Rabu, 31 Agustus 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                                    edohaput 

Bagian keduapuluhsatu 

     Begitu malam tiba Darman segera menjalankan misinya, mengintip. Lubang - lubang intip yang kemarin lusa ketika Minil mengembalikan jaket kepada pak Lurah belum berubah. Darman mencoba mengintip, melihat di dalam rumah Slamet. Sepi tak ada orang. Lho kok sepi ! Tak ada orang ! Dimana Slamet. Menurut informasi yang diterima dari mak Kurni tadi malam, malam ini Minil mau dijemput Slamet ke rumah ini. Dan akan diberi uang jahitan oleh pak Lurah. Apa Slamet sedang menjemput Minil, ya ? Belum selesai menerka - nerka tiba - tiba Darman mendengar sepeda motor datang. Pak Lurah ! Jantung Darman deg - degan. Antara senang dan takut. Senang karena misinya bakal berhasil dan informasi dari mak Kurni tenyata benar. Takut karena jangan - jangan perbuatannya ini ketahuan pak Lurah atau Slamet. Malapetaka bagi dirinya bakal tak terhindarkan. 
     Setelah memarkir motornya, pak Lurah langsung masuk rumah. Tidak duduk di ruang depan, tapi terus ke ruang tengah. Pak Lurah melepas jaketnya, celana panjangnya, celana dalamnya, dan berganti memakai sarung. Lho kok semua dilepas ? Darman semakin deg - degan. Pak Lurah kemudian tiduran di balai - balai bambu yang berkasur dan spreinya berbeda dengan yang disaksikan Darman kemarin. Kali ini sprei itu warnanya putih bersih. Wah Slamet ini benar - benar orang yang bisa memanjakan majikannya ! Pak Lurah tampak sekali menikmat asap rokoknya. Darman menjadi ingin merokok. Tangannya meraba saku bajunya. Ada rokok. Tidak mungkin. Jika aku merokok perbuatannku ini pasti ketahuan ! Seberapa pun keinginanku harus ku tahan ! 
    Kalau malam ini benar - benar terjadi, memang betul  pak Lurah ini benar - benar keranjingan bersenggama ! Isteri tiga. Bahkan isteri ketiganya masih sangat muda. Umurnya baru dua belas tahun.  Cantik lagi. Lha kok Minil masih akan digasak juga ! Benarkah keperawanan Partini, keperawanan Surinah alias Ririn juga digasak pak Lurah ? Apakah malam ini keperawanan Minil juga akan direnggut pak Lurah ? Dasar Minil,  goblog banget kalau malam ini mau dijemput Slamet ! Wah tapi Minil itu,  malam itu ketika digarap pak Lurah nampaknya malah menikmati. Jangan - jangan Minil yang goblog itu malah ingin terus digitukan, ya ? Wah kalau gitu ya edan semua ! 
     Slamet datang bersama Minil. Slamet memasukkan sepeda ke dalam rumah. Minil mengikuti dari belakang. Slamet tahu kalau pak Lurah juga sudah datang. " Dah Nil, kamu langsung ke ruang tengah temui den Lurah !" Tidak menjawab kata suruhan Slamet Minil langsung meyibakkan gordin yang mebatasi ruang depan dengan ruang tengah. Minil mendapati pak Lurah sedang tiduran. Begitu melihat Minil pak Lurah langsung bangun dan duduk. " Sini Nil, duduk sini !" Minil dengan tidak cangung langsung duduk di tepi balai - balai. Slamet lewat di ruangan di situ ada pak Lurah dan Minil langsung ke ruang belakang. " Met, buat minum  yang anget !" Perintah pak Lurah. Sambil jalan Slamet mengiyakan perintah : " Ya den .. ". Dengan hanya melirik ke arah Minil Slamet terus berlalu. 
