Jumat, 21 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 


                                                                                                                          edohaput


Bagian Ketigapuluh 


     Hari - hari selanjutnya di rumah Slamet pak Lurah terus dan terus menggarap Surinah. Yang digarap mau - mau saja. Karena memang sangat nikmat juga dhuwitnya yang semakin hari semakin menumpuk di lemari Surinah. Surinah pernah menolak untuk digarap pak Lurah di rumah Slamet, karena dhuwit yang diberikan pak Lurah kurang banyak. Surinah ingin harta pak Lurahnya cepat menipis. Dengan begitu pasti akan terjadi huru - hara di keluarganya. Huru - hara itu yang diinginkan Surinah. Surinah ingin keluarga pak Lurahnya berantakan. Isteri - isterinya pada protes. Para pembantu pada keleleran. Dan saudara - saudara pak Lurah pada ribut. Tetapi itu tak terjadi. Pak Lurahnya sungguh kaya. Surinah tak bisa menyakiti pak Lurahnya sebagai pelampiasan dendam atas kekurangajaran pak Lurah merenggut keperawanannya dan terus menghinanya dengan selalu memberinya uang untuk disetubuhi sebagai pemuas nafsu gilanya.  Sebaliknya justru Surinah yang tenggelam dalam kenikmatan dan timbunan dhuwit pemberian pak Lurah.
     Persenggamaan demi persenggamaan yang dilakukan pak Lurah dan Surinah selalu membuahkan kenikmatan yang luar biasa bagi keduanya. Keduanya melupakan bahwa air mani yang masuk di kemaluan bisa menyebabkan hamil. Satu hari ketika pak Lurah lagi - lagi ingin dipanggilkan Surinah, Slamet pernah mengingatkan : " Den saya kawatir jangan - jangan Surinah hamil, den. Tolong den Lurah hati - hati " Pak Lurah yang diingatkan begitu juga sempat kaget : " Benar, Met. Aku lupa meminta Surinah menelan pil anti hamil. Padahal aku sudah berkali - kali menyetubuhinya ya, Met. Ah ..... mudah - mudahan Surinah sudah menjaganya ". Slamet menimpali : " Mudah - mudahan, den. Jangan sampai yang terjadi pada Partini terulang lagi, den ". Slamet mengahkiri kalimatnya dengan nada kawatir.
     Surinah memang telah hamil. Surinah menyadarinya. Perubahan rasa di perutnya yang sering mual, dan keinginannya makan makanan yang asam - asam untuk menghilangkan rasa jelih di mulut, adalah tanda - tanda ia hamil. Dan yang paling disadarinya adalah sebulan yang lalu tidak lagi ada kedatangan menstruasi. Surinah yang tidak bisa mencelakan pak Lurahnya dengan terus menguras dhuwitnya, kini kehamilannya yang akan digunakan untuk merusak nama pak Lurahnya. Surinah tidak gelisah akan kehamilannya. Bahkan ia ingin perutnya segera membuncit. Ia akan pamerkan perut buncitnya ke siapa saja. Dan ia akan mengatakan bahwa buncitnya perut adalah perbuatan pak Lurah. Dengan begitu pasti akan terjadi huru - hara di keluarga pak Lurah. Surinah tidak ingin pak Lurahnya bertanggung jawab terhadap janin yang dikandungnya. Surinah tahu persis kalau pak Lurahnya tak akan menikahinya. Lagi pula Surinah tak pernah bercita - cita menjadi isteri ke empat pak Lurah. Surinah bercita - cita bisa diperistri pemuda baik. Pemuda yang mencintainya. Seorang pemuda yang memeluknya penuh cinta. Bukan penuh nafsu birahi. Surinah tak suka pemuda seperti Mursinu. Yang pernah menciumnya, pernah meremas payudaranya, dan pernah mengobok - obok kemaluannya. Mursinu yang telah pernah nekat melakukan itu karena uangnya. Surinah merasa terhina. Surinah merasa dirinya telah dilecehkan. Walaupun semua yang terjadi juga bukan semua salah Mursinu. Salah dirinya juga mengapa ia waktu itu tergoda oleh ingin memiliki hape. Sehingga uang dari Mursinu membuatnya membiarkan yang dimilikinya dengan mudah dipermainkan Mursinu. Mursinu pernah juga melamarnya. Tapi Surinah menolak. Surinah tahu pemuda seperti Mursinu hanya suka ketika dirinya cantik. Satu saat ketika dirinya tak lagi cantik di mata Mursinu alias Mursinu bosan, dia pasti akan ditinggalkan Mursinu untuk mencari yang lain. Pemuda yang