk melakukan ritual kebatinan. Pantai ramai dikunjungi wisatawan domestik. Umumnya mereka adalah muda - mudi yang berpasang - pasangan sekedar duduk - duduk di pantai, atau ada yang mandi bermain dengan ombak, karena pantai Parang Kusuma adalah pantai yang landai sehingga tidak berbahaya untuk berenang. Ada juga yang naik delman pantai untuk menyusuri panjangnya pantai Pasang Tritis dan Parang Kusuma . Atau sekedar berpose di atas pelana kuda tunggangan yang disewakan. 
     Malam mulai merangkak. Saya sudah mimikri. Tak lagi kenakan pakaian lusuh yang saya kenakan ketika datang. Saya mencoba bersih, rapi dan wangi. Dari informasi yang saya dapatkan, mereka para pe es ka ini pada umumnya mangkal di pinggir lapangan di dekat pantai. Kaki, saya langkahkan kesana. Menyusuri jalan berpaving yang di pinggir jalan berderet warung - warung yang umumnya lampunya bernyala temaram. Pandangan mata saya mulai tertumbuk wanita - wanita berpakaian seksi.Ada yang bergerombol sambil duduk - duduk, ada yang satu - satu berdiri berjarak satu dengan lainnya, dan ada yang nangkring di atas motornya. Mata saya tidak bisa jelas melihat wajah mereka. Mereka berada di tempat terbuka mirip lapangan pasir pantai, dan mungkin dengan sengaja menjauhkan diri dari sorot lampu merkuri pantai.
     Saya mencoba lewat di depan mereka dan sejenak berhenti untuk menawarkan rokok pada mereka. Disaat saya menyalakan korek untuk membantu mereka menyulut rokok itulah saya bisa menerangi dan melihat wajah mereka dengan jelas. Dilihat dari roman muka mereka saya bisa memperkirakan bahwa mereka ada yang sudah berusia di atas dua puluh tahun, ada yang masih sangat muda berusia belasan tahun, tetapi ada juga yang sudah berusia di atas tiga puluh tahun, bahkan ada yang sudah berusia empat puluh tahunan. 
     Saya terus berjalan dan tiga bungkus rokok impor kesukaan mereka sudah habis aku bagi - bagikan. Saya belum menemukan yang saya cari. Cantik, muda, jujur. Cantik banyak. Muda banyak. Jujur ? Sulit. Ingin saya temukan wajah yang polos tak ber-make up, tidak kenes, tidak nel - nelan, tidak menawar - nawarkan dirinya, dan cenderung diam serta bermuka sedih. Yang begini biasanya mudah diajak bicara, tidak banyak berkelit dan jujur.
    Saya menemukannya. Dia sendiri dikegelapan. Berdiri menghadap ke pantai. Ditangannya ada ponsel yang sedang dimainkannya. Esemes barangkali. Saya mendekat. Dia tidak bergeming dan tidak menyapa. Kutawarkan rokok. Dia menolak mengatakan tidak merokok. Saya menyulut rokok yang sebenarnya hanya ingin menerangi wajahnya. Cantik. Pakaian yang dikenakannya sederhana. Tidak seksi. Inilah yang saya cari ! Muda, polos ,tidak berwajah nakal.
     " Kamarmu dimana ?" Saya membuka percakapan yang mengarah. Dia mengangkat wajah, memasukkan ponsel di sakunya, dan menunjuk arah. Mata saya mengikuti arah yang ditunjuknya. Sebuah rumah sederhana dengan lampu penerang teras rumah yang hanya lima wath. " Tarif ?" Saya menanyakan karena memang saya tidak tahu. " Tujuh puluh ribu " , jawabnya singkat sambil tersenyum ramah. Aku kaget, tubuh cantik begini tujuh puluh ribu ?  Murah amat ? " Oke ..ayo.. !" Kugandeng tangannya dan melangkah menuju arah yang ditunjuknya tadi.