     " Kata Slamet kain yang kamu beli sudah masuk ke  tukang jahit. Betul , Nil ? " Tanya pak Lurah membuka percakapan. Minil hanya mengangguk tanpa berani menatap pak Lurah. Tangannya mempermaikan kancing bajunya. " Ongkosnya berapa, Nil ?" Tanya pak Lurah lagi. Yang lagi - lagi tidak dijawab dengan mulut, melainkan dengan hanya menggeleng. " Jadi belum tahu berapa ongkosnya ? " Minil cuma mengangguk. 
" Tolong ambilkan celenaku yang tergantung itu, Nil. Bawa kesini !" Perintah pak Lurah. Minil bangkit dari duduk dan meraih celana panjang pak Lurah yang tergantung di paku yang ditancapkan. Minil membawanya ke pak Lurah. Pak Lurah mengeluarkan setumpuk uang lembaran ratusan ribu dari saku celananya. " Nih, Nil, besuk untuk bayar ongkos jahitan !" Tangan pak Lurah mengansurkan tumpukan uang dan diterima tangan Minil. Tangan Minil dipegang pak Lurah. Minil ditarik pak Lurah sehingga menjadi terduduk di samping pak Lurah dan tubuhnya menempel di bahu pak Lurah. " Tubuhmu anget, kamu ya sakit ya, Nil ? " Tanya pak Lurah setelah merangkul pundak Minil. Lagi - lagi Minil hanya menggeleng. Minil tak bereaksi ketika dirangkul pak Lurah. " Sudah jadi beli celana dalam ?" Tanya pak Lurah lagi. Dan pak Lurah agaknya memang punya maksud agar segera sampai sasaran dengan menanyakan celana dalam. Minil mengangguk sambil tangannya mempermainkan setumpuk tebal uang yang di tangannya. " Kamu pakai sekarang ?" Minil mengangguk. " Coba lihat, Nil ? " Tanya pak Lurah lagi yang semakin menjurus ke arah sana. Minil tampak bingung tapi segera membuka juga roknya sehingga celana dalam baru dan berenda berwarna hitam tampak di mata  pak Lurah. " Wah pinter juga kamu milih celana dalam, Nil. Bagus banget !" Berkata begitu sambil tangan pak Lurah meraba celana dalam yang dibaliknya ada kemaluan Minil. Sesaat tangan pak Lurah mengelus - elus pepek Minil. Minil merapatkan paha karena geli. " Kutangnya juga sudah beli, Nil ?" Tanya pak Lurah yang ini disambut Minil dengan menegakkan dadanya. Sehingga membusung dan menampakkan kalau ia pakai kutang. Pak Lurah membuka kancing baju Minil di bagian dada sambil berkata : " Coba lihat Nil !" Yang kancing bajunya dibuka tak bereaksi. Setelah membuka seluruh kancing baju bagian dada dan menyibakkannya pak Lurah melihat payudara Minil yang tertutup beha warna hitam berenda biru. Payudara yang belum begita besar tertutup beha. Tampak agak longgar. Tangan pak Lurah mengelus beha. Dan kemudian menelusup ke balik beha dan menemukan penthil kenyal, padat, dan punting yang belum nampak tonjolannya. Dan tubuh Minil ditariknya sehingga berada di pelukan pak Lurah. Tangan pak Lurah meremas - remas penthil Minil. Dan Jari - jari mencoba menemukan putingnya. Tidak menemukan karena memang belum menonjol. Napas pak Lurah semakin memburu. 
