Jumat, 09 September 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 


                                                                                                                        edohaput 


Bagian keduapuluhdua

     Darman kembali ke kota untuk menemui polisi. Ia bermaksud menyampaikan laporan atas hasil misi tugasnya yang dibebankan oleh polisi kepada dirinya. Ia akan melaporkan temuannya tentang pak Lurahnya. Darman yakin pak Lurahnya terlibat terhadap kematian Partini maupun kematian Surinah alias Rini. Namun yang dibawa Darman ke polisi hanya sebatas cerita. Belum mengarah kepada bukti. Darman menceriterakan kepada polisi tentang perlakuan pak Lurah terhadap Minil. Polisi tidak menganggap perlakuan pak Lurah terhadap Minil sebagai benang merah yang bisa menghubungkannya dengan kematian Partini maupun Surinah alias Rini. Cerita Darman yang terahkir ini tak bisa dipakai sebagai alat untuk menuduh pak Lurah terlibat atas meninggalnya Partini maupun Surinah. " Ceritamu yang terahkir ini hanya bisa membuktikan bahwa pak Lurahmu itu doyan bersenggama dengan daum muda, Man. Belum bisa dipakai sebagai alat untuk menuduh pak Lurahmu terlibat atas kematian Surinah atau pun Partini ". Kata polisi yang menerima laporan Darman. Darman yang lugu, bodo dan tak tahu proses hukum bingung. " Lha terus saya gimana lagi, pak ?" Tanya Darman. " Tugasmu amati terus kegiatan pak Lurahmu ! Apa perkembangan selanjutnya yang dilakukan pak Lurahmu itu terhadap Minil ". Kata polisi yang lainnya. Yang duduk sambil mengetik di komputer, lalu katanya lagi : " Semua laporanmu, semua ceritamu tidak sia - sia, Man. Sudah saya catat. Saya rekam di komputer ini. Sudah ini kamu ngrokok dulu, Man !" Polisi itu mengangsurkan sebungkus rokok kepada Darman. Darman merokok, menikmati asap rokok. " Jadi pak Lurahku belum bisa dipanggil dan ditanyai seperti saya dulu itu, pak ?" Tanya Darman. " Belum, Man ! Tetapi tunggu saatnya nanti. Kalau memang perlu pasti akan dipanggil untuk dimintai keterangan ". Jawab polisi yang duduk persis di hadapan Darman. " O begitu ta, pak ? " Darman mengeluh. " Lha iya ta, Man. Polisi tidak boleh grusa - grusu. Polisi harus mempunyai bukti dulu. Supaya tidak dua kali kerja ".  Polisi memberi penjelasan kepada Darman. Polisi yang lain menimpali : " Kamu harus terus membantu kami, Man ! Polisi sebenarnya sudah punya rencana untuk mengungkap meninggalnya Partini dan Surinah. Kamu sabar, Man. Polisi punya keyakinan pasti akan terungkap ". Polisi yang lain lagi juga memberi penjelasan kepada Darman. Darman hanya melongo, karena tidak tahu apa rencana polisi.
     Dari kantor polisi darman meluncur ke rumah Slamet. Darman ingin menemui Slamet. Barangkali Slamet bisa memberi informasi tambahan tentang kegiatan pak Lurah. Slamet di rumah sedang menikmati teh kental manis ketika Darman datang. " Sini, Man. Kebetulan ! Temani aku minum ! Ni, ada singkong bakar ! Ni, teh kental manis !" Kata Slamet setelah Darman duduk. " Ni, gelasnya, Man. Tuang sendiri tehnya !" Kata Slamet lagi. Darman menuang teh. Mengangkat singkong bakar. Mengupas kulitnya dan makan sambil minum. " Tumben banget, Man, kamu datang ke rumahku. Biasanya lewat sini, noleh saja tak mau. Apalagi mampir. Lho kok ini sajaknya datang seperti ada keperluan ". Slamet nerocos menyindir Darman. Darman diam saja. Mulutnya penuh singkong bakar. " Habiskan saja singkongnya, Man. Lapar, ya ? Tu, di dapur masih ada nanti aku ambilkan lagi ". Slamet melihat cara makan Darman yang seperti orang kelaparan. Darman memang lapar. Sejak pagi sampai siang di kantor polisi. Darman belum sempat makan. " Hari ini dapat ojekkan berapa, Man ?" Tanya Slamet. Darman tak menjawab. Mulutnya terus mengunyah dan menelan singkong. Dua potong singkong bakar dan tiga gelas teh telah masuk di perutnya. Darman tak lagi lapar. " Trima kasih, ya Met. Aku jadi kenyang ". Darman bersendawa. Kemudian menyulut rokok. " Gini, Met. Kedatanganku kesini mau minta pertimbangan sama kamu ". Darman mulai bicara. " Weh ... apa dak keliru, Man. Minta pertimbangan kok ke aku ". Jawab Slamet. " Dengarkan dulu, Met. Aku kan belum ngomong apa - apa. Orang bisa saja beri pertimbangan baik, kalau dia tahu masalahnya ". Darman memberi penjelasan ke Slamet. " Ya ....ya.... dah cepat ngomong kalau aku bisa kasih pertimbangan ya nanti aku beri, kalau tidak maaf lho, Man ". Slamet seperti tak sabar ingin tahu apa yang akan dimintakan pertimbangannya. " Met, gimana Met. Kalau aku ingin menikahi Minil ? Nah ini,  yang ingin aku mintakan pertimbanganmu ". Darman berbohong besar kepada Slamet. Karena yang sebenar - benarnya Darman tak sedikitpun ingin menikahi Minil. Kebohongan Darman bertujuan agar Slamet terpancing cerita tentang Mnil dan barangkali akan cerita tentang hal - hal lain yang memang diharapkan Darman keluar dari mulut Slamet. " O... jadi malam itu ketika kamu di rumah yu Kurni itu kamu mendekati Minil ta, Man ?" Tanya Slamet. " Ya ... tapi malam itu Minil kan di rumahmu ini ta, Met ? Kata kamu pada yu Kurni Minil ketiduran Betul itu, Met ?" Darman bertanya, pura - pura tidak tahu terhadap kejadian yang sesungguhnya yang disaksikannya lewat lubang intip. Kini Slamet yang berganti berbohong : " Betul, Man. Lha Minil itu sedang diajak ngomong - ngomong sama den Lurah kok ngantuk. Padahal Minil mlam itu diberi uang untuk ongkos jahitan kain - kain yang juga den Lurah yang memberi uangnya untuk beli kain ". Mendengar penuturan Slamet ini Darman tersenyum dalam hati. Kebohongan Slamet sangat nyata. Minil bukan ngantuk dan ketiduran. Tetapi Minil kelelahan dan sempat pingsan ketika keperawanannya direnggut pak Lurah dengan cara senggama yang kasar malam itu. " Nah, Met. Gimana kalau aku ingin menikahi Minil ?" Darman lagi berbohong minta pertimbangan Slamet. Slamet bingung. Darman ini serius apa main - main ? Kalau serius terus bagaimana dengan pak Lurah yang pasti sedang suka - sukanya sama Minil. Kalau nanti benar Minil dilamar Darman, pak Lurahnya akan kehilangan kesenangan. Dan ia akan kehilangan penghasilan. Karena setiap kali pak Lurahnya ingin Minil ia lah yang pasti menjadi mak comblangnya. Dan karena itu ia dapat upah yang tidak sedikit. " Lho, kok diam Met ? " Tanya Darman mencari penegasan dari Slamet. " Sebelum aku kasih pertimbangan, aku tanya kamu, Man. Apa yang menarik dari Minil, kok kamu ingin menikahinya ?" Slamet malah ganti bertanya. " Lho ...gimana ta, Met. Aku ini mau minta pertimbangan kok malah ditanya ". Jawab Darman sambil tertawa. " Soalnya gini, Man. Minil itu cuma gadis bodo, esde saja tak tamat. Lugu, wagu, dan kurang ayu. Mlarat lagi. Apanya sih yang menarik ?" Slamet merendahkan Minil di depan Darman. Agar Darman tidak menyukai Minil. " Tapi, Met. Bokongnya itu lho, Met. Terus .... itu penthilnya yang baru tumbuh itu. Terus ..... Minil itu ayu lho, Met. Terus ..... pasti pepeknya enak banget. Mulut Minil itu kan kecil, Met. Pasti juga pepeknya juga sempit. Dan .... itunya, Met..e... e... bibir Minil itu merekah dan selalu basah kayak kena madu ". Slamet terdiam. Dalam hatinya membetulkan apa yang dikatakan Darman. Pak lurahnya juga sangat puas sama Minil. Bahkan pak Lurah telah meminta kepadanya agar Minil terus dipantau. Jangan sampai ada orang yang menginginkan Minil selain pak Lurahnya. Minil memang gadis bodo, bonsor, tapi amat menggairahkan. Minil akan menjadi gula - gula pak Lurahnya. Wah, Darman ini rupanya akan menjadi pengacau ! Pikirnya. " Lho kok diam, Met. Mana pertimbanganmu ? " Darman mendesak Slamet. Slamet bingung mau jawab apa. Slamet tidak pernah tahu kalau dirinya sedang dicoba untuk masuk perangkap. Maka jawabnya mulai jujur : " Menurut aku jangan, Man. Kamu akan menyesal kalau kamu menikahi Minil, Man. Minil itu sudah tidak lagi perawan ". Mendengar penuturan Slamet ini Darman pura - pura terkejut. " Ah ... kamu jangan ngawur, Met. Masak iya Minil sudah tidak lagi perawan. Kamu ya, Met yang memerawani Minil. Iya ,Met ?" Darman terus mencoba memasang perangkap