Senin, 24 Oktober 2011

Anggungan Perkutut

cerita dewasa edohaput

Anggungan Perkutut 

                                                                                                                           edohaput 


Bagian Ketigapuluhsatu

     Malam telah larut, dengan diikuti Slamet pak Lurah menuju ke rumah Surinah. Udara dingin yang disertai gerimis menjadikan malam begitu sepi. Warga memilih nyenyak di rumah dari pada berkegiatan lain. Angin bertiup kencang menyebabkan suara dedaunan pohon - pohon begitu berisik. 
     Surinah membukakan pintu untuk Pak Lurah dan Slamet. Slamet menutup pintu dan menguncinya, sementara Pak Lurah langsung merangkul Surinah ke kamar Surinah. Sebentar kemudian pak Lurah keluar kamar untuk pipis di kamar mandi yang ada di rumah belakang. Pada saat ke rumah belakang itu pak Lurah dilihat perkututnya yang sudah menjadi milik pak Sukirban. Kontan perkutut itu melihat mantan tuannya langsung manggung merdu tak henti - hentinya. Ketika pak Lurah sudah kembali ke kamar Surinah-pun perkutut masih terus berbunyi tak berhenti. 
     Di dalam kamar Surinah telah telanjang dan terlentang. Pak Lurah-pun segera menelanjangi diri. Naik ke ranjang dan segera menindih tubuh Surinah yang telah siap disenggamai. Tongkat pak Lurah yang telah sangat keras karena viagra segera menyentuh bibir kemaluan Surinah dan langsung disodokkan amblas di kemaluan Surinah yang sudah sejak sore tadi menunggu untuk disodok. Seperti saat - saat senggama sebelumnya ketika tongkat pak Lurah masuk ke kemaluannya mata Surinah terbeliak dan mulutnya tak bisa tidak mendesah karena besarnya dan panjangnya tongkat pak Lurah. Malam ini pak Lurah tidak seperti biasanya yang selalu menikmati kedalaman kemaluan Surinah dengan membiarkan tongkat tenggelam di kemaluan tanpa digerakkan, dan mulutnya menyerang bibir, leher, dan penthil. Kali ini pak Lurah dengan kasarnya langsung memompakan tongkat di kemaluan Surinah. Dan mulutnya terus tanpa henti - hentinya menyerang bibir, leher dan penthil Surinah. Surinah hanya bisa gelagepan merasakan bibirnya yang terus dikulum, lehernya yang terus dicupang dan penthilnya yang terus disedot - sedot. Karena serangan yang begitu ganas dan kasar dari pak Lurah, belum sepuluh menit Surinah telah dua kali sampai ke puncak. Pak Lurah ingin Surinah cepat capai dan kemudian lemas. Dari posisi terlentang pak Lurah segera membalikkan tubuh Surinah menjadi tengkurap. Posisi demikian membuat Surinah semakin kelabakan, karena tongkat pak Lurah bisa semakin melesak masuk ke kedalaman dan posisi demikian membuat sisi - sisi sensitif di kemaluannya mudah sekali tersodok tongkat yang sangat kaku dan hangat. Lagi - lagi Surinah orgasme. Surinah lemas. Sekarang tubuhnya benar - benari  menjadi mainan pak Lurah. Surinah telah tidak punya kemampuan bergerak. Tubuhnya dibolak - balik pak Lurah. Dan dengan kuatnya tongkat pak Lurah terus menggenjotnya. Tiga puluh menit telah lewat. Tubuh surinah begitu lunglai. Sementara itu tongkat pak Lurah belum ada tanda - tanda mau menyemprotkan mani. Pak Lurah mengangkat tubuh Surinah dan dipangkunya. Tongkatnya ditancapkan lagi dikemaluan Surinah. Dan dengan kekuatannya yang masih begitu kuat pak Lurah menggoyangkan pantatnya berputar - putar, sehingga tongkatnyapun ikut