     Di luar rumah Slamet dingin. Darman menutupkan sarung di tubuhnya. Matanya terus tetap ditempelkan di lubang intip. Apa yang diperbuat pak Lurah dilihat Darman. Mudah - mudahan lampu minyak itu tidak mati seperti kemarin dulu itu ! Pikir Darman. Kalau lampu itu mati hanya kegelapan yang kau lihat. Sementara itu Slamet sibuk menjerang air di atas tumpuk kayu bakar. Dan Slamet terus memasang telinganya. Dia juga ingin mengintip. Kalau sudah ada desis dan rintihan Minil pasti kegitan sudah dimulai. Dan Slamet tidak menutup rapat gordin yang membatasi ruang tengah dengan ruang belakang. Ia menyisakan celah untuk matanya agar bisa melihat ke ruang tengah. " Dilepas saja bajunya ya, Nil ?" Berkata begitu pak Lurah sambil melucuti baju Minil. Dengan mudah rok terlepas karena memang Minil juga membantu - bantu supaya bisa segera lepas. Kemudian kutang juga dilepas. Kemudian pak Lurah merebahkan tubuh Minil yang telanjang dada. Pak Lurah melepas baju yang dipakainya. Tinggal kaos singlet yang dikenakannya. Pak Lurah kemudian membungkuk dan mulai menciumi payudara Minil. Menjilatnya. Menggigit - gigit kecil punting penthilnya. Minil mendesis dan tubuhnya menggeliat - geliat menyebabkan balai - balai bambu berderit. Sementara tangan pak lurah terus mengelus - elus kemaluan Minil dari luar celana dalam. Ketika mulut pak lurah ke leher Minil, tangannya telah menyelusup di bailik celana dalam Minil. Jari - jarinya telah berada di belahan kemaluan Minil, dan memcoba menyibak - nyibakkan bibir kemaluan untuk menemukan liang kenikmatan yang sempit dan hangat membasah. Pak Lurah kemudian rebah di samping tubuh Minil. Nampak sekali perbedaan kedua tubuh di atas balai - balai itu. Tubuh Minil yang tidak begitu besar. Tubuh seorang gadis kencur bonsor. Berbanding dengan tubuh yang tinggi besar. Dengan tangan dan kaki yang kekar. Besar tubuh Minil tak ada separuhnya dari besarnya tubuh pak Lurah. Pak Lurah memelorotkan celana dalam Minil. Dan Minil membantu - bantunya dengan mengangkat  pantatnya. Celana dalam Minil terlepas. Kemaluan minil tampak jelas di mata pak Lurah. Daging menggunung terbelah terletak di selangkangan. Pak Lurah melepas sarungnya. Dan tongkatnya yang besar, panjang, dan kaku teracung - acung di atas perut Minil. Minil tak melihat itu. Karena Minil terus memejamkan mata karena geli nikmat di penthilnya, di lehernya, dan di pepeknya. Pak Lurah melumurkan jel di kemaluan Minil, Jel dimasukkan juga di liang senggama kemaluan Minil, juga dilumurkan di ujung penisnya. Pak Lurah tahu seandainya tanpa jel Minil pasti akan menjerit kesakitan liang senggamanya yang perawan ditusuk tongkatnya yang begitu kaku, panjang, dan besar. Jel yang licin dirasakan kemaluan Minil. Minil merasakan kemalauannya seperti ketumpahan oli. Sambil menyiumi penthil, leher, pipi, daun telinga berganti - ganti, jari tangan pak Lurah terus melumerkan jel di permukaan kemaluan Minil. Pak Lurah kemudian mengangkangkan paha Minil lebar - lebar, Minil menurut. Kemudian pak Lurah memposisikan pinggul dan pantatnya di tengah antara paha Minil yang kecil bila dibanding paha pak Lurah yang begitu besar dan berbulu. Tongkatnya sangat mencuat. Kemudian pak Lurah menurunkan pantatnya seredah mungking sehingga ujung penisnya telah persis di hadapan kemaluan Minil yang bibirnya telah membuka lebar. Kemudian ujung tongkat ditempelkan di bibir