Rabu, 05 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                                edohaput 

Bagian  Keduapuluhenam

     Sejak peristiwa di rumah Slamet itu, kejadian - kejadian berikutnya terus berulang. Pak Lurah yang  ingin terus dapat menikmati tubuh Partini mendapat sambutan dari partini yang juga terus ketagihan. Ruang tengah rumah Slamet juga terus - menerus menjadi ajang pertempuran antara Pak Lurah dan Partini. Persenggaman keduanya penuh sensasi. Penuh kenikmatan. Dan berahkir dengan kepuasan. Partini sengaja menyerahkan tubuhnya untuk terus sebagai pemuas nafsu pak Lurah. Bale - bale bambu yang terus berderak ketika di atasnya pak Lurah sedang mencumbu Partini menjadi saksi bisu keganasan pak Lurah dalam bersenggama. Persenggamaan yang selalu berlangsung hebat itu  tidak ada orang yang tahu kecuali Slamet, karena dilakukan malam hari dan dengan sembunyi - sembunyi. Mbok Sargini maknya Partini tidak ambil pusing terhadap apa yang dilakukan anaknya. Yang ada di pikiran mbok Sargini hanya uang dan perhiasan yang semakin menumpuk di tangannya. Partini tak suka perhiasan. Partini tak suka uang. Buat apa uang ada di tangannya. Yang ada di pikiran Partini hanya ingin menguasai pak Lurah. Partini telah berketatapan kalau pun harus menjadi isteri ke empat pak Lurah Partini bersedia. Partini sangat mendendam atas perbuatan pak Lurah yang telah menipunya. Partini ingin pak Lurah merasakan akibatnya atas perbuatannya yang menipu dirinya. Partini ingin pak Lurahnya menderita. Partini ingin pak Lurah memperoleh malu. Partini ingin pak Lurahnya tercemar. Maka Pertini ingin hamil. Dan Partini akan membuka aib kalau anak yang dikandungnya adalah anak pak Lurah. Ketegaan dan kekejian pak Lurah terhadap dirinya akan dibalasnya. Pak Lurahnya telah merusak masa depannya. Pak Lurahnya telah merusak yang sebenarnya dicita - citakan Partini untuk dipersembahkan kepada Darman.
     Partini yang murah senyum kini telah berubah menjadi Partini yang mudah marah. Partini yang ramah kini telah berubah menjadi Partini yang  judes. Partini yang selalu ceria berganti menjadi Partini yang selalu berwajah murung. Partini yang mudah bergaul menjadi Partini yang tertutup. Ketertutupan Partini ini juga berlaku bagi Darman. Dulu sebelum ini terjadi apapun yang dilakukannya diberitahukannya kepada Darman. Sekecil apapun peristiwa menimpa dirinya Darman-lah yang pertama - tama diberitahu. Tetapi kini semua rahasia antara dirinya dengan pak Lurah dirahasiakannya terhadap Darman. Partini tidak ingin Darman tahu. Partini sangat paham betapa sedihnya Darman jika tahu peristiwa - peristiwa yang dialaminya dengan pak Lurah.
     Satu hari ketika Darman menemuinya di rumah, Partini sedang muntah - muntah. Perutnya mual. Dan bulan  yang lalu Partini sudah tidak lagi datang bulan. Partini hamil. " Masuk angin ya, Par ?" Tanya Darman sambil memegangi tengkuk Partini dan dipijit - pijit. Dengan kasar Partini menepiskan tangan Darman yang memijit - mijit tengkuknya. Darman kaget sekali. Belum pernah selama hidupnya mendapat perlakuan kasar seperti itu dari Partini. " Sudah, kang. Sana pergi tak usah ngurusi aku ! Ini urusanku. Masuk angin yang urusanku. Tidak masuk angin ya urusanku. Kang Darman pergi saja sana !" Dengan judesnya Partini mengusir Darman. " Par .... tak keroki ya, kalau masuk angin, yo ...... " Kata Darman lembut dan menampakkan rasa sayangnya. " Dak usah ! Kang Darman pergi saja ! Aku dah tak suka sama kang Darman. Pergi sana, kang !" Berkata begitu Partini sambil melototi Darman dan Pertini mencoba menampakkan wajah kebencian kepada Darman. Partini mencoba merubah penampilannya yang selalu manja dan jujur di depan Darman. Partini mencoba menampil wajah marahnya. Walaupun di dalam hatinya ingin berteriak minta tolong kepada Darman. Ingin ia memeluk tubuh Darman dan menangis di dada Darman. Mengungkapkan kesedihannya. Dengan mencoba meyikapi Darman dengan sikap yang judes, marah, seolah - olah sangat benci, Partini berharap Darman tidak lagi menyukainya. Kemudian menjauhinya. Partini ingin Darman melupakannya. Partini ingin Darman sakit hati atas sikapnya kemudian menjauhinya. Tak lagi sangat memperhatikannya. Partini tidak ingin Darman tahu apa yang sedang dialaminya. Partini tidak ingin Darman sangat kecewa atas dirinya. Partini tidak ingin Darman yang sangat menyayanginya menjadi sedih dan sangat menyesalkan apa yang terjadi pada dirinya. " Kamu itu kenapa ta, Par . Tiba - tiba kok jadi seperti ini ? Ada apa, Par ...?" Tanya Darman dengan lembut dan dengan tatapan mata yang penuh keheranan. " Sudah kang, kang Darman pergi saja ! Saya bilang kang Darman pergi ! Pergi dari rumahku, kang.....pergi ...!" Bentak Partini dengan nada yang sungguh kasar. Darman pergi dengan perasaan bingung. Tetapi ketika hendak meninggalkan Partini Darman mencoba menemukan apa yang sedang dirasakan Partini di kedalam mata Partini. Darman yang memang sejak kecil mengerti tabiat Partini,  tidak bisa ditipu. Ternyata Partini tidak mampu menyembunyikan perasaan cintanya, kasihnya, dan sayangnya kepada Darman. Mulutnya bisa membentak. Sikapnya bisa kasar. Tetapi sorot mata yang selalu jujur  tak bisa menipu Darman. Darman tahu Partini sedang dirundung kemalangan.