     Aku diajak masuk kamar. Kamar yang amat - amat sederhana. Hanya ada kasur tipis. Sprei kumal. bantal kucel. Sempit dan pengap bau asap rokok. Mungkin tamunya merokok di kamar. Kasur tipis dibentangkan di lantai. Aku segera duduk dan menselunjurkan kaki. Dia masuk kamar mandi yang ada di dalam kamar. Kamar mandi yang tak berpintu. Keluar dari kamar mandi dia sudah tak lagi mengenakan roknya. Hanya beha dan celana dalam warna hitam yang menempel di tubuhnya. Dan melangkah ke arahku dan berhenti tepat di depanku. Posisiku yang duduk menyebabkan wajahku tepat berhadapan dengan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam. Aku mengelus kemaluannya dari luar celana dalam. " iiiihh !" Dia menjauhkan kemaluannya dan kemudian duduk di dekatku. Sangat dekat sampai aku bisa membaui parfum di ketiaknya. " Yuk, mas !" Sambil tangannya meraba - raba celanaku yang di dalamnya ada punyaku yang ereksi. Aku membalikkan tubuh dan berada di sampingnya yang terlentang dan kedua kakinya ngangkang. Aku meneruskan mengelus kemaluannya dari luar celana. Dia mau buka celana dalamnya. Aku melarangnya. Aku terus mengelus dan sedikit menekan - nekan. Dia menikmati. " Aaaaaahhh, mas ! Ayo ta ! Main saja !" Tanganku yang mengelus - elus punyanya dipegangi dan semakin ditekankan di kemaluannya. Setelah kurang lebih lima menit aku mainkan kemaluannya,  dia melenguh : " Aaaaahhh ..... mas... !" Dan celananya basah.
     Tanganku selesai. Aku merogoh dompet dan aku keluarkan tiga lembar pecahan ratusan ribu dan kuselipkan di behanya sambil aku sedikit meremas payudaranya. Dia mengambil uang yang kuselipkan. " Kok banyak banget, mas ?" Dia mengamati uang di tangannya. " Nanti masih aku tambah, dik !" Kataku lagi. " Nah, sekarang duduk !" Aku menyelimuti tubuhnya yang tidak mengenakan rok. Kemudian aku menyulut rokok dan membuka botol minuman lalu kusodorkan kepadanya. Dia menerima dan minum. " Aku ingin kejujuranmu ! Siapa namamu ? Asalmu ! Jangan bohong !" Aku membuka percakapan. Dia membetulkan Selimut di tubuhnya. Berdiri dan membuka tas yang tergantung di dinding. Mengeluarkan katepe dan memberikan kepadaku. " Tapi nama panggilanku Cipluk, mas " Kembali dia duduk dan bersandar dibahuku. Aku mengembalikan katepenya. Aku mengelus rambutnya. Aku peluk dan sebentar bibirnya aku cium. Setelah itu aku bertanya : " Aku ingin cipluk cerita siapa yang pertama kali meniduri Cipluk. Dimana dan kapan ?" Cipluk kaget. Tak lagi bersandar di bahuku dan menatap mataku dalam - dalam. Dan kulihat sorot matanya penuh tanda tanya. Lalu katanya : " Untuk apa, mas ? Aku malu ceritakan itu !" Aku tersenyum. Kutambahkan satu lembaran pecahan lima puluh ribu. " Aku ingin tahu. Dan tak usah malu " Kataku sambil menyelipkan uang di behanya. Cipluk menghela napas. Terdiam. Lalu katanya : " Untuk mas saja. Tolong jangan ceritakan kepada orang lain " Aku hanya bisa jawab : " Ya, pluk. Percayalah " Sambil aku membuka dompet dan menambah selipan di behanya lima puluh ribu lagi, tentu saja sambil kuremas payudaranya.  Ahkirnya uang bisa mengalahkan rasa malu Cipluk. Dan aku percaya  gelagat, Cipluk pasti mau cerita. 