kemaluan Minil. Pak lurah merasakan kehangatan bibir basah dan lunak lumer. Sebaliknya Minil yang bibir kemaluannya serasa ditekan ujung penis pak Lurah seklias teringat apa yang dilihatnya tadi malam. Kemaluan maknya ditusuk tongkatnya kang Darman, dan maknya melantunkan kata : " Aduh Man.....enak sekali....aaaaahhhh !" Akankah kemaluannya merasakan seperti kemaulan maknya yang ditusuk kang Darman ? Minil menunggu apa yang akan terjadi. Dengan dibantu tangannya pak Lurah mengepaskan ujung penisnya di liang senggama kemaluan Minil. Kemudian mendorongnya dengan pantatnya. Ujung penis masuk ke lingan kemaluan Minil. Minil mendesis. Pak Lurah merasakan sempitnya perawan gadis bonsor. " Minil .......". Lembut sekali pak Lurah menyebut nama Minil. Minil yang kemaluannya terasa dijejali benda besar, kaku dan hangat sekejap membuka mata dan menatap mata pak Lurah yang disana ditangkap oleh Minil ada rasa sayang yang teramat dalam dari pak Lurah. Minil hanya bisa berucap lirih : Den.....Lurah ..... " Kemudian kembali matanya mengatup. Minil membayangkan kemaluannya yang sedang ditusuk tongkat pak Lurah. Pak Lurah terus mendorongkan tongkatnya dan karena bantuan jel, tidak terlalu sulit tongkatnya yang begitu besar terus berjalan memasuki liang senggama Minil. Minil menggeliat dan tangannya erat menarik - narik sprei, kepalanya diangkat - angkat tetapi matanya terpejam dan mulutnya meringis dan mendesis. Dirasakan ada rasa sakit di kemaluannya. Dirasakan dikemaluannya ada benda yang masuk dan memenuhi bagian dalamnya. 
Pak Lurah terus mendorong masuk tongkat sampai tidak ada yang tersisa. Sampai disitu pak Lurah berhenti mendorong. Karena terasa sudah mentok. Sampai - sampai buah pelirnya telah terhimpit di antara pantatnya dan pantat Minil. Pak Lurah menghentikan kegiatan. Didiamkan tongkat menikmati seluruh kedalaman kemaluan Minil. Yang dirasakan Minil sakit dan perih karena robeknya selaput dara. Minil hanya bisa mendesis dan meringis. Melihat Minil yang demikian pak Lurah menjadi semakin sayang terhadap Minil. Kemudian tangannya mengelus rambut Minil mulai dari keningnya hingga belakang kepala Minil. Sesekali pipi Minil dicium dengan lembutnya dan seskali pula di telinga Minil pak Lurah menyebut - nyebut nama Minil dengan bisikan lembut pula. " Minil.....Minil....Min....Minil ...." Elusan rambut dan bisikan lembut pak Lurah menusuk relung hati Minil. Perasaan itu begitu terasa di dadanya. Ada rasa bahagia mengalir di pikiran dan relung hatinya. Perasaan itu menindih rasa sakit di kemaluannya. Dan anehnya Minil malah sebaliknya merasakan geli di kemaluannya perihnya hilang. Dan ada rasa pegal gatal di kemaluannya. Seluruh rongga di dalam kemaluannya terasa enak luar biasa dan ada rasa mau menyentak, meledak, pegal, dan rasa geli meradang yang tak tertahankan. Minil membuka mata dan menatap mata pak Lurah. Pak Lurah tersenyum dan menyebut namanya : Min .....Minil.....". Dan Minil tak kuasa menahan rasa di kemaluannya. Yang dilihat pak Lurah kemudian di wajah Minil adalah, lubang hidung Minil mekar, mulut menganga, dan dada diangkat - angkat dan desisnya dengan hebatnya keluar dari mulutnya : Aaaaauggggghh........". Berbarengan dengan itu kaki Minil menelosot - nelosot. Tangannya menggenggam dan menarik - narik seprei kuat - kuat. Dan yang dirasakan pak Lurah tongkatnya  yang ada di dalam kemaluan Minil bagai