Selasa, 26 April 2011

Anggungan Perkutut

Anggungan Perkutut
                                                                                                
                                                                                                                                edohaput
                                                                              
Bagian pertama 

                                                                                                                  
     Hari masih pagi. Waktu itu kira - kira pukul lima . Warga dusun geger. Para lelaki pada berlari menuju sumber suara wanita yang berteriak - teriak minta tolong. Hari itu senin tanggal dua puluh lima april dua ribu sebelas. Sebentar saja rumah mbok Sargini telah dipenuhi orang. Kepala dusun yang telah lebih dulu datang dari warga yang lain, karena jarak rumah kepala dusun dengan rumah mbok Sargini dekat, melarang warga mendekati kamar Partini. Hanya beberapa orang saja yang diperbolehkan memasuki kamar Partini. Mereka para tokoh masyarakat di dusun itu.
     Partini meninggal dunia. Terlentang di tempat tidur dengan tak sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Di kiri kanan tubuh Partini terserak pakaian partini. Daster, kutang, celana dalam, sapu tangan, selendang terserak tidak teratur.  Tubuh sintal Partini yang berkulit kuning langsat cenderung putih itu masih terlihat segar. Kepala Partini menoleh kekiri, matanya yang lebar tidak tertutup. Bibirnya yang  tipis agak menganga menampakkan sebaris gigi atas yang rapi. Rambutnya yang legam panjang sebahu terurai. Kedua payudaranya yang kelihatan lebih putih dari kulit di sekitarnya tegak berdiri menggunung dengan puting yang masih kecil mengundang gairah kejantanan. Posisi kakinya agak mengakang sehingga tampak jelas kemaluannya yang belum banyak ditumbuhi rambut. Dari lubang kemaluannya tampak meleleh cairan putih yang belakangan diketahui adalah sperma laki - laki. 
     Partini anak pertama dari mbok Sargini hasil hubungan gelap dengan babah Ong juragan tembakau dimana ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kota. Dengan suaminya sekarang mbok Sargini tidak berketurunan. Pak Turbiman yang selalu sakit - sakitan diupah  babah Ong untuk mengawani Sargini yang sedang mengandung Partini.Pak Turbiman hanya suami - suamian. Hubungan gelap antara mbok Sargini dengan babah Ong terus berlangsung sampai dengan Partini lahir. Sampai dengan ahkir hayatnya pak Turbiman belum pernah merasakan berhubungan suami isteri dengan mbok Sargini.
     Selepas sekolah dasar Partini tidak meneruskan sekolah ke esempe. Selain jarak kota dimana esempe berada jauh dari dusun, keengganan Partini meneruskan sekolah adalah karena merasa dirinya tidak pinter. Partini pernah tinggal kelas sebanyak tiga kali. Paartini malu karena di esempe dia aka merasa paling gede. Tidak hanya gede umur tetapi juga gede phisik. Dibanding dengan teman - teman sebayanya Partini secara phisik cukup bonsor. Pertumbuhan badan Partini cukup terpelihara, karena uluran tangan babah Ong tak pernah terputus. Dari pada sekolah Partini lebih memilih membantu mboknya berjualan nasi pecel. Babah Ong membangunkan warung untuk mbok Sargini berjualan nasi pecel.
     Umur enam belas tahun Partini menjadi kembang dusun. Postur tubuhnya yang bagus dan kecantikannya menarik pemuda dusun, bahkan pemuda di desanya. Partini tidak pernah berhias. Dia lugu. Tetapi dengan keluguannya itu kecantikannya tersembul. Partini tidak kenes. Tidak genit. Dia murah senyum. Kadang - kadang para lelaki menjadi salah menafsirkan senyumannya. Partini tidak pernah memberengut. Kepada siapa saja selalu tersenyum dan menyapa dengan sopan. Senyumannya sangat menggemaskan, menyebabkan lelaki jadi kepingin meremas. Tak ayal bila warungnya mbok Sargini selalu ramai. Laris manis. Selain nasi pecelnya memang enak, pelayannya cantik. Terhadap godaan - godaan lelaki yang sering menggodanya Partini cuma tersenyum manja. Kemanjaannya itulah yang menyebabkan para lelaki memimpikannya. Membayangkannya bisa menggandeng Partini.