diinginkan Surinah adalah Trimo. Trimo adalah pemuda yang baik di mata Surinah. Pemuda yang tidak pernah berangsan. Pemuda yang selalu bertutur kata baik. Diam - diam Surinah telah jatuh hati kepada Trimo. Trimo yang setiap kali datang di warungnya untuk membeli rokok selalu melempar senyum sopannya. Trimo yang setiap kali berjumpa dengan dirinya selalu menanyakan kesehatan dirinya. Kesehatan bapak dan emaknya. Trimo yang pernah membuang ulat bulu yang merambat di punggungnya dengan sangat hati - hati. Trimo yang pernah memayunginya ketika ia kehujanan dari rumah Gandung kakaknya. Malam itu hujan lebat. Gelap dan halilintar menyambar - nyambar. Karena payung yang kecil menyebabkan Surinah merapatkan tubuhnya di tubuh Trimo. Surinah merangkul perut Trimo. Trimo merangkul pundak Surinah. Trimo tidak berbuat macam - macam. Padahal kesempatan sangat ada. Bisa saja Trimo merangkul sambil mengelus payudaranya. Bisa saja Trimo memeluknya dan mencium pipinya atau bibirnya karena tubuhnya sangat rapat dengan tubuh Trimo. Tetapi Trimo tidak melakukannya. Trimo malah justru sangat hati - hati membimbingnya di kegelapan malam yang hujannya sangat lebat. Trimo yang malam itu tak mau mampir di rumahnya karena tahu bapak dan emaknya tidak di rumah. Trimo yang hanya mengantarkan dirinya pulang sampai di pintu rumah dan Trimo yang berkata sangat menyejukkan hatinya. " Rin .... segara mandi ya. Keringkan badanmu. Trus minum teh panas. Jangan masuk angin ya, Rin. Besuk aku datang beli rokok dan  aku melihat kamu tetap sehat  ".  Berkata begitu dan sambil melempar senyumannya Trimo segera membalikan badan dan pergi meninggalkannya. 
     Surinah sangat tahu kalau Trimo jatuh hati juga pada dirinya. Surinah selalu melihat sorot mata Trimo yang di dalamnya tersirat rasa sayang dan cinta pada dirinya. Belum pernah ada kata sayang dan kata cinta dari mulut Trimo. Tetapi perlakuan Trimo pada dirinya telah lebih dari itu. Dan Surinah- pun tahu kalau Trimo sebenarnya juga telah mengetahui kalau dirinya juga memendam rasa terhadap Trimo. Surinah selalu membayangkan ada di pelukan Trimo. Pelukan sayang. Pelukan cinta. Pelukan yang lembut. Kini cita - cita itu telah buyar. Dirinya telah mengandung janin pak Lurah hasil hubungan nafsu jahat. Hasil dari persenggamaan yang kasar penuh nasfu dan kenikmatan. Hasil persetubuhan yang membuat dirinya selalu mendesah, melenguh, dan menggelinjang. Hasil persenggamaan yang membuat kemaluannya menjadi terasa begitu lebam dan tebal karena sodokan tongkat yang menggila. Hasil dari persetubuhan yang setiap lima menit ganti posisi. Antara posisi terlentang pak Lurah di atas menggenjot pepeknya. Posisi nungging yang membuat pepeknya sangat geli. Posisi miring yang membuat payudaranya dengan mudah diemut - emut pak Lurah. Posisi terlentang kangkang lebar - lebar dengan kedua kaki terangkat, sehingga pak Lurah dengan mudah dan sangat kuatnya menggenjot kemaluannya yang sempat menimbulkan suara ....ceplok ....srepet ....ceplok ... srepet ....cleplok .... dan dirinya tak kuat menahan orgasme yang menyebabkan jeritan kenikmatannya. Persenggamaan yang selalau berlangsung berlama - lama, karena pak Lurah sebelumnya menelam obat kuat. Persetubuhan yang sungguh menikmatkan karena sebelumnya dirinya selalu diminta minum cairan perangsang. Belakangan Surinah-pun menjadi sadar kalau malam ketika dirinya diperawani pak Lurah, dirinya telah lebih dulu diperdaya dengan perangsang. Perangsang yang membuatnya tidak bisa  menahan untuk segera disenggamai. Perangsang yang membuat dirinya lupa. Perangsang yang membuat kemaluannya begitu ingin disentuh. Perangsang yang membuat kemaluannya terasa mengembang pegal dan serasa ingin ditekan - tekan. Perangsang yang membuat payudaranya menjadi kaku ingin diremas. Perangsang yang membuat pikirannya ingin melakukan senggama dan orgasme. Perangsang yang membuat liang vaginanya mengucurkan kebasahan.
