Rabu, 21 September 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput
Anggungan Perkutut

                                                                                                                             edohaput 

Bagian keduapuluhempat

     Hari masih pagi. Jam belum menunjukkan pukul delapan. Partini mengenakan rok yang paling baik yang dimilkinya. Rok itu tak lebih baik dari rok - rok yang paling jelek dan paling kumal yang dikenakan gadis kota. partini berdiri di pinggir jalan tepat di perempatan jalan desa. Tak lama kemudian muncul dari arah barat mobil pak Lurah. Model sedan warna hitam. Mobil berhenti dan Slamet keluar dari mobil dari pintu depan. Slamet membimbing Partini masuk mobil di jok depan yang tadi didudukinya. Slamet pindah di jok belakang. Mobil berjalan lagi menuju kota. 
     Di dalam mobil pak Lurah melirik Partini yang duduk kaku di samping. Roknya yang kependekan menyebabkan paha Partini terbukan. Pak Lurah menelan ludah. " Duduk yang santai saja, Ni. Punggungnya disandarkan " Kata pak Lurah sambil memngganti gigi presneling agar mobil tambah laju. Partini menuruti kata - kata pak Lurah dan kini posisi duduknya Partini santai. Punggungnya disandarkan di sandaran jok. Paha Partini jadi semakin terbuka hampir sampai ke pangkal paha  karena roknya yang memang kependekan itu jadi tertarik kebelakang lantaran ia duduk sandaran. Pak lurah menjadi mengemudi kurang konsentrasi karena matanya ingin melihat paha Partini. Paha seorang anak dari hasil hubungan antara mbok Sargini dengan babah Ong. Paha yang putih berbulu halus. " Sudah sarapan, Ni ?" Tanya pak Lurah sambil melirik paha Partini. " Sudah den " Jawab Partini sambil terus mengamati jalanan di depan mobil, dan sekali - sekali melihat pinggiran jalan yang dipenuhi rumah - rumah bagus. Mobil telah memasuki jalan beraspal dan melaju mulus tidak seperti sebelumnya yang melewati jalan desa tak beraspal. Payudara Partini yang tak berbeha lantaran tak ada beha yang baik tak lagi terguncang - guncang seperti sebelumnya ketika mobil menapaki jalan desa. Mobil melaju tambah kecang. Partini sedekap memeluk payudaranya sendiri. " Dingin ya, Ni ? " Tanya pak Lurah sambil melihat payudara Partini yang ditekan tangannya sendiri. " Ya den ini anginnya kok dingin banget ". Jawab partini. " Itu ace, Ni. Ya gini ini kalau wong desa dak pernah naik mobil bagus ". Timpal Slamet dari jok belakang. Pak Lurah mengecilkan sentoran angin ace. Tidak lama kemudian mobil berhenti tepat di depan Salon Ayu. Slamet bergegas turun membukakan pintu mobil untuk Partini. Pak Lurah segara membimbing Partini masuk di Salon Ayu. Salon termewah dan termahal di kota. Salon tempat para kalangan menengah ke atas merawat kecantikan. Seorang perempuan paruh baya tergopoh - gopoh menyambut kedatangan pak Lurah. Perempuan yang make up over menor ini adalah pemilik salon dan terkenal dengan panggilan tanten Lina. " O .. ini ya, pak. Gadis yang bapak maksudkan untuk dirawat ". Kata tante Lina kepada pak Lurah. " Cantik banget ! Siapa namamu, dhuk ?" Tanya tante Lina kepada Partini sambil tersenyum. " Partini, bu !" Jawan Partini. " Ah ... jangan panggil bu, ndhuk ! Tante .... gitu, ah !" Tante Lina ramah meminta Partini memanggilnya dengan sebutan tante. Partini hanya tersenyum. " Ya sudah ditinggal saja dulu, pak. Tiga jam lagi silakan kembali.. Partini sudah selesai aku rawat " Kata tante Lina kepada pak Lurah. Tak menjawab pak Lurah segera meninggalkan salon dan menuju mobil bersama Slamet melaju di jalan kota.