berputar di kedalaman kemaluan Surinah. Surinah begitu kelabakan tapi tubuh sudah sangat capai. Di kemaluannya ada rasa geli yang luar biasa. Geli nikmat yang tak tertahankan. Mulut surinah terus menganga, tangannya lepas tak lagi kuasa mencengkeram, begitu juga kedua kakinya lemas, hanya pantatnya saja yang bisa sedikit bergerak dan kemaluannya merapat - rapat menahan geli nikmat yang luar biasa. " Aaaaaaahhhhhh .....aaaaugggghhhh.......aaaaahhhhhhh ...... !" Mulut Surinah ternganga dan terus mendesah. Disaat Surinah terlena inilah pak Lurah dengan diam - diam membuka tutup botol kecil yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dengan cepat pak Lurah mengucurkan cairan dari botol kecil itu ke mulut Surinah yang terbuka. Surinah kaget tapi tak kuasa. Cairan di mulut membuatnya tersedak dan tertelan semua. 
     Slamet yang ada di luar kamar duduk dengan gelisah. Walaupun telinganya mendengar desahan nikmat Surinah dan suara ranjang yang selalu berderit Slamet tidak ereksi. Perasaan takutnya telah membuat tongkatnya mati. Slamet tahu apa yang akan dialami Surinah. Surinah akan segera sesak napas dan jantungnya berhenti berdetak kalau pak Lurahnya sudah berhasil meneteskan cairan dibotol kecil yang dibawanya dari rumah. Surinah akan seperti Partini, mati karena tak bisa bernapas. 
     Surinah mulai sulit bernapas, tersengal - sengal kemudian tak ingat apa yang sedang terjadi. Surinah pingsan dipangkuan pak Lurah. Pak Lurah menjatuhkan tubuh Surinah dari pangkuannya. Surinah terlentang kangkang. Pak Lurah segera menancapkan lagi tongkatnya di kemaluan Surinah yang terasa makin sempit karena sesaknya napas Surinah. Ujung penis pak Lurah mulai terasa geli dan semakin mengembang. Mani di saluran mulai menghentak - hentak. Seluruh tongkat yang tergesek kedalaman  kemaluan Surinah yang penuh dengan berbagai rasa yang menikmatkan tongkat sudah begitu terasa. Dengan kuatnya pak Lurah menyodokkan tongkatnya di pepek Surinah. Kemaluan Surinah yang  sampai - sampai menimbulkan bunyi ....ceprot ....ceprot....ceprot ....ceprot ..... tak lagi dirasakan Surinah. Karena Surinah sudah tak bernyawa. Sebentar kemudian pak Lurah melenguh ..." Haaaaaaauuugggggghhhhhhh .......Rin.....aduh.....Riiiiiiiiiinnn....... !" Maninya tersembur di kemaluan Surinah. Tubuhnya berkelenjotan, tangannya mencengkeram kuat tubuh Surinah yang mulai mendingin. 
     Burung perkutut belum berhenti manggung. Walaupun Pak Lurah dan Slamet telah meninggalkan rumah Surinah dan mengendap - endap di kegelapan malam yang hujan dan berangin kencang. 
     Slamet menyudahi cerita sambil meneteskan air mata : " Ampuni ...saya pak polisi ... saya sangat berdosa ... saya ...ikut bersalah .... " . Slamet tak bisa meneruskan kalimatnya, tenggorokannya serasa tersekat. Semua polisi yang ada di ruangan hanya bisa menghela napas panjang. Para polisi lega karena semua menjadi jelas. Kematian Partini dan Surinah tak lagi jadi misteri. " Terima kasih, mas Slamet. Dari cerita mas Slamet tadi semua menjadi terbuka ". Kata Polisi yang duduk di sudut.
