Sabtu, 21 Mei 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                   edohaput

Bagian kedelapan 

     Mbok Sargini mendapati Darman berdiri di depan pintu kamar mandi rumahnya. " Lho kamu ta, Man ?", tanya mbok Sargini. " Ada tamu pak Tuman ya, mbok ?", Darman balik bertanya pura - pura tidak tahu atas kejadian yang baru saja disaksikannya. " Iya ini sedang tak carikan gula untuk bikin minum malah tergesa - gesa pulang ", jawab mbok Sargini. Dalam hati Darman menyalahkan mbok Sargini. Kenapa Partini ditinggal berlama - lama bersama pak Tuman. Untung Partini masih bisa menyadari. Kalau tidak keperawanannya hilang dinikmati pak Tuman. " Tumben ta mbok, di rumah tak ada gula. Lha tadi siang simbok kan suruhan saya ke pasar beli gula tiga kilo ta ? Dan gula itu belum dibawa ke warung ta, mbok ? ".  Mendengar kata - kata Darman begitu mbok Sargini hanya diam. Ia meninggalkan Partini bukan untuk mengambil gula ke warung. Itu hanya pura - pura. Yang benar adalah memang sengaja Partini ditinggalkan berdua dengan pak Tuman. Mbok Sargini memang memberi kesempatan kepada pak Tuman agar bisa leluasa merayu Partini. " Wis, Man. Aku ngantuk dan capai seharian di warung aku mau tidur ", kata mbok Sargini dan terus ngeloyor masuk kamarnya. Begitu masuk kamar kebiasaan mbok Sargini tak lagi - lagi keluar. Pulas tertidur karena kecapaian.
     Darman masih berdiri di depan kamar mandi dimana Partini di dalamnya sedang membersihkan sperma pak Tuman yang membasahi bajunya, dadanya dan tangannya. " Par, jangan lama - lama di kamar mandi ini sudah malam. Nanti kedinginan. Napa ta  Par ? Mandi ya ?", tanya Darman dari luar kamar mandi. " Simbok tadi masuk kamar ya, kang ", tanya Partini dari dalam kamar mandi. " Ya, tidur ! Tu ...malah sekarang dah ngorok ! Wis yo gek keluar dari kamar mandi !", pinta Darman. " Tolong ambilkan anduk, kang ! Itu digantungan !", pinta Partini. Darman mengambil anduk. Membuka sedikit pintu kamar mandi. Dan tangannya mengulurkan anduk ke Partini lewat celah pintu yang sedikit terbuka. " Masuk saja, kang ! Aku sedang sabunan !", pinta Partini. " Dak  ! Ini .... cepat .... diterima !", jawab Darman sambil menggoyang - goyangkan handuk. Partini dengan cepat menarik tangan Darman. Darman menabrak pintu kamar mandi dan tak urung jadi sempoyongan masuk kamar mandi. Darman mendapati Partini telanjang bulat. Partini mengguyurkan air di badannya. Darman melempar handuk ke tubuh Partini dan mau keluar. Dengan cepat Partini menggamit tangan Darman dan menariknya sehingga Darman menubruk Partini. " Kamu itu jangan edan ta, Par !" bentak Darman sambil melotot. Partini tahu Darman tak pernah memarahinya. Tak pernah benar - benar membentaknya. " Kang baru saja aku mau ditiduri oleh pak Tuman. Pepekku  diobok - obok, kang. Kang Darman tahu ta kalau tangan pak Tuman itu besar dan jari - jarinya panjang ? Jarinya masuk sampai dalam sekali , Kang. Trus digerak - gerakkan di dalam pepekku. Perih lho, kang ", Partini menceriterakan yang baru saja dialaminya. Darman diam saja karena apa yang diceriterakan Partini diketahuinya. " Wis ....wis ....dak usah cerita ini andukan !" Darman menempelkan handuk di tubuh Partini yang telanjang. " Kang, sekarang aku dipeluk, kang. Trus pepekku dielus - elus ya, kang. Kalau yang ngelus - elus kang Darman dan yang masuk ke pepekku jari kang Darman enak sekali lho, kang ", berkata begitu sambil Partini menempelkan tubuh telanjangnya ke Darman. " Lho piye ta, Par ! Ini nanti bajuku jadi basah. Wis ayo cepat ke kamar, ganti baju !" Darman melototi Partini. Yang dipelototi malah semakin manja. " Tapi kang Darman ikut ke kamar ya, kang !", Kata Partini manja dan sambil menyelimuti tubuh bagian bawahnya dengan handuk. Keluar dari kamar mandi diikuti Darman. Sampai di depan pintu kamar, Darman mendorong Partini agar segera masuk kamar. Kemudian dari luar kamar ia menutup pintu. " Lho kang Darman kok dak ikut masuk !", kata Partini sambil membuka lagi pintu kamar dan melihat Darman masih di depan pintu. " Kalau kang Darman dak mau masuk kamar aku ke kamar mandi lagi lho, kang !", Partini