dengan kalimatnya yang menyudutkan Slamet. Slamet tidak pernah merasa kalau dirinya sedang dipancing untuk berceritera tentang Minil. " Betul, Man. Minil itu sudah tak lagi perawan. Tapi bukan aku, Man, yang memerawani Minil ". Slamet rupanya sudah tak tahan untuk tidak jujur. " Lalu siapa, Met. Kalau bukan kamu. Hanya kamu kan, Met, yang selama ini dekat sama Minil ?" Darman menjebak Slamet dengan kalimat yang semakin menyudutkan Slamet. " Kalau bukan kamu, apa den Lurah ya, Met ?" Pertanyaan Darman yang terahkir ini sangat membingungkan Slamet. Slamet terdiam sesaat dan hanya menikmati rokok dan kemudian : " Tapi ini rahasia lho, Man. Sebenarnya yang memerawani Minil ya den Lurah, Man ". Mendengar jawaban Slamet ini hati Darman berjingkrak kegirangan. Kena kamu, Met ! Darman gembira tapi Darman tidak menampakkan kegembiraannya, justru sikap pura - pura kaget yang ditampakkan. " Nah, Man. Apa kamu masih ingin menikahi Minil ?" Tanya Slamet sambil memperhatikan wajah Darman yang menunjukkan kekecewaan. " Wah ... kalau begitu tak jadi saja, Met. Terima kasih, untung kau beritahu. Kalau tidak kecewa aku ". Darman pura - pura. " Untung kamu minta pertimbangan aku, Man. Kalau tidak bisa - bisa Minil itu kamu ceraikan setelah kamu nikahi ". Kata Slamet dengan penuh kebanggaan. Pernyataan Darman tidak lagi ingin menikahi Minil membuat Slamet lega. Kegiatan menyomblangi antara pak Lurah dan Minil tidak terganggu. Tidak ada yang mengacau. Berarti uang dari pak Lurah bakal terus mengalir ke sakunya. Dan komisi demi komisi pasti akan diberikan Minil pada dirinya. " Wah enak ya,Met. Jadi orang kaya seperti den Lurah itu. Duitnya banyak. Perawan saja bisa dibelinya. Padahal den Lurah itu isterinya saja sudah tiga ya, Met. Kok masih suka sama perempuan lain " Darman mulai memasang perangkap lagi dengan umpan membicarakan pak Lurah. Lalu kalimat Darman lagi : " Lha kalau orang miskin seperti kita ini, tongkat hidup cuma bingung mau dimasukkan kemana. Paling - paling dikocok sendiri atau dimaksukkan di pepek kambing ". Mendengar penuturan Darman ini Slamet hanya bisa tertawa. " Sudah pernah merasakan pepek kambing ya, Man ?" Tanya Slamet di sela - sela tawanya. " Terus terang sudah, Met. Habis tak tahan. Dan pepek kambing ternyata enak juga, Met. Kamu juga pernah kan, Met ?" Darman ganti bertanya. " Ya ini nasib perjaka miskin ya, Man. Tapi aneh lho, Man. Kambingku itu kalau aku gitukan kok diam saja. Malah pantatnya dimundur - mundurkan, Man. Apa kambing juga merasakan enaknya tongkat kita ya, Man ? Dan anehnya juga, Man. Kalau aku selesai sama pepek kambing kok terus badan ini lunglai banget. Dan rasanya aku sangat puas. Beda dengan kalau aku kocok sendiri lho, Man ". Darman tertawa ngakak mendengar penuturan Slamet. Selesai dengan ngakaknya Darman kembali fokus pada kegiatannya memasang umpan untuk perangkapnya. " Siapa ya, Met. Gadis di dusun kita ini yang pernah diperawani den Lurah, ya ? Partini dan Ririn ya, Met ?" Slamet yang tidak menyadari kalau kalimat Darman ini adalah  kalimat menyelidik dijawabnya dengan ucapan yang spontan dan tak terpikirkan lebih dulu. " Hus.... jangan ungkit - ungkit peristiwa lama !" Ucapan Slamet ini disampaikan sambil melototi Darman.
     Hus .... Jangan ungkit - ungkit peristiwa lama ! disimpulkan oleh Darman bahwa pak Lurah ada hubungan dengan Partini dan Surinah alias Ririn. Dan Slamet tahu hubungan itu. Tak bakal meleset dugaannya selama ini. Pak Lurahnya pasti terkait dengan kematian Partini dan Surinah. Darman menjadi semakin yakin anggungan perkutut itu pasti tanda pak Lurah malam itu ada di rumah Surinah. Darman tidak ingin tergesa - gesa. Strategi mengorek Slamet harus diatur lebih hati - hati. Agar Slamet bisa buka mulut tanpa disadarinya kalau dirinya sedang dikorek. Kali ini Darman telah memperoleh informasi yang sangat berharga. Dan informasi berharga ini akan disampaikannya kepada polisi.

                                     bersambung kebagian keduapuluhtiga ..........