     Waktu itu hari sudah sore. Darman tukang ojek langganan mbok Sargini mampir ke warung. Belum lama Darman menikmati teh yang dibuatkan mbok Sargini, Partini muncul dari kamar mandi. Tubuhnya hanya dibalut handuk yang tidak begitu lebar. Separuh pantatnya kelihatan. Kedua pahanya yang putih hampir - hampir tak tertutup sama sekali. Partini berjalan mendekati Darman. Mengambil alat pemotong kuku lalu duduk persis di depan Darman. Melihat Partini di depannya dan hanya sehelai handuk yang menutupi tubuhnya, Darman yang sudah biasa menyaksikan tubuh telanjang Partini dan sering pula memegang seluruh tubuh milik Partini, sore itu  tiba - tiba jantungnya berdesir lalu berdegup. " Dari mana kang, tumben sore - sore mampir ", sapa Partini sambil menaikkan satu kakinya di atas bangku tempat duduknya. Posisi duduk Partini yang demikian menyebabkan handuknya semakin tersingkap ke atas. Selangkangannya menjadi tampak jelas. " Ya...ya...dari cari penumpang ta, Par ", jawab Darman sambil menahan napas yang mulai memburu. Mata Darman dapat melihat selangkangan Partini dengan jelas. Disana ada gundukan daging kecil yang ditumbuhi rambut halus dan tengahnya terbelah. Kelelakiannya yang ada di dalam celana mulai memberontak, menggeliat. " Sepi penumpang ya, kang ?" tanya Partini sambil memulai memotong kuku jari - jari kakinya. Kakinya yang bergerak - gerak menyebabkan selangkangannya semakin terbuka." Ya....ya...sepi, Par ", jawab Darman sekenanya sambil terus matanya tertuju pada selangkangan Partini. Mata Darman dengan jelas melihat bibir kemaluan Partini sedikit terbuka merekah. Diantara bibir itu ada daging lembut berwarna merah muda, merona, sedikit basah. Ada tonjolan daging kecil yang basah. Tangan Darman bergetar. Ingin rasanya mengelus kemaluan Partini. Jari - jarinya ingin menggelitik bibir yang merekah itu. Kelelakian Darman semakin kaku mendesak - desak. Ada menjalar kenikmatan di kelelakiannya." Oh ya, besuk pagi - pagi mengantar simbok ke pasar lho, kang !", kata Partini lagi tanpa mendongakkan wajahnya. Matanya tetap tertuju pada kuku yang sedang dipotongnya. " Ya ..pagi...pagi...pagi - pagi ", jawab Darman gugup. Karena Partini tidak mendongakkan wajah, memberi kesempatan bagi Darman untuk menikmati pemandangan indah. Matanya berganti - ganti memandangi kemaluan Partini, beralih ke dada Partini yang montok. Kembali ke bibir kemaluan Partini yang kadang - kadang terbuka lebar ketika Partini menggerakkan kakinya. Kenikmatan di kelelakiannya semakin bertambah. Darman mencoba menggerak - gerakkan pantatnya agar kelelakiannya tergesek - gesek kain celana. Menambah nikmat. Dan tangannya menekan - nekan kelelakiannya. Ada sesuatu yang sangat enak dirasakan dan semakin terasa. Tiba - tiba mulut Darman mendesah.....kelelakiannya menyemprotkan cairan Membasahi celana. " Ada apa kang, kok kayak orang kesakitan ? ", tanya Partini sambil berdiri dan ngeloyor  pergi karena telah selesai memotong kuku. Pertanyaan Partini menyadarkan Darman yang kemudian tersentak kaget. Diserutupnya tehnya sampai habis dan pergi. Mbok Sargini yang sedari tadi sibuk cuci - cuci piring tidak tahu kejadian indah yang dialami Darman.
     Sesampainya di rumah Darman langsung ke kamar mandi. Dilepasnya celananya yang basah air mani. Maksud hati ingin mencuci kelelakakiannya. Tetapi bayangan kemaluan partini yang merekah indah tak bisa lepas dari pelupuk matanya. Diambilnya sambun kemudian tangannya bergerak maju mundur menggenggam kelelakiannya yang sangat kaku.Yang dirasakan Darman kemudian hanya nikmat dan keindahan. Darman berkhayal seolah - olah kelelakiannya sedang keluar masuk, maju mundur di pepek Partini. Detik - detik berjalan seriama dengan maju mundurnya tangan. Semakin terasa. Semakin kaku. Semakin menyentak dan berkedut - kedut dan.... " Ah ....Partini....Partini....Partini....!" Crot.....crot.....crot... ! Darman sampai pada puncak kenikmatan.  Maninya menyembur banyak sekali.
     Dikarenakan jarak Polsek dengan dusun dimana jasad Partini tergeletak, jauh dan jalan sulit dilalui mobil, maka polisi baru bisa tiba di tempat kejadian perkara setelah empat jam dari saat pak Kepala Dusun menilpon dengan ponselnya.  Berbagai pemeriksaan tempat kejadian perkara dilakukan polisi, termasuk pemotretan,  memakan waktu lebih kurang dua jam. Tepat pukul tiga belas jenazah Partini dibawa ambulan ke rumah sakit di kota untuk keperluan otopsi.

                                                                            bersambung kebagian kedua......
    




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

cerita dewasa edohaput cerita yang enak dibaca dan memberi banyak ......