     Partini mendapat perawatan tubuh, perawatan wajah dan di make up. Partini merasa sangat bingung tapi sangat senang. Partini merasa sangat dimanjakan. Tubuhnya di lulur. Rambutnya dikeramas. Wajahnya dibersihkan. Partini  tak percaya kalau ini sedang terjadi pada dirinya. Partini tak percaya ini nyata. Partini merasa bagai mimpi di surga. Setelah selesai di make up, Partini didandani dengan kain kebaya. Lagi - lagi Partini tidak percaya kalau bayangan di cermin itu adalah dirinya. Mengapa aku sangat cantik ? Benarkah  aku berubah jadi sangat cantik ? Partini terkesima oleh kecantikkannya sendiri.
      Pak Lurah dan Slamet yang sudah kembali datang di salon dan segera dipersilahkan oleh tante Lina untuk melihat Partini di ruang belakang. Partini sedang diambil gambarnya dengan berbagai pose oleh fotografer salon. " Dia itu Partini ?" Bisik pak Lurah ke telingan tante Lina yang berdiri di sampingnya. Tante Lina mengangguk dan tersenyum sambil memperhatikan wajah pak Lurah yang tidak mempercayai matanya sendiri. Edan ! Kau sangat cantik Partini ! Seandainya lomba ratu luwes itu benar ada kau pasti menang ! Sayang itu hanya rekayasaku agar aku bisa membawamu ke kota dan menikmati tubuhmu ! Mata pak Lurah tak berkedip memperhatikan Partini yang sedang diatur - atur pose oleh fotografer. Pak Lurah menjadi tak sabar,  ingin rasanya segera memeluk Partini. Menciuminya. Tongkat pak Lurah mengembang di dalam celananya. Setelah selesai dengan fotografer Partini dibawa tante Lina ke dalam kamar. Keluar kamar Partini tidak lagi berkain kebaya. Rok baru dengan potongan seksi dikenakan di tubuh Partini. Dengan rok barunya Partini tampak tidak hanya cantik tetapi menjadi cantik dan seksi. Selesai dengan tante Lina yang menyodorkan nota, pak Lurah segera menggandeng Partini keluar dari salon. Mobil melaju dan berhenti di restoran terbesar di kota. Partini menjadi menarik perhatian pengunjung restoran. Pak Lurah dengan bangganya menggandeng Partini. Partini yang seksi. Partini yang cantik. Partini yang bersepatu hak tinggi. Partini yang memiliki kaki panjang dan bersih. " Mau makan apa, Ni ?" Tanya pak Lurah setelah mereka mengitari meja. " Bakso saja, den " Partini menjawab. Slamet menahan tawa. " Tahumu itu cuma bakso dan mie ayam ya, Ni !" Ledek Slamet. " Ini menu makanan, Ni ! Silahkan pilih yang kamu suka !" kata pak Lurah sambil menyodorkan buku menu. Partini melihat - lihat isi buku menu dan matanya terus melotot. Bingung. Belum pernah Partini melihat harga seporsi makanan semahal itu. " Nasi goreng saja, den " Ahkirnya Partini memilih. " Minumnya teh saja " Partini mengulurkan buku menu kepada Slamet. Slamet memilih, pak Lurah menulis.
     Dari restoran mobil melaju dan berhenti di halaman hotel. Hotel Graha Nendra. Hotel termewah di kota. Pak Lurah segera membimbing Partini masuk ke hotel. Pegawai resepsionis hotel segera menjemput pak Lurah dan memberikan kunci kamar. Rupanya pak Lurah telah lebih dulu memesan kamar. Pak Lurah terus menggandeng Partini. Pintu kamar dibuka. Partini menolak masuk. " Pulang saja, den. Sudah sore. Nanti simbok cemas " Rengek Partini. Pak Lurah tak menggubris rengekan Partini. Ditariknya Partini masuk kamar. Pak Lurah mengunci pintu dari dalam. " Ayo den pulang saja " Rengek Partini lagi. Kembali pak Lurah tak menggubris. Dipeluknya tubuh Partini. Partini meronta. Tetapi tiba - tiba Partini tidak punya tenaga. Tubuhnya lemas. Matanya berkunang - kunang. Dan setelah itu tak ingat apa - apa lagi. Rupanya ramuan obat yang dimasukkan oleh pegawai restoran ke gelas teh Partini atas suruhan pak Lurah