     Matahari belum seluruhnya tenggelam di balik gunung. Langit agak mendung. Slamet datang menemui Partini yang sudah kesekian kalinya. Kedatangan Slamet tak lain dan tak bukan untuk meminta Partini datang ke rumahnya, karena sudah ditunggu pak Lurah yang sudah siap untuk bersenggama. Pak Lurah yang sudah menelan viagra. Pak Lurah yang sudah mempersiapkan diri dengan stamina prima untuk bersenggama. Untuk memuaskan diri dengan tubuh muda penuh kenikmatan. Kali ini Partini menolak. Sudah sejak beberapa hari  belakangan, Partini telah menyiapkan surat untuk pak Lurah. Surat itu berisi pemberitahuannya bahwa dirinya hamil dan minta pak Lurah bertanggungjawab atas perbuatannya. " Maaf, kang Slamet. Saya malam ini tak bisa memenuhi panggilan den Lurah. Capai dan pusing sekali, kang. Tolong surat ini saja sampaikan ke den Lurah " Kata Partini bohong. Petang itu Partini tidak capai dan tidak pusing. Tetapi Partini ingin pak Lurahnya membaca suratnya. Karena ia tak akan mampu mengucapkannya di hadapan pak Lurahnya. Darman pergi dan bocengan sepeda onthelnya  kosong tanpa Partini duduk disana.
     Pak Lurah sangat kecewa Slamet pulang tanpa Partini. Hanya amplop yang dibawa Slamet. " Apa ini, Met ?" Tanya pak Lurah ketika menerima amplop surat dari Partini. " Surat dari Partini, den " Jawab Slamet . " Partini capek dan pusing, den. Jadi tidak bisa memenuhi panggilan den Lurah malam ini " Lanjut Slamet. " Aduh, Met. Aku sudah terlanjur menelan viagra. Gimana ini, Met. Anuku sudah terlanjur  hidup. Aduh, Met. Gimana ini ?" Pak Lurah kebingungan. Viagra telah membuat tongkat pak Lurah ereksi hebat. Sangat kaku. Mengembang sangat besar. Kalau tidak segera digunakan rasanya pegal sakit. Mau pulang dan ditancapkan di isterinya ? Tidak mungkin. Isteri pertama sedang meriang. Isteri kedua baru saja melahirkan anak pertama. Isteri ketiga sedang menstruasi. Pak Lurah bingung. " Aduh gimana, Met ? " Tanya pak Lurah. Yang ditanya tidak bisa memberi solusi. Mau meminta pak Lurah pulang agar menggunakan tongkat untuk isteri Slamet tidak berani. Itu berarti mengusir pak Lurahnya. Mau usul untuk pergi ke kota mencari pe es ka tidak mungkin karena pak Lurah tidak membawa mobil. Mau menyarankan agar pak Lurah onani saja tidak mungkin berani. Slamet tak bisa apa - apa. Slamet terdiam di hadapan pak Lurah dan hanya menunduk tak berani memandang wajah pak Lurahnya.   Tidak memperoleh jawaban dari Slamet, pak Lurah Gelisah " Aduh, Met. mani ini kalau tidak jadi keluar aku pusing banget, Met !" Kata pak Lurah sambil meraba tongkatnya yang sudah sangat kaku di dalam celananya. " Kambingmu, Met ! Bawa Kemari !" Perintah pak Lurah. Slamet tanggap. Ia segera berdiri dari duduk dan segera ke kandang kambing.