dililit - lilit dan kemudian dirasakan ada cairan hangat yang mengguyur tongkat. Minil orgasme. Sebentar kemudian Minil Lunglai. Dan kemaluan Minil dirasakan sangat basah oleh tongkat pak Lurah. Kemudian pak Lurah juga mulai bergiat memanjakan tongkatnya. Dengan lembut tongkat ditarik mundur dan dimajukan lagi. Mundur dimajukan lagi sambil menikmati apa yang ada di dalam kemaluan Minil. Ketika tongkat dimundurkan Pak Lurah merasakan tongkatnya bagai dililit - lilit, disedot - sodot oleh kemaluan Minil. Dan ketika dimajukan pak Lurah merasakan tongkatnya membelah, menusuk, dan mendorong sesuatu yang melilit - lilit ketika tongkatnya dimundurkan. Luar biasa tak ada nikmat selain menyenggamai kemaluan perempuan. Apalagi ini perempuan perawan. Walaupun pelan tetapi tiada henti terus pak Lurah memaju mundurkan tongkat sambil terus menikmati kedalaman kemaluan Minil. Kemaluan Minil yang diperlakukan demikian tidak tahan. Rasa geli nikmat kembali menjalar, tubuhnya menjadi merinding. Rasa nikmat di pepeknya naik sampai di saraf otaknya. Tak ayal tubuhnya menjadi menggigil, kembali tangannya mencari - cari seuatu untuk digenggam, kakiknya menelosot - nelosot dan mata Minil sekejap terbeliak menatap pak Lurah dan : " Aaaaaaaahhhhgg .... den Lurah..... den.... !". Minil kembali sampai dipuncak kenikmatan. Kenikmatan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kembali tongkat pak Lurah yang terus maju mundur di kamaluan merasa semakin longgar karena cairan licin yang dikeluarkan kemaluan Minil. Ujung penisnya semakin mengembang. Saluran kecingya telah dipenuhi air mani yang siap membasahi rongga kemaluan Minil. Tongkat semakin terasa pegal. Dan semakin gemas saja pak Lurah dengan tubuh Minil yang sedang disetubuhinya. Kemudian yang dilakukan pak Lurah mengangkat tubuh Minil, dipangkunya. Mulut Minil dicium. Lehernya dijilati. Dan tangannya mermas penthil. Dan pantat pak Lurah bergoyang - goyang menimbulkan suara balai - balai bambu sedemikian berderit. Pak Lurah menjadi garang. Napasnya memburu tak beraturan. Pantat Minil diangkat diturunkan, diangkat diturunkan dan semakin cepat - semakin cepat. Minil seperti cacing kepanasan menggeliat tak karuan. Pak Lurah tidak peduli. Rintihan Minil justru menambah semangat pak Lurah menghujam - hujamkan tongkatnya di kemaluan Minil .Setelah beberapa menit begitu, tubuh Minil kembali ditelentangkan dan dengan kuatnya pak Lurah memompa pepek Minil. Kedua paha Minil dicengkeram sedikit diangkat, dan pak Lurah juga sedikit mengangkat pantatnya dan terus memompa dengan kuat dan cepat. Minil menjerit kemudian lunglai. Dan pak Lurah tak peduli, terus dengan semakin cepat menjodokkan tongkat di kemaluan Minil yang entah wujudnya menjadi seperti apa karena disetubuhi dengan kuatnya. Kemudian tubuh minil yang sudah lunglai dibalikkan. Kali ini Minil tengkurap pantatnya di pangkuan paha pak Lurah. Kembali pak lurah memompakan tongkat di pepek Minil dengan cara pak Lurah mencengkeram kedua paha Minil dan paha itu dimaju mundurkan sehingga tongkat pak Lurah melesak masuk dan keluar di kemaluan Minil. Kegiatan ini dilakukan pak Lurah dengan kasarnya dan memakan waktu bermenit - menit. Minil tak lagi merasakan apa - apa karena sudah pingsan. Minil pingsan karena karena terlalu banyak orgasme, juga karena hentakan - hentakan tubuh pak Lurah yang begitu kuatnya. Kembali tubuh Minil yang lunglai diteletangkan, kali ini pak Lurah siap mengeluarkan maninya. Ia sudah tak tahan dengan enaknya kemaluan Minil. Setelah kemaluan melesak masuk pak Lurah tanpa ampun memompakan tongkatnya dengan kuat dan cepat di kemaluan Minil. Sampai - sampai beradunya paha pak Lurah dengan paha Minil menimbulkan suara ....ceplak ...ceplak ...ceplak ...ceplak ....!. Dan dari kemaluan Minil muncul suara kecipak .... kecipak ....  