     Cipluk membetulkan posisi duduknya. Duduk bersila, badan tegak dan selimutnya ada di bahunya. " Sebelum Cipluk berada di tempat kayak begini, Cipluk pelayan toko di kota Cipluk, mas. Cipluk dapat gaji dua ratus lima puluh ribu sebulan. Uang dua ratus lima puluh ribu sebulan sangat tidak cukup untuk mengobatkan mbokku di kampung yang menderita sakit paru - paru. Mbokku sakitnya parah, mas. Cipluk bingung. Cipluk mikir. Kerja apa sih yang cepet menghasilkan uang ? Terpikir oleh Cipluk pekerjaan yang paling cepat dapat uang banyak ya menjual tubuh. Karena teman Cipluk sudah ada yang begitu. Dan Cipluk juga pernah diajaknya. Tapi waktu itu cipluk tidak mau. Tapi karena ingat sakit simbok, ya cipluk mau nekat " . Cipluk kemudian terdiam. " Cipluk anak terahkir, mas. Kakak - kakak Cipluk pada tidak mau tahu sakitnya simbok. Bapakku sudah duluan meninggal. Cipluk yang tinggal serumah dengan simbok adanya hanya tak tega melihat simbok sakit " Cipluk terdiam lagi. Air matanya meleleh di pipi. Aku mengusapnya. Dan aku lagi - lagi mengulurkan minuman ke Cipluk. Cipluk minum. " Satu hari Cipluk berpamitan ke majikan, Cipluk ingin keluar dari pekerjaan sebagai pelayan di tokonya. Majikan Cipluk menanyakan Cipluk mau kerja apa lagi. Cipluk terus terang, karena butuh uang. Majikan Cipluk bilang, kalau mau bekerja begituan harus dilatih dulu. Dan majikan Cipluk mau melatih Cipluk. Bahkan mau memberi uang banyak jika Cipluk mau dilatih untuk begituan ". Cipluk lagi - lagi minum. Mungkin korongkongannya jadi kering dengan mengingat peristiwa yang dialaminya dulu. " Terus gimana, Pluk ?" Tanyaku yang mulai tak sabar. " Cipluk dibawa ke sebuah hotel oleh majikan Cipluk. Waktu itu siang hari. Di dalam kamar hotel Cipluk disuruh membuka baju, kutang dan celana dalam. Cipluk jadi telanjang, mas. Lalu Cipluk dibimbing majikan ke kamar mandi di dalam kamar itu. Di dalam kamar mandi majikan juga melepaskan semua pakaiannya, mas. Majikan juga jadi telanjang. Cipluk tidak tahu artinya, majikan waktu itu mengguyurkan air ke tubuh Cipluk. Seluruh badan Cipluk disabuni Majikan. Di payudara Cipluk Majikan lama sekali memutar - mutar sabun. Dan juga meremas - remas payudara Cipluk. Katanya payudara Cipluk masih ranum, kenyal dan menyenangkan sekali bagi yang meremasnya. Cipluk diminta berkumur sepuluh kali dan sikat gigi bersih - bersih. Setelah itu Majikan mengulum bibir Cipluk. Lidah Majikan masuk ke mulut Cipluk dan bermain di dalam mulut Cipluk. Rasanya geli sekali, mas. Tapi Cipluk ngrasakan enak. Begitu juga ketika payudara Cipluk diremas - remas juga enak, mas. Bahkan ketika Majikan memilin punting, Cipluk cuma bisa merintih, mas. Geli sekali. Tapi enak. Dan yang paling membuat Cipluk tak tahan ketika tangan Majikan bermain di tempe Cipluk, mas. Telapak Tangan Majikan terus memutar - mutar, mengelus naik - turun, dan menekan - nekan tempe Cipluk. Dan terus disabuni. Katanya tempe Cipluk cantik. Mungil dan rambut baru sedikit. Lalu jari Majikan masuk ke tempe Cipluk. Dan masuk keluar. Itulah yang membuat Cipluk tak tahan, mas. Cipluk hanya bisa menggeliat dan merintih. Tapi enak, mas. Dan saat jari Majikan di dalam tempe