     Satu hari dengan tidak sengaja kehamilannya diketahui Slamet. Surinah kepergok Slamet ketika makan mangga muda di rumah. Slamet yang datang disuruh pak Lurah mengantar dhuwit dan menjemputnya untuk disetubuhi, melihat Surinah begitu lahab menikmati mangga muda. " Manis mangganya, Rin ? " Tanya Slamet curiga. " Dak, masam banget !" Jawab Surinah ketus. " Lha kok lahab ?" Tanya Slamet lagi tambah curiga. " Mulutku jelih, kang. Enak banget kalau makan yang masam - masam !" Surinah tetap ketus tanpa memperhatikan kehadiran Slamet yang membawa amplop tebal. " Waduh .... jangan ....jangan .....kamu ..... ? " Kalimat Slamet terputus. " Hamil ... ?! Benar kang, aku hamil. Bulan kemarin aku tak kedatangan !" Kata Surinah tambah ketus. Slamet pucat. Yang ditakutkan ahkirnya datang juga. Akankah berita buruk ini disampaikan kepada pak Lurahnya ? Apa perbuatan pak Lurah selanjutnya ? Akan seperti Partini-kah nasib Surinah ? Slamet bingung. Sedih. Takut. Kawatir. Slamet merasa berdosa. " Den Lurah ingin ngeloni aku yang kang ? " Tanya Surinah tetap dengan melahab mangga muda yang terus dikupasnya. " Benar, Rin. Dan ini uang untukmu ". Jawab Slamet takut - takut sambil meletakkan amplop tebal di depan Surinah duduk. " Den Lurah kesini saja, kang. Dak usah di rumah kang Slamet. Malam nanti bapak dan emak pergi ke rumah kang Gandung ! Dan suruh den Lurahmu itu, malam nanti dak usah meminumkan ke aku obat perangsang. Mulutku mual !" Kata Surinah tetap ketus dan tidak tertarik melihat amplop tebal yang ada di depannya. Slamet kaget ternyata Surinah tahu kalau dirinya telah selalu diperdaya pak Lurahnya. Lidah Slamet kelu. Dan karena takut Surinah marah, maka Slamet buru - buru pamit meninggalkan Surinah yang tetap terus melahab mangga muda.
     Dari rumah Surinah Slamet tidak pulang ke rumah, melainkan langsung menuju rumah pak Lurah. Kabar buruk tentang kehamilan Surinah harus segera disampaikan ke pak lurahnya. Slamet akan menyarakan kepada pak Lurah agar kandungan Surinah bisa digugurkan. Pak Lurah pasti bisa. Pak Lurahnya punya banyak kenalan dukun - dukun bayi yang bisa diperintahnya. Dan mungkin pak Lurahnya punya kenalan dokter yang bisa dimintai bantuannya.
     " Surinah hamil, den ". Kata Slamet tanpa berani memandang wajah pak Lurah yang duduk sambil merokok di depannya. Slamet memberitahukan apa yang baru saja diketahuinya di rumah Surinah. Pak lurah terdiam. Tidak menanggapi apa yang diomongkan Slamet. Ia malah bangkit dari duduk dan masuk ke kamar. Keluar dari kamar di tangannya ada beberapa gepok uang pecahan ratusan ribu. Slamet kaget dan bingung. Uang ? Untuk apa ? " Met, jual kambing - kambingmu. Sudah saatnya kau memelihara sapi - sapi agar pengahasilamu bertambah. Dan kamu bisa segera menikahi gadis perawan ". Kata pak Lurah sambil menjatuhkan uang yang tak terhitung dengan mata di atas meja di depan Slamet duduk. " Dan sawah yang ada di dekat rumahmu itu aku berikan ke kamu, Met !". Kata pak Lurah lagi. " Den ....... ". Kata Slamet yang disetop pak Lurah dengan isyarat jari telunjuk yang diletakkan di depan bibir. Slamet terdiam tak berani melanjutkan kata - katanya. Slamet sangat tahu uang beberapa gepok yang dimaksudkan untuk membeli sapi - sapi dan sawah di dekat rumahnya itu adalah sarana membungkam mulutnya. Slamet sangat tahu Surinah akan mengalami nasib seperti Partini. Slamet sangat takut. Sangat bingung. Slamet sangat merasa berdosa. " Nanti malam kita ke rumah Surinah. Sekarang kamu pulang. Bawa uang itu ! Setelah semua beres kau bisa beli sapi - sapi ! Jangan tidur ! Setelah malam larut kita laksanakan !" Slamet tak berani membantah.
    
                                       bersambung kebagian ketigapuluhsatu .........