     Di luar rumah hujan mulai turun. Setengah berlari Slamet menuntun kambing di bawa masuk ke rumah. Slamet memilih kambing betina yang paling besar. Kambing ini pun pernah juga dipakai oleh Slamet untuk melampiaskan birahinya. Kaming oleh Slamet langsung dibawa ke ruang tengah. Pak Lurah sudah siap. Celananya sudah dilepas. Dan tongkatnya sudah mencuat. Sempat Slamet sedetik menatap tongkat pak Lurahnya yang memang sudah sangat kaku. Pantas pak Lurahnya tak tahan. Slamet segera menalikan kambing di kaki ranjang. Setelah itu Slamet meninggalkan pak Lurah di ruang tengah bersama kambing betinanya yang paling besar, gemuk, dan muda. Pak Lurah mendekati kambing dan dengan tangannya yang besar dan kuat segera mencengkeram pantat kambing dan mengangkatnya. Sehingga kambing hanya bertumpu pada kedua kaki depannya. Dengan demikian kambing tidak bisa bergerak dan meronta. Pak Lurah mengarahkan tongkatnya ke pepek kambing. Ujung tongkatnya menyentuh bibir pepek kambing. Sebentar pak Lurah menggosok - gosokkan ujung tongkat ke pepek kambing. Kemudian pak Lurah mulai memajukan pantatnya dan memundurkan pantat kambing. Terdengar suara ...precet ...precet ...precet ...yang berasal dari pepek kambing. Tongkat pak Lurah mulai masuk di pepek kambing. Dan sebentar kemudian suluruh tongkat pak Lurah tertelan pepek kambing. Pak lurah merasakan tongkat sangat hangat. Kedalaman pepek kambing lebih hangat dari pepek perempuan. Dan di kedalaman pepek kambing tidak ada yang menggerenjal seperti pepek perempuan. Hanya ada rasa halus, hangat dan menjepit tongkat. Tetapi jepitannya juga membuat tongkat terasa nikmat. Di kedalam pepek kambing tak ada yang meradang seperti kemaluan perempuan. Tak ada yang kasar - kasar menggelikan ujung tongkat. Tetapi kehangatannya yang melebih kedalaman kemaluan perempuan membuat tongkat yang memasukinya merasakan enak luar biasa. Pak Lurah mulai memompa. Bibir pepek kambing-lah yang sangat enak dirasakan oleh Pak Lurah. Bibir pepek kambing dirasakan pak Lurah begitu menjepit. Kambing mengembik ketika pak Lurah mulai dengan kuat memompa. Sebentar kemudian kambing tak lagi mengembik hanya saja kaki belakangnya yang terangkat bergerak - gerak menendang - nendang. Mungkin kambing merasakan pepeknya enak juga. Barangkali karena seringnya kambing ini disetubuhi Slamet, sehingga pepeknya sudah terbiasa dengan tongkat manusia. Dibenak pak Lurah yang terbayang adalah pepek Partini. Pak Lurah terus memompa. Semakin cepat dan semakin cepat. Pak Lurah tidak ingin berlama - lama dengan pepek kambing.  Pak Lurah ingin maninya segera tertumpah, dan pegal - pegal di tongkatnya segera hilang. Hangatnya di kedalaman pepek kambing dan jepitan bibir pepek kambing yang dirasakan sangat nikmat mempercepat tongkat pak Lurah siap menyemburkan mani. Beberapa saat kemudian setelah kurang lebih sepuluh menit tongkatnya menggarap pepek kambing, kaki pak Lurah mengejang menahan rasa geli nikmat di tongkatnya yang sudah memuncak. Dimundurkannya pantat kambing dan dimajukannya kuat - kuat pantatnya sendiri sehingga tongkatnya menancap sangat dalam di pepek kambing. Disaat itulah pak Lurah menjerit kenikmatan. Maninya menyembur di kedalaman pepek kambing. " Partin i i i i i i i i ..... aduh .... N i i i i i i i i i i i i i ..... !" Tubuh pak Lurah bergetar dan mengejang nikmat. Setelah beberapa saat pak Lurah melepaskan cengkeramannya di pantat kambing. Terdengar suara ....precet ....ceplok .... tongkat pak Lurah lepas dari pepek kambing. Dan di pepek kambing mani pak Lurah keluar dan meleleh - leleh membasahi pepek.
     Slamet menyajikan teh panas di ruang depan. Pak Lurah membuka surat Partini. Pak Lurah sangat terkejut. Karena kehamilan Partini sangat tidak diharapkan. Apalagi ternyata Partini juga menuntut tanggungjawabnya. Pak Lurah gundah. Pak Lurah gelisah. Dan pak Lurah cemas.

                                                       bersambung kebagian keduapuluhtujuh ........