Cipluk, Cipluk merasakan ada yang sangat enak di tempe Cipluk. Tempe Cipluk pegal meradang bagai mau pecah. Dan tiba - tiba cipluk tak tahan. Dan tempe Cipluk geli dan enak banget. Waktu itu Cipluk tak tahu kalau itu orgasme dan kenikmatan. Ya, karena baru kali itu Cipluk rasakan, mas. Kemudian Majikan memeluk Cipluk. Dan Cipluk diminta Majikan untuk menggenggam dan mengelus - elus pistolnya. Cipluk genggam dan Cipluk elus - elus. Majikan tambah erat memeluk Cipluk. Malah juga terus menciumi leher Cipluk. Tak lama kemudian tangan Cipluk basah air kental, hangat yang keluar dari pistol Majikan. Waktu itu Cipluk tak tahu kalau itu ternyata air mani. Ya baru pertama kali itu Cipluk memegang pistol orang dewasa yang muncrat air maninya. Kemudian Cipluk diminta Majikan untuk membasuh pistolnya dan menyabuninya " Cipluk berhenti cerita meraih botol minuman dan minum. Mengupas jeruk yang aku bawakan dan menjejalkan ke mulutnya yang kecil dengan bibir yang tipis. " Dak usah tergesa - gesa Pluk, nikmati jeruknya. Aku mau temani kamu sampai malam larut " Kataku sambil mengupaskan jeruk untuk Cipluk dan menjejalkan ke mulutnya. " Jeruknya manis banget, mas. Beli dimana ? " Tanya Cipluk disela - sela menyisihkan biji buah jeruk di mulutnya. " di Jogya " Jawabku pendek sambil terus menyuapkan jeruk ke mulut Cipluk. " Pelan - pelan dong, mas. Mulut Cipluk tak muat ". Aku tertawa. " Terusin dak, mas, ceritanya ?" Cipluk menggoda, karena Cipluk tahu aku tadi serius mendengarkannya. " Ya terusin dong, Pluk, asyik je. Ni pistolku jadi kaku " Aku menunjukkan bagian celana yang menggelembung karena pistolku hidup. " Keluarin aja, mas. Biar Cipluk elus - elus ntar kan jadi muncrat maninya kayak punya majikan Cipluk dulu". Kata Cipluk sambil meraba bagian celana yang membusung. " Nanti aku keluarkan ! Malah nanti aku masukkan di tempemu. Trus maniku kubiarkan keluar di tempemu !" Kata - kata nakalku kulontarkan. " Sekarang saja yuk, mas. Musukkin. nanti Cipluk sambil cerita !" Cipluk menggoda. " Dak kamu cerita saja dulu. Nanti begitu cerita tamat, Aku buka celdammu dan kita cari kenikmatan, oke ?" Cipluk mengangguk. Cipluk memuntahkan biji jeruk dari mulutnya, dan mengelap bibirnya yang basah air jeruk dengan selimut, lalu : " Selasai di kamar mandi Cipluk dibimbing ke ranjang. Cipluk ditidurkan. Majikan  Cipluk jongkok di samping Cipluk. Pistolnya nampak kaku sekali, mas, waktu itu. Terus kaki Cipluk di kangkangkan lebar - lebar. Tangan Majikan Cipluk bermain - main lagi di tempe Cipluk. Dan Cipluk ngrasakan tempe Cipluk basah. Tapi sebelum itu ada rasa enak banget, mas, di tempe Cipluk. Ternyata Cipluk orgasme lagi. Majikan Cipluk kemudian berjongkok diantara paha Cipluk. Lalu merubah posisi bertumpu pada lututnya. Lalu semakin merendah dan pistol Majikan Cipluk rupanya sudah menempel di tempe Cipluk. Lalu kata Majikan, jika orang lain yang mengajari Cipluk pasti Cipluk akan kesakitan, tapi kalau Majikan Cipluk yang mengajari Cipluk, Cipluk akan keenakkan. Siang itu Cipluk pasrah, mas. Pistol Majikan Cipluk mulai menusuk tempe Cipluk. Tempe Cipluk ngrasakan enak banget ketika pistol Majikan Cipluk menekan lubang tempe