sudah bekerja. Partini pingsan. Pak Lurah segera mengangkat tubuh Partini dan ditidurkan di ranjang mewah yang belum sempat dikagumi Partini. Sejenak pak Lurah mengagumi kecantikan Partini yang make upnya masih di wajahnya. Pak Lurah segera melucuti pakaian. Pak Lurah telah telanjang. Tongkatnya yang besar tampak begitu kaku dan mendongak. Satu demi satu yang dikenakan partini mulai dilucuti pak Lurah. Mulai dari sepatu baru, rok baru, beha baru, sampai pada celana dalam baru yang dikenakan oleh tanten Lina di tubuh Partini telah lepas. Partini pingsan telanjang. Nafsu birahi pak Lurah menggelagak. Diangkatnya tubuh telanjang Partini dan dipangkunya. Tangannya mulai meremas payudara Partini. Mulutnya tak henti - hentinya menciumi mulut Partini yang ternganga basah. Dari payudara tak sabar tangan terus turun ke selangkangan Partini. Tangan pak Lurah menemukan kemaluan Partini. Tanpa ampun kemaluan Partini menjadi bulan - bulanan tangan dan jari pak Lurah. Partini tidak tahu apa yang sedang dialami tubuhnya. Partini hanya merasakan mimpi melayang - layang. Puas dengan bibir, payudara, dan kemaluan, pak Lurah kemudian kembali menelantang tubuh telajang Partini. Lebar - lebar kaki Partini dikangkangkan. Sejenak ditatapnya kemaluan Partini yang bibirnya telah terbuka merekah. Kemaluan yang masih cantik. Dengan bibir yang halus belum berkerut. Kemaluan yang masih perawan. Kemaluan yang belum tersentuh tongkat. Bulu - bulu halus menghiasi kecantikan pepek Partini. Pepek yang sebentar lagi akan disantap. Dirasakan kenikmatan. Dirasakan jepitannya. Dirasakan kedutannya. Ah ... Partini ! Wajahmu cantik. Kemaluanmu ayu ! Dengan posisi menelungkup pak Lurah menempelkan ujung tongkatnya di bibir kemaluan Partini. Dibiarkan sebentar ujung tongkatnya menikmati kehangatan bibir kemaluan Partini yang basah oleh jel yang dioleskan tadi sambil mempermainkannya. Sambil memeluk tubuh Partini, tongkatnya didorong maju. Perlahan - lahan tongkat pak Lurah melesak masuk di kemaluan Partini. Edan ... enak sekali ! Kemaluan perawan cantik ! Nikmat luar biasa ! Pak Lurah terus menekankan tongkat dan ahkirnya tenggelamlah seluruh tongkat pak Lurah di dalam kemaluan Partini. Pak lurah menikamti kedalaman kemaluan perawan. Tongkat tidak digerakkan. Tapi dinikmati. Edan ! Enak sekali ! Sambil terus menciumi payudara, bibir dan leher Partini, pak Lurah mulai menikmati kemaluan perawan dengan menggerakkan tongkat maju mundur. Apa yang dilakukan pak Lurah bagai bersetubuh dengan boneka Love doll sex. Semakin lama semakin memburu napas pak Lurah dan semakin cepat pula memaju mundurkan tongkat di kemaluan Partini. Ketika dirasa mani mau menyembur pak Lurah berhenti menyodokkan tongkat. Ketika rasa mulai reda kembali tongkat mengembang kempiskan kemaluan Partini yang tidak seukuran dengan tongkat pak Lurah. Sebentar kemudian tubuh Partini ditengkurapkan. Dengan tangannya yang kokoh pantat Partini diangkatnya. Dan Tongkatnya dimasukkan dari belakanng dan dipompanya dengan penuh Nafsu. Sebentar kemudian kembali tubuh Patini ditelentangkan. Kembali tongkat melesak masuk. di liang senggama Partini. Sambil terus mendekap tubuh Partini, semakin cepat pak Lurah memompa kemaluan Partini. Mani yang ada di salurannya sudah sangat banyak. Terkumpul dan semakin menambah besar tongkat. Ujung tongkat telah sangat meradang nikmat. Pak Lurah semakin memacu pantatnya. Edan ! Enak sekali ! Kemaluan perawan cantik ! Kemaluan yang belum pernah tertusuk tongkat. Edan tak tertahankan nikmatnya ! Pak Lurah tak tahan. Siap menyembukan maninya di kemaluan Partini. Hentakan demi hentakan