mengancam sambil matanya memelas memohon Darman masuk ke kamarnya. Kalau sudah begitu Darman kalah. Ahkirnya menuruti. Darman masuk kamar. Partini menutup pintu kamar rapat - rapat dan menuju ranjang, membuang handuknya dan rebah terlentang dengan kaki kangkang. Kemalauannya dilihat Darman membuka. Buah dadanya kencang menantang. Perutnya rata berkulit bersih di dekat pusar ada tahi lalat kecil. " Ayo kang, tiduri aku ", kata Partini yang diucapkan dengan nada memelas. Darman masih tetap berdiri terpaku di pinggir ranjang sambil mengamati Partini yang telanjang  dan kakinya ngangkang. " Ayo ta, kang. Sarung kang Darman dilepas ", kata Partini sambil terus menatap Darman yang bingung. " Kang ....ayo...ta...kang. Tiduri aku, kang ", kata - kata Partini semakin memelas. Darman duduk di tepi ranjang dan matanya menatap mata Partini. " Kang, ..... kang Darman itu ngerti dak ta kalau ....ka...lau ...aku itu sayang banget sama kang Darman ", kalimat Partini yang ini diucapkan lirih, tetapi ditelinga Darman bagai petir menyambar. Dan kalimat itu menusuk relung kalbunya. Darman jadi semakin membisu. Ditatapnya dalam - dalam mata Partini. Darman tidak tahu mengapa tiba - tiba di kedua sudut mata Partini mengalir air mata. Partini menangis yang hanya diwujudkan dengan lelehan air mata. Darman benar - benar tidak mengerti ada perasaan apa di hati Partini. Ada mengalir rasa iba terhadap Partini. Darman menghapus air mata Partini dengan tangannya. Ditarikanya tubuh Partini, sehingga Partini terduduk dan dipeluknya tubuh telanjang Partini dengan rasa iba yang penuh sayang. Diciumnya pipi Partini dengan penuh sayang. Dan di pipi itu ada cair hangat yang dirasakan Darman. Dengan lembut dan lirih Darman mebisikkan kalimat di telanga Partini : " Partini .....aku sangat mencintaimu....Par...". Mendengar kalimat Darman yang diucapkan dengan lirih dan berbisik di telinganya, Partini merasakan ada kesyahduan di hatinya. Dan seluruh tubuhnya seakan dijalari ketenangan dan ketentraman di pelukan Darman. Partini memeluk Darman seekan tak akan dilepaskannya. Air mata Partini semakin deras mengalir. Tetapi tak ada isakan di mulutnya. Partini sangat damai dan berbahagia di pelukan Darman. Partini mendongakkan wajah persis di depan wajah Darman dan mulutnya meluncurkan kalimat - kalimat yang mengagetkan dan sekaligus membuat Darman sangat iba dan trenyuh. " Kang ..... aku sangat iklas ....kalau yang pertama kali meniduri aku adalah kang Darman. Aku sangat takut dengan kejadian  ahkir - ahkir ini, kang. Rupanya simbok selalu mengumpankan aku pada orang - orang kaya itu. Mas Mursinu....pak Tuman .... koh Tiong ... seekan simbok membiarkan aku untuk dipermainkannya, kang. Malah kemarin sore kang Samidi datang ke warung. Warung sepi. Aku melihat kang Samidi memberikan sesuatu pada simbok. Simbok terus pergi. Katanya mau pulang ke rumah mengambil sayuran. Kang Samidi yang tadinya sedang minum teh, menyusul aku yang sedang mencuci piring di dapur warung. Tiba - tiba kang Samidi memeluk aku dari belakang. Terus meciumi pipiku. Aku meronta, kang. Tapi pelukkannya kang Samidi kuat sekali. Tanganya kanannya dengan paksa merogoh - rogoh masuk di dasterku, kang. Meremas - remas penthilku. Tangannya terus gerayangan kemana - mana. Dan ahkirnya berhenti di pepekku. Disitu terus dengan kasarnya mengobok - obok pepekku. Celana dalamku ditarik - tarik sampai sobek, kang. Terus kang Samidi mengeluarkan kemaluannya dan ditusuk - tusukkan ke pepekku, kang. Untung celana dalamku tak lepas. Dan pahaku aku rapatkan. Kemaluan kang Samidi terimpit pahaku, kang. Dan maninya kang Samidi keluar setelah agak lama thitthit kang Samidi menyodok - nyodok pahaku  " . Partini diam sejenak menatap mata Darman. " Aku ini siapa ta, kang. Nasibku kok kayak begini ". Air mata Partini tak berhenti mengalir dari kedua matanya yang indah. Darman mengusap air mata Partini dengan penuh iba. Kemudian menciumi wajah Partini. Bibir Darman ahkirnya menyentuh bibir Partini yang setengah terbuka. Dirasakan oleh Darman bibir Partini hangat basah dan lunak. Darman meneruskan mencium bibir