Cipluk. Kemudian sangat pelan Majikan Cipluk mendorong pistolnya. Sangat pelan, mas. Tapi berjalan masuk. Tempe Cipluk ah... tak terbayangkan, mas. Pokoknya enak. Enak Banget. Lalu Majikan Cipluk memanggil - manggil nama Cipluk. Tapi pistolnya tidak digerakkan. Cipluk sudah bisa merasakan kalau pistol Majikan Cipluk sudah tertelan semua oleh tempe Cipluk. Karena Cipluk merasakan sudah tidak ada lagi ruang di dalam tempe Cipluk. Penuh tersumpal. Tapi enak. Saat itu tempe Cipluk tak tahan, mas. Geli luar biasa dan tiba - tiba tubuh Cipluk menggigil dan iiiiihhhh, mas. Euuunak banget tempe Cipluk. Tempe Cipluk yang dimasuki pistol, kok seluruh tubuh yang enak ya, mas ?  Cipluk tak ingat apa waktu itu Cipluk mendesah keenakan atau tidak. Setelah itu rasanya tempe Cipluk tak begitu tersumpal. Rupanya cairan nikmat Cipluk melicinkan pistol Majikan di dalam tempe Cipluk. Kemudian Majikan Cipluk mulai menarik mundur dan menekan lagi pistolnya ke depan . Saat itu ada rasa sedikit perih. Perih tapi enak. Terus pistol Majikan Cipluk bergerak maju mundur. Cipluk tak ingat lagi yang sedang terjadi. Tubuh Cipluk melayang. Bibir Cipluk telah dilumat mulut Majikan Cipluk. Payudara Cipluk tak tahu diapakan oleh Majikan Cipluk. Dan tempe Cipluk entah dipompa keras atau pelan Cipluk tak tak tahu lagi. Yang ada hanya enak, nikmat, melayang, bergetar, menggigil. Dan Cipluk hanya ingat waktu itu majikan Cipluk memanggil nama Cipluk dengan histeris dan Cipluk merasakan tempe Cipluk dipenuhi air, kental, lincin dan hangat. Dan Majikan Cipluk mendekap Cipluk sampai - sampai Cipluk sulit bernapas ".  Cipluk menghela napas panjang. Seolah sesaknya napas waktu itu dirasakan lagi. " Itulah pengalaman pertama, Cipluk, mas. Dan hari - hari selanjutnya Majikan Cipluk terus meminta Cipluk melayaninya. Kemudian Cipluk diumpankan ke teman - teman Majikan Cipluk. Setiap kali melakukan, Cipluk terus tetap sangat menikmati, mas. Rasanya rugi kalau pistol - pistol itu tidak dinikmati. Sejak saat itulah Cipluk terus tersesat sampai hari ini. Dan mbokku telah sembuh berkat obat - obat yang mahal. Tapi aku terus terjerumus sampai hari ini. Rasanya sulit meninggalkannya. Sebenarnya Cipluk sangat menyesal. Tapi kepalang tanggung. Kalau Cipluk berhenti dari ini apa mungkin masyarakat mau menerima orang sekotor Cipluk. Sedosa Cipluk. Cipluk belum menemukan jalan keluar. Cipluk sedih, mas. Apalagi kalau Cipluk lagi sadar sekarang ada dimana " Cipluk terdiam dan rupanya menahan menitiknya airmata. Air matanya ternyata tak tertahan. Dan mengalir membasahi pipi. Aku melihat wajah Cipluk yang menunduk dan sedikit terisak. Aku ulurkan sapu tangan. Cipluk menerimanya dan menggunakannya untuk menghapus air matanya. Lagi aku mengupas jeruk dan sebentar kemudian aku suapkan di mulut mungil Cipluk. " Sekarang kenakan lagi rokmu, kita jalan - jalan di pantai, Pluk !" Kataku sambil menggamit tangannya agar berdiri dari duduk. Cipluk mendongak dan menatap tajam mataku, lalu : " Lho....apa mas tidak meniduri, Cipluk ?" Tanyanya penuh heran. " Gampang, Pluk. Kita jalan - jalan di pantai dulu. Mumpung ada bulan. Ayo cepet kenakan rokmu !'' Aku memerintah Cipluk. 