     Hari sudah menjelang sore, setelah memperoleh waktu istirahat Slamet kembali diajak masuk ruang interogasi. " Begini, mas Slamet. Kami akan antar pulang mas Slamet ke rumah. Tetapi mas Slamet harus berjanji tidak akan kemana - mana. Mas Slamet harus setiap saat ada di rumah. Setiap kami butuh mas Slamet, mas Slamet harus ada di rumah. Mas Slamet adalah satu - satunya saksi atas kematian Partini dan Surinah. Mas Slamet harus mempertanggungjawabakan ucapan mas Slamet nanti di pengadilan. Kami bisa saja menahan mas Slamet. Tetapi karena kami yakin mas Slamet tidak akan pergi menghindar, maka kami akan mengantar mas Slamet pulang malam ini. Tetapi setiap saat kami butuh dan menjemput mas Slamet, mas Slamet mesti ada di rumah " Kata polisi yang di mejanya ada laptop. Bagai petir menggelegar kalimat - kalimat polisi ini di telinga Slamet. Kata - kata ditahan dan pengadilan membuat Slamet sangat takut. Tidak disangkanya ceritanya yang begitu mudah meluncur dari mulutnya akan berakibat dirinya nanti berurusan dengan pengadilan. Jantung Slamet berdetak keras. Slamet sangat menyesal mengapa dengan mudahnya ia jujur berceritera. Sesal tiada guna. Semua tidak dapat ditarik lagi.
     Slamet diantar pulang oleh dua orang polisi berpakaian preman. Slamet dibonceng motor. Sebelum masuk desa polisi membeli beberapa bungkus rokok, kopi, gula dan beberapa makanan kecil untuk Slamet. Slamet merasakan polisi - polisi yang mengantarnya pulang adalah polisi - polisi yang baik. Rokok, gula dan kopi ini sebagai upah dia cerita ? Atau polisi merasa kasihan terhadap dirinya yang sejak pagi hingga petang terus ditanya dan ditanya ? Atau karena apa ya ? Slamet tak habis pikir.
     Di rumah Slamet semakin gelisah. Hatinya sangat gundah. Slamet sangat tahu apa yang diceriterakannya kepada polisi akan mencelakakan pak Lurahnya. Pak Lurahnya pasti akan segera berurusan dengan polisi. Pak Lurahnya pasti akan berurusan dengan pengadilan. Pak Lurahnya pasti dihukum karena memang telah melakukan pembunuhan. Slamet juga merasa dirinya ikut bersalah karena telah membantu pak Lurahnya melakukannya. Berarti Slamet-pun pasti ikut menerima hukuman. Dan apa yang akan dilakukan oleh pak Lurahnya jika ternyata ia telah membuka rahasianya yang selama ini disembunyikan ? Slamet pasti akan kena marah hebat. Salah - salah bisa juga dipukuli. Bisa - bisa dibunuhnya juga. Belum lagi pesan dua orang polisi yang mengantarnya pulang ketika sudah sampai di depan rumah. " Hati - hati, mas Slamet, ya. Hari - hari kedepan mas Slamet akan banyak menemui kerepotan ". Kalimat itu terus terngiang di telinganya. Apa gerangan yang akan terjadi ? Kegundahan dan kegelisahannya tidak menemukan jawaban. Slamet sangat takut.
     Hari belum terlalu siang. Warga dusun geger mereka dikejutkan suara Darman yang teriak - teriak minta tolong. Warga berbondong - bondong menuju sumber teriakan. Mereka berlarian ke arah rumah Slamet. Warga menemukan Slamet telah kaku tergantung dengan tali plastik di dahan pohon mangga di depan rumahnya. Kepala dusun yang juga tiba di tempat melarang warga menurunkan jasad Slamet. " Kita tunggu polisi datang. Jangan ada yang sentuh Slamet !" Habis berkata begitu kepala dusun kemudian menghubungi polisi dengan poselnya. Warga hanya bisa bertanya - tanya mengapa Slamet yang sejak kecil hidup sengsara sebatang kara mati tergantung di pohon mangga.

          t a m a t . 
          segera hadir serial berikutnya ...... cerita dewasa  " Bau Lawean " ...........
          edohaput.