menggoyang - goyang tubuh Partin. Pak Lurah mendekap erat tubuh Partini, dan tongkat ditekan kuat - kuat dan di dalam kemaluan Partini  menyudul sesuatu yang membuat tongkat semakin tak tahan membendung mani. Dan ......" aaaaaaauuuuughhhhhhh ! Partini ! N i i i i i i i ......... ! " Cairan kenikmatan dari tongkat pak Lurah menyembur - nyembur di kedalaman kemaluan Partini. Setelah beberapa saat pak Lurah mencabut tongkatnya. Dari kemaluan Partini meleleh cairan putih kental bercampur darah merah perawan. Pak Lurah ke kamar mandi dicucinya tongkatnya. Kemudian dengan gayung pak Lurah membawa air ke ranjang. Dengan sangat pelan dan hati - hati kemaluan Partini dilap. Mulai dari bibir sampai liang senggama Partini dilap dan dibersihkan oleh pak Lurah. Kemudian pak Lurah menyelimuti Tubuh sintal, segar, dan indah yang tergolek telanjang di hadapannya. Pak Lurah istirahat santai. Minum dan merokok. Perkiraannya Partini belum akan siuman. Pak Lurah tahu betul kasiat dan ketahanan ramuannya. Selesai dengan rokok dan minumannya kembali pak Lurah mendekati tubuh Partini. Selimut di buka. Dipandanginya tubuh muda telanjang di hadapannya. Dan tangan mulai tak tahan untuk merabanya. Mula - mula payudaranya yang ranum dan memerah karena remasan tadi. Dikulumnya lagi bibir Partini yang masih ada sisa - sisa gincu merahnya. Dijilatinya leher Partini yang wangi. Kembali tongkatnya mengencang. Kaku dan terasa pegal. Kembali kaki partini dikangkangkan. Ditatapnya kemaluan partini yang bibirnya memerah lantaran tadi sudah cukup lama dikocok tongkatnya. Bibir kemaluan Partini sedikit lebih tebal dari pada sebelum di senggamainya tadi. Kembali pak Lurah menelungkup dan mengarahkan tongkat yang kaku pegal ke pepek Partini. Sekali dorong amblaslah seluruh tongkatnya. Mudahnya tongkatnya masuk ke kemaluan Partini dikarena di kemaluan Partini masih tersisa maninya yang melicinkan liang senggama. kambali napas pak Lurah memburu, Dan tongkatnya lebih dahsyat memompa dari pada persenggamaan yang pertaman, Maju mundunya tongkat lebih keras. Sampai - sampai menimbulkan suara kecipak di kemaluan Partini. Sambil terus memeluk kuat tubuh Partini yang lunglai dan menciumi wajah dan bibir Partini pak Lurah terus memompa tongkatnya sambil melenguh - lenguh kenikmatan. Keringat membasahi sekujur tubuhnya. Sampai - sampai keringat menetes - netes di tubuh Partini. Kegiatan mencari kenikmatan yang kedua telah berlangsung sepuluh menit. Ujung tongkatnya yang terus menerobos - nerobos lubang sempit, yang di kedalamannya terdapat beraneka rasa enak mulai tahan. Di saluran maninya telah terkumpul sangat banyak dan semakin menggelumbungkan tongkatnya. Pak lurah Siap menyemburkan lagi maninya di kemaluan Partini. Dengan kedua tangannya pantat Partini sedikit diangkat dan pompaan tongkat dipercepat dan diperkeras. Dan Pak Lurah menjerit kenikmatan. " P a r t i i i i i i i n n n n n  i i i i i i i i ............ ! " Tak kalah banyak dari yang pertama mani pak Lurah menyemprot rahim Partini. Seandainya saja Partini menerima ini dalam keadaan sadar barangkali Partini akan merasakan kedalaman kemaluannya disentor benda cair hangat kental yang sangat luar biasa banyak. Sampai disitu pak Lurah belum berhenti memompa rasanya ingin maninya tertumpah semakin banyak lagi dan kenikmatan yang dirasakan bertambah - tambah. Tak ayal jika dari kemaluan partini terdengar suara ..... ceprot ....!.....ceprot ..... ceprot ..... ! Dan seprei di bawah pantat Partini bagai tersiram air segayung.

                                           bersambung kebagian keduapuluhlima .................