kecipak.....! Pak Lurah menjadi lupa diri dengan saking gemasnya terhadap tubuh Minil. Payudara Minil digigit. Dicupang. disedot dan pantat Minil diremas - remas kuat. Kegiatan pak Lurah ini menyebabkan Minil siuman. Minil tersadar. Terbeliak matanya. Dan anehnya Minil merasakan sensasi yang luar biasa dan dia orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya : " Ampun.... den...Minil ..tak kuat lagi ". Saat itu pula pak Lurah tak lagi kuat menahan maninya. Dengan kuat direngkuhnya tubuh Minil. Dipeluknya kuat - kuat  dan tongkatnya menyemburkan mani di dalam kemaluan Minil. Pak Lurah merasakan seolah kelaminnya pecah meledak  di dalam kemaluan Minil. Rasa nikmat luar biasa tak terbayangkan dirasakan pak Lurah. Pak Lurah mengerang hebat. Erangan pak Lurah begitu kautnya, sehingga semakin menyadarkan Minil yang sejanak tadi sempat pingsan. Sesaat Minil masih bisa merasakan tongkat pak Lurah berkedut cepat,  menyasak  - nyesak dan mendesak - desak di kedalaman kemaluannya dan semburan cairan kenthal, hangat, licin yang bagai air bah menerjang tanggul juga dirasakan Minil. Minil sesaat juga bisa menikmati air mani pak Lurah yang menghangat, meleleh, dan memenuhi seluruh rongga kemaluannya. Kemudian Minil lunglai dan lagi - lagi pingsan menyusul kejangnya kaki dan badan karena kemaluannya orgasme hebat. Lama sekali pak Lurah mendekap tubuh minil dan sesekali masih menggerakkan tongkatnya maju mundur untuk menuntaskan maninya yang masih tersisa di saluran. Sehabis itu pak Lurah juga terkulai di samping tubuh Minil yang pingsan.
     Darman masih terus menempelkan matanya di lubang intip. Melihat Minil diperlakukan begitu, rasa kasihan Darman muncul pula. Ingin rasanya Darman mengambil tubuh Minil yang lunglai lemas itu dan di bawa pulang ke mboknya. Minil yang terkulai dan perawannya telah direnggut dengan sedemikan ganasnya. Keperawanan yang dinikmati oleh pak Lurah yang memperlakukan pasangan senggamannya dengan begitu kejam. Slamet tak berani lagi mengintip. Ia segera sibuk mempersiapkan air hangat untuk pak Lurah bersih - bersih. Slamet mengisi ember - ember dengan air hangat. Kopi dan teh panas juga telah dipersiapkan Slamet.
     Pak Lurah bangkit dan meninggalkan Minil yang masih terkulai telanjang di balai - balai. Selesai bersih - bersih pak Lurah segera merapikan diri, mengenakan lagi seluruh pakainnya seperti ketika tadi datang. Minum kopi di dapur dan : " Tolong kau rawat Minil . Ingat Met, jangan kau apa - apakan dia. Minil milikku " Berkata begitu pak Lurah sambil mengulurkan setumpuk lembaran ratusan ribu pada Slamet. " Percayakan saya den.. di tangan Slamet Minil aman, den ? " Jawab Slamet sambil menerima uang pemberian pak Lurah. " Sudah aku pulang dulu ". Pak Lurah meninggalkan rumah Slamet. Minil sangat enak. Sambil berkendara menuju rumahnya pak Lurah terus berpikir mengatur strategi agar bisa terus berhubungan dengan Minil dan terus bisa selalu menyemenggamainya.
