Minggu, 26 Juni 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput
Anggungan Perkutut 
                                                                                                                        edohaput 

Bagian kelimabelas

     Temi tiba di tanah air, di dusun dimana ia dilahirkan, dibesarkan dan sampai saat menikahpun Temi tak pernah keluar dari dusun. Kedatangan Temi di dusun diantar dua pengawal yang sengaja disewa Rajiv agar menjaga keselamatan Temi sampai di rumah. Kepulangan Temi dari Malaysia yang tanpa kabar lebih dulu mengagetkan Sukirban, suaminya. Kepulangan Temi mendadak. Kontrak kerja yang ditandatangani selama lima tahun. Dan Sukirban juga ikut menandatangani surat kontrak kerja itu. Tetapi mengapa baru dua tahun kerja Temi pulang. Sukirban tak lagi ambil pusing. Temi isterinya yang dirindukannya pulang. Sukirban sangat senang. Apalagi uang yang dibawa Temi  pulang kelewat banyak.
     Warga dusun berdatangan menengok Temi. Mereka menyaksikanTemi yang bukan Temi dua tahun yang lalu. Temi yang sekarang kulitnya bersih. Tambah montok. Dan tampak lebih cantik. Temi yang gaya bicaranya agak pego. Lidahnya sudah kerasukan gaya bicara orang  Malaysia. Warga yang datang menengok terutama yang masih kerabat dan miskin mendapat rupiah dari Temi. Ada yang lima puluh ribu, ada yang seratus ribu, Temi menjadi dermawan mendadak. Temi menjadi buah bibir warga dusun. Baru dua tahun kerja di Malaysia kok sudah begitu banyak uangnya, sampai - sampai dibagi - bagikan. Berapakah gaji Temi ?
     " Yu, lha gimana ta yu Temi ini. Aku baru mau nyusul ke Malaysia kok yu Temi malah pulang ", kata Turiyah di saat mereka berdua di dapur. " Ke Malaysia itu tidak gampang, Tur ! Pakai duit banyak. Tak cukup delapan juta. Dikira mudah pa ?", Timpal Temi sambil mengangkat sayur dari tungku.
" Lagian surat - suratnya ngurusnya susah !" , lanjut Temi. " Semuanya sudah beres, yu. Aku tinggal berangkat semua yang ngurus pak Joned yang dulu juga ngurus keberangkatan yu Temi ". , kata Turiyah sambil menumpuk piring. " Lha uangnya dari mana, Tur ? ", tanya Temi sambil memandangi Turiyah. Seakan Temi tak percaya akan kata - kata Turiyah yang baru saja diucapkan. Karena Temi tahu kalau Turiyah tak bakalan punya duit untuk biaya ke Malaysia. Kerja lima tahun pun di dusun ini adiknya tak bakalan bisa ngumpulkan uang sepuluh juta. Tanpa malu - malu Turiyah bercerita dengan jujur kepada Temi dari mana asal uang yang akan digunakan untuk berangkat ke Malaysia. Mendengar cerita Turiyah , Temi hanya bisa menitikan air mata dan menyesalkan apa yang telah dilakukan Turiyah. Apa lacur nasi sudah jadi bubur. Guliran waktu tak akan berulang. Biarlah semua berjalan seiring waktu. Inilah nasib orang miskin.
     Tidak terasa telah dua bulan Temi berada di kampung. Uang pemberian Rajiv, Tuan Mudanya ketika di Malaysia dipergunakan untuk buka usaha warungan sembako. Sukirban membeli sapi dan sepeda motor. Gadung anaknya dibelikan sepeda baru yang di dusun belum pernah ada yang memilikinya. Kehidupan ekonomi keluarga Sukirban sangat tertolong dan terangkat berkat kerja Temi di Malaysia. Semakin hari usaha warungan sembako Temi semakin maju. Sukirban juga semakin rajin memelihara sapi - sapinya. Keluarga Sukirban menjadi keluarga yang tak lagi miskin.