     Cipluk selesai memakai roknya lagi. Dan keluar dari kamar mandi dengan rapi. Pecahan lima puluh ribu yang sudah kusiapkan lagi di tangan, aku berikan lagi ke Cipluk. " Lho,...mas, kok Cipluk diberi uang terus ta ?" Tanyannya penuh keheranan lagi. " Dah terima saja. Itu rezeki dari Tuhan. Mungkin malam ini Tuhan lagi memperhatikan kamu ". Aku mencoba berkilah agar Cipluk tak berpikir macam - macam. Aku membimbing Cipluk keluar kamar. Dan terus berjalan menuju pantai yang jaraknya tidak lebih dari dua ratus meter dari kamarnya. 
      Buih air laut berkilat - kilat tertimpa cahaya rembulan. Cipluk mengajak duduk di pasir pantai. Aku menurutinya. Cipluk duduk di antara pahaku dan bersandar di dadaku. " Mas ...." Cipluk tak meneruskan kalimatnya. Aku menunggu terusnya. Tetapi tak ada. Ahkirnya aku bertanya : " Ada apa, Pluk ?" Tiba - tiba Cipluk membalikkan badan dan memeluk aku erat - erat dan menangis sesenggukan. Aku mengangkat wajahnya yang dibenamkan di dadaku. Air matanya deras mengalir dan berkilat - kilat tertimpa cahaya rembulan. Aku mengusapnya. Kucium pipinya. Lalu kulumat bibirnya. Kubelai rambutnya. Cipluk menjadi berhenti menangis. Setelah kuketahui tangis Cipluk betul - betul reda kutanyakan kalimat yang belum terselesaikan tadi, : " Ada apa,  Pluk ?" Sambil kepeluk tubuh Cipluk. Dan aku merasakan payudaranya menekan dadaku. " Cipluk ingin keluar dari lembah dosa ini, mas. Tolong Cipluk, mas ". Mendengar kalimat Cipluk itu aku bingung harus aku jawab bagaimana. Tak terpikirkan olehku kalau akan ada ujung cerita yang seperti ini. Tadi aku mengira tangis Cipluk adalah tangis penyesalan hilangnya keperawanannya. Ternyata tangis Cipluk adalah menangisi nasibnya  yang berkepanjangan terjerumus di lembah dosa. " Kamu masih muda. Keluarlah dari tempat ini. Tekatmu yang akan membimbingmu untuk menemukan jalan keluar. Tuhan mencintai ciptaannya. Jangan takut untuk menderita di luar sana. Mumpung masih muda. Jangan terlambat ". Tak terasa kalimatku meluncur keluar yang mungkin tidak dipahami Cipluk. " Caranya, mas ?" Tanya Cipluk yang membingungkan aku untuk menjawabnya. Aku hanya bisa memeluknya lagi dan mencium bibirnya lagi dan selesai mencium bibirnya aku bisikkan ditelinganya : " Pulanglah ke mbokmu. Bermainlah di pasar. Jangan jemu - jemu pergilah ke pasar. Jika Cipluk sudah menemukan yang cipluk  pikirkan, buka tabungan dan mulailah ". Mendengar kalimatku Cipluk kembali memeluk erat tubuhku dan katanya : " Terima kasih, mas. Belum pernah ada tamu Cipluk sebaik mas " . Malam makin larut. Udara semakin dingin. Dan air laut pasang semakin mendekati dimana aku dan Cipluk duduk. 


                                                                                  ada pengakuan 2 .......


ini nomor hp dia 085879938416 jangan pernah punya niat jahat untuknya. Jika hanya iseng  jangan hubungi. Jika tulus mau menolong lakukanlah. Tuhan Maha Tahu, Maha Pemberi dan Maha Pengampun bagi penolong. Dan Tuhan Maha Tahu dan Maha Membalaskan bagi yang jahat.