     Slamet tahu kalau Minil ternyata pingsan. Tubuhnya yang telanjang segera diselimutnya. Ke dapur Slamet mengambil ember berisi air hangat dan handuk kecil. Disibakkan selimut yang menutup tubuh  Minil. Slamet mulai mengelap tubuh Minil dengan air hangat. Wajahnya, lehernya, kemudian dadanya semua di lap oleh Slamet. Sampai di dadanya Slamet tergiur. Sebentar tangan Slamet meremas payudara Minil. Diteruskan mengelap perut dan terus ke bawah. Slamet mengangkang paha Minil. Slamet dengan jelas bisa melihat kemaluan minil. Bibir tampak tebal memerah. Slamet tahu pasti itu akibat tongkat pak Lurah yang tadi tak henti - hentinya menyodok dengan kuat. Dari liang senggamanya meleleh mani pak Lurah yang tercampur dengan darah merah, darah perawan Minil. Slamet memijit - mijit perut tepat di atas kemaluan Minil. Dan lelehan mani pak Lurah semakin banyak keluar dari pepek Minil dan membasahi sprei. Slamet mengelap kemaluan Minil sampai bersih. Minil siuman dari pingsannya. Dan samar - samar melihat Slamet yang masih terus mengelap kemaluannya. " Minta minum kang, aku haus banget " Kata Minil sambil mencoba bangun dari posisi tidurnya. Slamet bergegas mengambil teh di dapur dan memberikan gelas teh hangat ke Minil. Selesai minum Minil ambruk lagi. " Jangan tidur, Nil, ayo pulang !" Minil tak menggubris ajakan Slamet. Tubuhnya terlalu capai untuk bangun. Slamet menggoyang - goyangkan tubuh Minil. " Ayo Nil, pulang !" Sambil terus Slamet menggoyangkan tubuh Minil. " Dak kang, aku mau tidur sini saja, suk pagi saja pulangnya. Tolong uang ini dikasih ke simbok ". Tangan Minil mendorong tumpukan uang di sampingnya  dan terus menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
     Darman yang terus mengintip menyudahi kegitannya. Dan bergegas meninggal rumah Slamet, setengah berlari menuju rumah mak Kurni. Darman tahu kalau Minil tak pulang malam ini. Dan mak Kurni akan sendirian di rumah. Darman akan lagi menggoda mak Kurni. Hasrat bersenggamanya menggebu dengan menyaksikan persenggaman yang dilakukan Pak Lurah dan Minil tadi. Birahinya akan dilampiaskan ke mak Kurni. Darman langsung mendorong pintu yang Darman tahu pasti pintu di rumah mak Kurni belum dikancing lantaran mak Kurni sedang menunggu anaknya  pulang. Mak Kurni yang masih sibuk merapikan daun pisang calon pembungkus tempe dan duduk di lantai beralas tikar kaget. " Lho kok kamu, Man ? Aku kira Slamet dan Minil !" Mak Kurni menyambut kedatangan Darman. " Memangnya Minil sama Slamet kemana, yu ?" Darman pura - pura tidak tahu. Belum sempat dijawab Slamet masuk dan disapa mak Kurni : " Kok sendirian Minil mana ?" Dengan cepat Slamet menjawab dengan kebohongan yang kalimatnya telah dipersiapkan : " Walah yu, .... Minil itu memang tukang ngantukan tenan ta ? Lha wong sedang diajak bicara sama den Lurah kok kepalanya lentak - lentuk ngantuk. Malah terus tidur di kursi ". Mak Kurni mengerutkan keningnya dan : " Terus ?" Tanya mak Kurni. " Terus saya suruh tidur di tempat tidur ta, yu. Lha kok saya bangunkan ini tadi tidak mau bangun. Katanya besuk pagi saja pulangnya ". Slamet berbohong lagi. Mendengar penuturan Slamet, Darman tertawa dalam hati. Pinter juga Slamet berbohong ! Pikirnya. " Dan ini uang jahitan dari den Lurah untuk Minil ". Darman memberikan tumpukan uang ke hadapan mak Kurni. " Lho kok banyak banget, Met ?". Mak Kurni menghitung uang. " Dah terima saja, yu. Besuk sisanya kan bisa untuk keperluan lain - lain ". Slamet dengan santainya mengucapkan kalimat ini. " Terus den Lurah ?" Tanya mak Kurni. " Den Lurah ya terus pulang ta, yu. Lha yang diajak bicara malah ngantuk ". Slamet berbohong lagi . " Ya sudah Met, dak papa kamu segera pulang saja kasihan Minil sendirian. Oh .. ya Met titip Minil  lho". Slamet segera bangkit dari duduk dan meninggalkan Darman dan mak Kurni.