Partini. Partini membalas ciuman cinta kasih Darman dengan penuh perasaan cinta pula. Disela - sela berciuman Partini terus meminta : " Tiduri aku, kang......aku iklas....tiduri aku, kang ...... perawanku untukmu, kang. Ayo ta, kang ..... tiduri aku......". Tangan Partini masuk ke sarung Darman dan menemukan benda hangat, kaku, dan mencuat. Tangan Partini menarik sarung Darman dan lepas melorot. Darman tinggal mengenakan celana dalam. Tangan Partini mengeluar mengeluarkan thitthit Darman dari celah celana dalam. Sambil terus memeluk Darman Partini rebah, sehingga tubuh Darman menindih tubuh Partini. Tangan Partini terus memainkan thitthit Darman yang sudah mencuat dari celana dalam. Partini merubah - rubah posisi rebahnya, sehingga ahkirnya pinggul Darman berada di antara paha Partini yang mengangkang dengan lututnya ditekuk ke atas dan menjepit pinggul dan pantat Darman. " Ayo, kang .....masukkan ..... ayo kang .... " , pinta Partini sambil mengangkat - angkat pantatnya sehingga berulang kali ujung penis Darman menyentuh - nyentuh bibir kemaluan Partini yang dirasakan oleh Darman lembut, basah, dan hangat. " Kamu akan jadi isteriku, Par. Besuk akan kumasuki setelah kita nikah ". Kata Darman sambil terus menciumi pipi dan bibir Partini. Darman merubah posisi agak melorot menjauhkan tongkatnya yang sangat kaku dari pepek Partini yang sudah siap terbuka dimasukki. Kini tangan Darman meremas penthil Partini dan terus turun ahkirnya berhenti di selangkangan Partini yang disana ada kemaluan Partini yang bibirnya terbuka dan basah. Darman memasukkan jarinya di pepek Partini. Mulutnya terus menciumi Partini. Jarinya terus maju mundur semakin lama semakin dipercepat seirama dengan geliatan Partini. Setiap Partini mengangkat - angkat pantat jari Darman semakin masuk ke liang kemaluan. Partini merasakan kenikmatan di pepeknya. Kepala jadi tergeleng ke kiri - ke  kanan, sehingga Darman tak lagi bisa mencium bibir Partini. Ahkirnya mulut Darman pindah ke penthil ranum dan kenyal. Partini merasakan kegelian nikmat penthinya. Sementara di pepeknya jari Darman dirasakan sangat nikmat. Partini merasakan pinggulnya kaku, penthilnya mengejang, lubang pepeknya menjepit jari Darman kuat - kuat dan yang dirasakannya hanya melayang dan ahkirnya semua rasa bertumpu di kemaluannya, kedua kakinya berkelenjotan, tangannya menjambak rambut Darman,  kepalanya tak berhenti bergerak menoleh ke kiri ke kanan dengan cepat kemudian desahan dan erangannya  tak tertahankan : " Kang ......kang .......kang Darman .......aaaaahhhhhh....kaaaaaaang !" Habis begitu Partini lemas terkulai dengan mata terpejam. Darman menarik jarinya dari lubang pepek Partini yang sangat basah. Kemudian Darman memegang tongkatnya sendiri dan mengocoknya. Partini yang membuka mata dan melihat Darman mengocok thithitnya yang sangat kaku segera bangkit dan memegang kelelakian Darman yang keras kaku menghangat dan memerah. Darman merasakan sangat pegal di kemaluannya. Tangan Partini yang halus lembut dirasakannya sungguh nikmat. Tangan Partini meremas lembut dan bergerak maju mundur. Darman tak bisa menahan rasa luar biasa nikmat di kelelakiannya. Dipeluknya Partini kuat - kuat dan diciumnya bibir Partini. Pinggul Darman kejang. Mata terbeliak menatap Partini dengan sorot penuh kenikmatan cinta. Partini membalas tatapan Darman sambil tersenyum cantik sekali dan di sudut matanya kembali mengalir air mata haru dan cinta menyaksikan kekasihnya yang akan segera sampai di puncak rasa. Dan dari mulut Partini keluar ucapan yang penuh kasih sayang : " Kang ...... kang ..... kang Darman ....". Darman tak kuat menahan : " Par.....Paaaaarrrr ..... Paaaarrrrttinniiiiiiiiii ........." . Darman memeluk tubuh telanjang Partini. Partini merasakan di genggaman tangannya kelelakian Darman berkedut - kedut dan di tangannya terasa ada meleleh cairan hangat, kental dan licin. Sesaat kemudian Darman lemas, ambruk dan rebah memeluk Partini. Suasana jadi sunyi. Yang terdengar hanya dengkuran dari kamar mbok Sargini.

                                                       bersambung kebagian kesembilan ........