     Turiyah berangkat ke Malaysia. Orang sedusun mengantar Turiyah sampai di ujung jalan dimana sebuah taksi sudah dipersiapkan pak Joned. Turiyah meninggalkan dusun pergi ke Malaysia sebagai te ka we pe er te. Dengan harapan besar besuk dia akan pulang kampung dengan membawa banyak uang seperti Temi kakaknya. Turiyah tak pernah tahu, kerja sebagai pe er te itu berat. Salah - salah bisa dipukuli majikan. Banyak pe er te yang babak belur sebagai korban kekejaman majikan. Banyak pula yang menjadi korban permerkosaan majikan laki - laki. Yang melawan untuk mempertahankan harga diri berakibat dijebloskan ke penjara. Bahkan tak jarang yang kena hukuman gantung karena melukai dan membunuh majikan. Kesabaran ada batasnya. Perlakuan majikan yang tak manusiawi menyebabkan kemarahan pe er te. Yang tak terkendali akibatnya menemukan kesengsaraan.
     Satu malam ketika Gadung sudah terlelap tidur, Temi dan Sukirban berada di dalam kamarnya. Sukirban memijit punggung Temi yang duduk membelakangi Sukirban. " Capek ya, Mi ? ", tanya Sukirban sambil menekan - nekankan jarinya di pundak Temi. " Lha iya ta, kang. Baru saja pulang dari kulakan di pasar tadi orang - orang sudah pada ngrubut yang beli ini beli itu ", jawab Temi sambil meringis merasakan pijitan Sukirban. " Lha itu, Mi. Kalau jualan laris ya badan jadi capek ". Sukirban terus memijit pundak dan punggung isterinya. " Kang Kirban kepingin, ya ? ". Temi membalikan tubuhnya dan kepalanya direbahkan di pangkuan Sukirban. " Pinginnya ya tiap malam, Mi. Tapi melihat kamu capek gini ya apa mau tak tumpaki ". Jawab Sukiban sambil membelai rambut Temi. " Ya mau saja ta kang. Kan capeknya jadi ilang kang, kalau aku ditumpaki kang Kirban ". Tangan Temi mulai nakal, masuk ke sarung Sukirban dan menemukan tongkat Sukirban yang sudah berdiri tegak. Tahu kalau tongkat suaminya sudah siap tempur, Temi segera melucuti pakaiannya sendiri. Termasuk pakain dalammnya. Temi telah telanjang. Temi terlentang. Saat Temi terlentang inilah Sukirban bisa memperhatikan perut Temi. Perut Temi membuncit. Temi hamil. Belum genap tiga bulan Temi pulang dari Malaysia. Kenapa kehamilan Temi telah sebesar ini. Sukirban mengelus perut Temi. Hatinya ingin bertanya, tetapi mulutnya terkunci. Sukirban tak berani bertanya. Ia takut menyinggung perasaan isterinya. Ia takut Temi marah. Toh Temilah yang bisa mengangkat keluarganya dari lembah kemiskinan. Sebesar apapun kecurigaan Sukirban, tetap ia tak mampu bertanya. Sejak kepulangan Temi dari Malaysia, Sukirban tak melihat Temi datang bulan. Benarkah Temi membawa janin dari Malaysia ? Jika kecurigaannya benar, lalu anak siapakah yang dikandung Temi ? Lalu sekarang berapakah usia kandungan Temi ? " Lho kok malah ngelamun ta kang ? Ayo cepet aku ditumpaki !" Berkata begitu Temi sambil memindahkan tangan Sukirban yang mengelus perutnya ke kemaluannya. Sukirban berganti mengelus - elus pepek Temi. " Penthilku dimut, kang !" Kata Temi sambil menikmati kemaluannya yang sedang dielus - elus Sukirban. Sukirban melepas sarungnya dan segera mengemut puting penthil Temi. Ketika mulut Sukirban sampai di puting penthilnya dan menghisap - hisap, Temi tak merasakan sensasi kenikmatan. Sukirban tidak ahli mempermainkan puting penthil dengan mulutnya. Berbeda dengan Rajiv majikannya di Malaysia, putingnya yang dipermainkan dengan mulut kemaluannya yang orgasme. Semenjak menjadi isteri Sukirban Temi belum pernah orgasme lebih dari dua kali. Rajiv membuatnya orgasme berkali - kali dan interval orgasme yang satu dengan yang lainnya sangat pendek. Temi merindukan disenggamai Rajiv. Sukirban memasukkan tongkatnya di pepek Temi. Menggenjotnya dan lima menit kemudian maninya sudah tumpah. Temi juga orgasme tetapi tak senikmat ketika orgasme karena tongkat Rajiv. Dulu ketika Temi belum pernah merasakan senggama dengan Rajiv, apa yang dilakukan Sukirban lebih dari cukup. Temi puas. Tetapi ketika Temi telah merasakan tongkat Rajiv, tongkat suaminya dirasakan hambar. Rasanya ingin Temi mengajari Sukirban bagaiman cara mempermainkan penthil, bagaimana cara mempermainkan pepek dengan jari, bagaimana cara mempermainkan bibir dengan bibir. Pengalaman yang diperoleh dari Rajiv ingin rasanya dikatakan kepada Sukirban agar suaminya mampu melakukan senggama yang penuh sensasi. Tetapi itu tak mungkin. Sukirban orang dusun yang punya pengalaman senggama hanya memasukkan tongkat di kemaluan kemudian dipompa dan keluar maninya. Dan itupun sudah membuat puas. Sukirban tidak punya pengalaman yang aneh - aneh. Temi ingin Sukirban mempermainkan mulutnya dengan bibir dan lidahnya dan Temi orgasme. Temi ingin buah dadanya diremas - remas sambil daun kupingnya dijilat - jilat dan dia orgamse. Temi ingin kemaluannya dikilik dengan jari dan pahanya disodok - sodok tongkat yang kaku dan hangat dan dia orgasme. Sukirban tak bisa melakukan itu. Sepulang dari Malaysia Temi belum merasakan sensasi senggama dengan Sukirban seperti ketika dia melakukannya dengan Rajiv di Malaysia.
     Waktu terus berjalan. Kandungan Temi telah berumur sembilan bulan. Menurut hitungan Sukirban baru tujuh bulan. Baru seminggu kandungan Temi di ritualkan dengan kenduri nujuh bulan kandungan, Temi melahirkan. Lahir dari rahimnya bayi perempuan. Orang sedusun mengatakan Temi melahirkan sebelum waktunya. Mereka mengkawatirkan kesehatan bayi Temi. Banyak dari mereka menasehatkan agar bayi dibeginikan dibegitukan agar sehat. Karena bayi yang lahir sebelum waktunya biasanya tak berumur panjang. Tetapi warga juga heran bayi Temi ini besar, tampak sehat, dan gemuk, bukan seperti bayi - bayi yang lahir sebelum waktunya. Orang sedusun tak ada yang tahu sesuatu yang dirahasiakan Temi. Bayi yang lahir ini adalah anak majikannya di Malaysia. Yang dihasilkan dari hubungan persenggaman yang penuh sensasi dan kenikmatan antara dirinya dengan majikannya. Pengalaman persenggaman yang tidak bisa dilupakannya dan malah ingin diulanginya.
     Tiga puluh lima hari sejak kelahirannya, orang dusun menamakan ritual selapanan dengan cara membuat nasi selamat dan dilaksanakan kenduri,  dan genap pada selapan hari itu bayi diberi nama. Sukirban memberi nama Surinah pada anak keduanya ini.

                                                              bersambung kebagian keenambelas ...........