     Setelah Slamet pergi Darman menjulurkan kaki dan tiduran di depan mak Kurni yang lagi merapikan daun pisang yang sempat terhenti karena kedatangan Slamet. Darman menyulut rokok. " Mbok kamu itu dak usah ngrokok ta, Man ! Duitnya dikumpul - kumpul. Kalau sudah ngumpul kawinan. Dak takut jadi perjaka tua, pa Man ?"  Kalimat mak Kurni memecah kesunyian malam. " Dah kalau mau tidur sana di kamar Minil saja. Disini dingin, Man ?" Darman kaget dengan kalimat mak Kurni ini. " Lho aku boleh tidur sini ta, yu ?" Tanya Darman. " Ya apa mau pulang sudah malem gini. Disini tinggal tidur. Tapi besuk bangun pagi - pagi. Malu tetangga tahu kamu tiidur disini. Nanti dikiran kita berbuat yang enggak - enggak ". Kalimat mak Kurni lagi. " Lha kalau kayak kemarin malam itu enggak - enggak dak, yu ?" Goda Darman. " Ah embuh lah ... ya kamu itu yang bikin terjadi ". Jawab mak kurni manja. " Ini mumpung sepi diulang yuk, yu !" Goda Darman semakin menjurus sambil tertawa. " Wih enaknya kamu, Man ....Man... " Mak Kurni menimpali godaan Darman sambil tertawa juga. " Ya mau dak, yu. Kalau dak mau aku tak pulang saja ". Teringat kemarin malam Darman begitu membuatnya puas mak Kurni mulai terangsang. " Ya sudah sana kamu tiduran dulu di kamar Minil, nanti tak susul ". Darman bangkit dan segera menuju kamar Minil. Di dalam kamar Darman segera melucuti celananya, bajunya. Tinggal sarungnya saja yang membalut tubuhnya. Tongkatnya tak mau berhenti ereksi. Setelah mengancing pintu mak Kurni menyusul masuk kamar. " Sudah ayo, Man. Aku mau diapakan ?" Mak kurni masih berdiri di tepi ranjang. " Dilepas yu, dasternya " Perintah Darman. " Ah dak .... dingin, Man !" Berkata begitu tapi mak Kurni melepas juga dasternya. Mak Kurni telah telanjang dan masih berdiri. " Dah tiduran sini, yu !" Darman menarik tangan mak Kurni. Mak Kurni terduduk dan kemudian terlentang di samping Darman. Darman segera membuka sarungnya. Kemudian mengangkang kaki mak Kurni. Dan Darman segera ambil posisi memasukkan tongkat di kemaluan mak Kurni. Tak lama kemudian tongkat Darman telah masuk di kemaluan mak Kurni. " Aaaaaahhhh...Enak banget .... terpedomu, Man. Kaku banget. Gede lagi " Mak Kurni mengoceh sambil mendesis. " Awas Man......kalau kamu cepet keluar tak suruh bayar kamu ... " Mak Kurni mengancam agar Darman berlama - lama menyenggamainya. " Boleh yu, yu Kurni malam ini bakal tak buat puas ...puas sekali ... " Sambil terus memompa Darman terus meremas dan menyedot penthil mak Kurni. Mereka terus bergumul. Berganti posisi. Mak Kurni orgasme. Darman menyerang lagi. Lagi - lagi mak Kurni orgasme. Darman belum akan mengeluarkan maninya sebelum mak Kurni minta ampun.

                                                            bersambung kebagian keduapuluhdua ........